Sukses

APP Group Wakafkan 2.000 Alquran di Kemenperin

Meriahkan Ramadan, APP Group mewakafkan 2.000 Alquran ke Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saat acara pembukaan Bazaar Lebaran 2024 yang diselenggarakan di Plaza Pameran Industri, Kantor Kemenperin.

Liputan6.com, Jakarta Meriahkan Ramadan, APP Group mewakafkan 2.000 Alquran ke Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saat acara pembukaan Bazaar Lebaran 2024 yang diselenggarakan di Plaza Pameran Industri, Kantor Kemenperin.

Acara ini turut dihadiri Menteri Perindustrian (Manperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, Sekjen Kemenperin Eko Cahyanto, Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika, dan berbagai stakeholder Kemenperin.

Secara simbolis penyerahan Alquran dilakukan oleh Managing Director Sinar Mas dan juga Ketua Umum Yayasan Muslim Sinar Mas Saleh Husin kepada Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita.

"Program wakaf Alquran ini sebagai wujud kepedulian sosial dan mendukung pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan Alquran di tanah air. Kami berharap program ini dapat memberikan manfaat dan memperkuat semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama," ungkap Managing Director APP Group Suhendra Wiriadinata yang juga hadir dalam acara.

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya menyambut baik Alquran yang di wakafkan ini. Agus menyampaikan bahwa, Alquran ini selanjutnya akan didistribusikan ke masjid-masjid, dan pusat pendidikan yang Kemenperin miliki di seluruh Indonesia.

Sejak tahun 2008, APP Group telah mendonasikan lebih dari 1,3 juta Al Quran, melampaui target awal program wakaf Al Quran sebanyak 1 juta. Pendistribusian Al Quran ini telah mencakup berbagai wilayah Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, termasuk pulau-pulau terluar dan terpencil, dengan dukungan dari Pemerintah pusat, Pemerintah daerah, TNI-Polri, LSM, tokoh muslim nasional, pondok pesantren, sekolah, serta komunitas-komunitas jurnalis dan literasi.

Selain Al Quran, APP Group juga berupaya menjadikan program ini lebih mencakup ke berbagai lapisan umur, di mana lebih dari 200 ribu buku panduan membaca Al Quran atau Juz Amma telah didistribusikan.

Program pembagian buku ini bertujuan agar lebih menjangkau kalangan pembaca (umur), dimana dapat mengenalkan anak – anak bagaimana acara membaca Al Quran dengan baik dan benar sejak dini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lewat Teknologi AI, Belajar Mengaji Kini Bisa Lebih Mudah

Sebelumnya, teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kerap dimanfaatkan sebagai metode pembelajaran efektif, teknologi ini salah satunya dipakai untuk belajar bahasa. Di Indonesia, metode yang sama mulai diterapkan juga untuk pembelajaran mengaji.

Meski tak umum, belajar mengaji memanfaatkan AI bisa jadi lebih efektif dan efisien. Dengan AI, kegiatan belajar mengaji yang umumnya mewajibkan pendampingan guru secara langsung atau tatap muka, kini bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun.

Tak dipungkiri, sebagian individu menganggap bahwa belajar mengaji cukup rumit dan memiliki tantangannya sendiri. Untuk mengaji dengan tepat dan baik, para pemula harus memahami sejumlah hal, mulai dari pengenalan huruf hijaiyah, tanda baca, hingga tajwid.

Mereka juga perlu berlatih secara rutin didampingi guru agar bacaan mengaji menjadi lancar. Sayangnya, tak semua individu memiliki kesempatan belajar mengaji dengan guru. Inilah alasan, meski beragama Islam, tak semua muslim bisa mengaji secara baik dan benar.

Bahkan, fakta yang dikemukakan Ketua Yayasan Indonesia Mengaji Komjen Pol Syafruddin pada 2021 cukup mengejutkan. Ia menyebut, 65 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak bisa membaca Alquran.

