Sukses

Butet Geer Panggung Indonesia Kita Jadi Bahan Belajar Mahasiswa IKJ

Produser Indonesia Kita Butet Kartaredjasa merasa geer (GR) alias gedhe rasa atau gegedhen rumangsa Bahasa Jawanya.

 

Liputan6.com, Jakarta Produser Indonesia Kita Butet Kartaredjasa merasa geer (GR) alias gedhe rasa atau gegedhen rumangsa Bahasa Jawanya. Pasalnya program Indonesia Kita yang disponsori oleh Bhakti Budaya Djarum Foundation dilirik oleh lembaga pendidikan (kesenian) formal, persisnya Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sebagai obyek kajian dan pembelajaran.

"Mereka ingin tahu lebih jauh apa yang sesungguhnya terjadi? Kenapa sajiannya bisa seperti ini? Mengapa proses penggarapannya penuh keganjilan beda jauh dari kelaziman. Lha kok banyak wajah-wajah baru penonton teater dan sepertinya banyak menemukan kemudahan di berbagai sektor,"ujar Butet.

Butet pun mengaku terenyak dan baru ngeh bahwa ada sesuatu yang bisa dan perlu dipelajari dari kegiatan yang telah memanggungkan 29 lakon hingga kini. "Bikin kami ge-er, setidaknya merasa apa yang kami kerjakan selama ini bukan sebuah kesia-siaan. Karena itulah tanpa dirayu kami segera membuka tangan, salaman, berpelukan dan kini kami berpacaran secara estetis lewat Brigade Orgil,"ujar Butet menceritakan sikapnya setahun lalu saat diajak kerjasama IKJ.

Butet memuji IKJ karena sebagai lembaga pendidikan formal mau menurunkan derajatnya (ajur ajer) menggauli para seniman otodidak yang berada di pinggiran. "Bagi kami terasa sebagai kemewahan yang bernilai,"ujarnya.

Menurut Butet, yang terjadi ini merupakan siasat cerdik Fakultas Seni Pertunjukan IKJ menghadapi sistem pendidikan (kesenian) yang tak kunjung menemukan formatnya yang jitu. "Semacam terobosan, termasuk kemungkinan menggali sumber-sumber kearifan dan menyedot kreativitas para empu yang sepanjang waktu tak bakal disemati gelar akademik,"tegasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tentang Negeri Orang Gila

Sulitnya membedakan antara yang waras dan yang gila mendominasi keseluruhan cerita panggung Indonesia Kita ke-29 berlakon "Brigade Orgil". Dalam gelaran yang berlangsung di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jumat (10/8/2018), sang sutradara dan penulis skenario Agus Noor ingin mengajak penikmat teater pop ini merasakan kegilaan di sebuah negeri yang berjuluk Gilabeh (dari kata gila kabeh alias gila semua).

Tak ada yang mau menjadi pemimpin atau pejabat di negeri ini hingga dengan siasat yang rapi mendadak ditetapkan seorang yang dipaksa harus memimpin meski asal-usul dan riwayatnya tak jelas. Belakangan diketahui dia orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa.

Di tengah kegilaan, orang gila menjadi bisa menjadi tampak tak gila. Sebaliknya, orang yang tak gila justru terlihat gila. Ajaibnya, pemimpin dadakan ini punya ide-ide cemerlang dan gagasan yang mentes yang justru diterima semua orang. Dalam sejarah Negeri Gilabeh, baru kali ini rakyat merasa sejahtera.

Namun celakanya, banyak pesaing pemimpin ini ingin seperti dia. Mereka menganggap dengan kegilaan bakal dicintai rakyat. Lalu bersaing dan ikut-ikutan menjadi gila. Mereka bahkan membentuk kekuatan dan barisan yang setiap anggotanya harus gila lebih dulu untuk mendapatkan sertifikat atau kartu anggota Brigade Orgil.

Lewat parodi ini kita seolah diajak untuk sadar diri betapa panggung politik kerap membuat orang menjadi tidak waras lagi. Orang menghinakan dirinya tanpa merasa hina lagi. Menuduh orang melakukan perbuatan nista yang sebenarnya dilakukan dirinya sendiri. Akankah Anda dan kita semua akan ikut arus kegilaan ini juga? Adakah yang masih bertahan dengan akal sehatnya?

3 dari 3 halaman

Tiga kali tampil

Bakal dipentaskan tiga kali, lakon Brigade Orgil akan tampil lagi pada Sabtu, 11 Agustus 2018 - Pukul 14.00 WIB dan Pukul 20.00 WIB.

Venue : Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya 73, Jakarta.

Tim Kreatif : Butet Kartaredjasa, Agus Noor, Djaduk Ferianto; Gandung Bondowoso

Naskah ; Sutradara : Agus Noor

Pengatur Laku : Joseph GintingS

Penata Musik : Jalu Pratidina & Anusirwan

Penata Tari : Hanny Herlina

Pemusik & Penari : FSP Institut Kesenian Jakarta.

Artistik : Ong Hari Wahyu

Pendukung : Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Mucle Katulistiwa, Nungki Kusumastuti, Inayah Wahid, Nyak Ina Raseuki (Ubiet), Bedu, Ence Bagus, Bowo GP, Joseph GintingS dan Mahasiswa FSP IKJ.

HTM Brigade Orgil: PLATINUM Rp. 750.000 VVIP Rp. 500.000 VIP Rp. 300.000 BALKON Rp. 150.000

Reservasi Tiket: www.kayan.co.idwww.blibli.com

Informasi: Kayan Production & Communications0856-9342-7788 / 0895-3720-14902 / 0813-1163-0001

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini