Sukses

25 Jamaah Haji Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Jiwa

Para jamaah itu diduga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Fidiansjah mengatakan sebanyak 25 jamaah haji Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa, mulai ringan sampai berat. Para jamaah itu diduga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

"Jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa biasanya karena tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi yang berubah, baik di lingkungan kamar maupun lingkungan yang lebih luas," kata Fidiansjah di Mekah, Arab Saudi Selasa kemarin.

Menurut Fidiansjah, jumlah jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa biasanya akan meningkat saat pelaksanan Wukuf di Arafah sampai Mabit di Mina. Biasanya jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa mencapai 40 sampai 50 orang.

"Bahkan secara statistik jumlahnya mencapai 2 sampai 3 per mil, atau bisa 320 sampai 480 jamaah, sampai pelaksanaan haji selesai," ujarnya.

Dia menjelaskan, berada satu kamar dengan cara hidup yang berbeda seperti bahasa, kebiasaan senang AC, dan suasana tidur yang berubah membuat jamaah mengalami stres dan depresi.

"Ada teman yang tidak tahan dengan AC, sementara yang lain senang AC, atau ada yang tidak bisa tidur jika temannya mengorok membuat jamaah bisa mendapat tekanan," katanya.

Oleh karena itu, tambah dia, bagi jamaah yang mudah stres diperlukan kesiapan obat-obatan sejak di Tanah Air dan perlu bantuan dari sesama jamaah untuk membuat dirinya merasa nyaman.

Fidiansjah mengungkapkan, secara teori penyesuaian seseorang terhadap lingkungan perlu waktu 3 bulan. Namun jamaah haji dituntut siap menghadapi perubahan itu hanya dalam beberapa hari. Selain itu, dehidrasi bisa menjadi pemicu gangguan jiwa sehingga Fidiansjah menyarankan jamaah jangan sampai menjalankan aktifitas fisik melebihi kemampuannya.

Dia juga mengingatkan, kambuhnya sejumlah penyakit di usia tua bisa disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi termasuk penyakit pikun. "Dehidrasi bisa mengakibatkan terganggunya cairan tubuh yang berlanjut pada gangguan sistim kimiawi di otak," tuturnya.

Kalau sistem otak sudah terganggu, maka mudah mengalami disorientasi sehingga sering kali jamaah usia lanjut lupa jalan pulang atau tersesat. "Untuk menghindari kelelahan fisik, maka jamaah yang usia lanjut atau punya keterbatasan fisik, jangan ragu untuk membadalkan saat melempar jumroh karena tidak akan membatalkan haji," ucapnya.

Sementara, terkait penangganan gangguan jiwa berat, Fidiansjah menjelaskan, pasien akan diberikan obat dan diistirahatkan di ruang isolasi agar tidak menganggu orang lain.

"Jika gangguan jiwa tidak juga menurun sampai pelaksanaan wukuf maka jamaah itu akan mengikuti program safari wukuf yang secara khusus kami siapkan," pungkas Fidiansjah. (Ant/Eks)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.