Dalam lingkup yang lebih kecil, data serupa juga ditemukan mantan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Prof. Dr. Sutarto Hadi, yang kini menjadi Co-founder ngaji.ai—aplikasi belajar mengaji berbasis AI.

Ia berkisah, pada 2021, dosen agama pada kampus yang dinaunginya itu mendapati bahwa lebih dari 60 persen mahasiswa baru tak bisa mengaji. Atas dasar keprihatinan sekaligus kepedulian terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang terus menjadi isu krusial di Tanah Air, Sutarto pun menginisiasi ngaji.ai.

 

3 dari 4 halaman

Cara efektif untuk mengaji karena mudah diakses lewat gadget

Sebelum akhirnya diluncurkan, ide membangun aplikasi dilakukan Sutarto dengan rencana yang matang.

“Hal terpenting, pembelajaran mengaji meski tanpa guru harus tetap berkualitas dan akurat,” ujar Sutarto, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/2/2024).

Adapun ide mengembangkan aplikasi, dipilih Sutarto, sebagai cara paling efektif karena mudah diakses lewat gadget. Ia menilai, gadget saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.

“Melalui aplikasi, kami berharap agar pengguna dapat belajar mengaji kapan saja dan di mana saja. Bahkan, mereka bisa menyesuaikan waktunya sendiri,” tambahnya.

Untuk mewujudkan ide tersebut, Sutarto mulai mencari mitra yang dapat bersama-sama membangun aplikasi. Karena sebelumnya ia sempat menginisiasi program peningkatan bahasa Inggris bagi mahasiswa ULM bekerja sama dengan PT Novo Indonesia Belajar (Vokal.ai), hal yang sama terpikirkan saat ia ingin mewujudkan aplikasi belajar mengaji.

“Saya percaya bahwa Vokal.ai merupakan mitra ideal untuk membangun aplikasi ini. Mereka memiliki teknologi unik dan teruji,” terang Sutarto.

 

4 dari 4 halaman

Menggunakan teknologi Automatic Speech Recognition (ASR)

Sementara itu, CEO Vokal.ai, Martijn Enter mengaku antusias saat Sutarto menemuinya dan menyampaikan keinginan untuk membangun aplikasi belajar mengaji bersama perusahaan yang dipimpinnya.

“Saya dibesarkan oleh keluarga Indonesia di Belanda, dan saya juga mendalami Pencak Silat (yang merupakan salah satu warisan budaya milik Indonesia). Bahkan, saya memiliki sekolah Pencak Silat di Belanda. Pengalaman-pengalaman tersebut membentuk kedekatan emosional saya dengan Indonesia dan mendorong saya untuk ingin membangun sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,” ujar Martijn.

Dua sahabat yang juga sama-sama alumnus University of Twente tersebut semakin bersemangat dan percaya bahwa ngaji.ai bisa diterima dengan baik oleh masyarakat setelah Vokal.ai melakukan survei pada 2021.

Hasil yang didapat adalah 95 persen umat Islam di Indonesia menganggap mengaji sebagai keterampilan penting. Lalu, sebanyak 71 persen orang tua di Indonesia menginginkan agar anak-anak mereka dapat belajar mengaji dengan benar. Sayangnya, ketersediaan guru mengaji tidak dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Apalagi, preferensi murid bisa saja berbeda-beda.

Lewat teknologi Automatic Speech Recognition (ASR) yang dikembangkan Vokal.ai, pengguna aplikasi akan mendapatkan umpan balik (feedback) yang akurat secara langsung terhadap cara pengucapan dan pelafalan, seolah-olah sedang belajar dengan guru di manapun dan kapan pun.

Makin lengkap karena aplikasi ini juga menyediakan materi beragam dan berjenjang agar pengguna dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Di dalamnya juga tersedia berbagai fitur. Selain sebagai wadah belajar membaca Alquran, pengguna juga bisa menumbuhkan jiwa kompetitif dan pembelajaran yang sehat berkat hadirnya fitur Leaderboard, fitur Tadarus dengan audio, dan Latihan Membaca Doa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.