Sukses

Kisah WNI Jalani Ibadah Ramadan di Prancis: Rindu Suasana Puasa dan Makanan Indonesia

Suasana dan makanan berbuka puasa di Indonesia menjadi salah satu hal yang dirindukan setiap bulan Ramadhan, terlebih bagi para diaspora.

Liputan6.com, Marseille - Biji salak, kolak, es buah hingga gorengan hanyalah sedikit dari ragam jenis makanan yang menjadi ciri khas dari berbuka puasa di Indonesia. Namun, hal itulah yang dirindukan oleh Habib Rizky Zakaria, Warga Negara Indonesia (WNI) yang kini menetap di Marseille, Prancis.

Makanan dan suasana puasa di Tanah Air menjadi hal yang dirindukannya ketika bulan suci Ramadan tiba.

"Tentunya keadaan sanak saudara dan keluarga, serta ambiance dan vibes berpuasa di sini sangat berbeda tentunya dengan Indonesia yang 90 persen umatnya mayoritas Muslim. Makanan Indonesia tentu sangat saya rindukan," kata Rizky saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (21/3/2024). 

Meski begitu, sejumlah pertokoan yang menjual manisan khas Ramadhan sedikit mengobati kerinduannya itu.

"Di sini, beberapa supermarket seperti Super U, Utile, Carrefour dan Casino, hingga beberapa toko Arab yang menjual kurma dan manisan berasal dari negara Timur Tengah pada saat puasa," sambung Rizky.

"Takjil yang paling diminati adalah Turkish Delight dan Baklava," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Banyak Masyarakat Muslim

Marseille, sebagai kota terbesar kedua setelah Paris yang menjadi tempat tinggal Rizky saat ini, merupakan salah satu kota dengan populasi masyarakat muslim terbesar yakni 29 persen atau setara dengan 250.000 orang dari total populasi penduduk yang berjumlah 835.000. Maka dari itu, tak begitu sulit baginya untuk mencari makanan halal baik untuk berbuka puasa atau sehari-hari.

"Untuk menemukan makanan halal sangat mudah, biasanya restoran Turki, Maroko dan Arab yang menjualnya," tutur dia.

Selain itu, lulusan S2 jurusan ekonomi dari University of Sorbonne, Paris, itu juga mengungkapkan bahwa ada cukup banyak WNI yang tinggal di kota yang sama dengannya.

"Di Kota Marseille terdapat 1.050 WNI," ucapnya.

Jumlah masyarakat muslim di Prancis, sebut Rizky, terdiri dari 10 persen atau setara dengan 6,7 umat muslim yang berasar dari keturunan Maroko, Turki, Aljazair dan Indonesia.

3 dari 3 halaman

Jalani Ibadah Sama Seperti di Indonesia

Meski tinggal di zona waktu yang lebih lambat enam jam dari Indonesia, hal itu tak menyurutkan semangat puasa dan ibadah Rizky selama tinggal di sana.

Masyarakat muslim di Prancis umumnya menjalani puasa selama 13-14 jam, di mana Imsak pada pukul 05.31 dan Maghrib pukul 18.51 waktu setempat. Rizky pun menjalani ibadah Tarawih sekitar pukul 20.10 waktu setempat. Beruntungnya, kantor tempatnya bekerja memberikan kelonggaran bagi karyawan yang menjalani ibadah puasa.

"Waktu bekerja dikarenakan saya muslim, diberikan kelonggaran masuk kerja pukul 10.00 dan pulang pukul 16.00 (waktu setempat)," kata dia.

Diaspora yang kini bekerja di bidang ekonomi itu pun juga menceritakan bagaimana ia menjalani ibadah tarawih selama Ramadan.

"Untuk salat Tarawih di Paris dilakukan di Masjid Grand Moquee dan di Kota Marseille di El Isah di Distrik 15," ungkap Rizky.

"Tarawih sama dengan Indonesia namun di sini rata-rata tarawih sebanyak 20 rakaat."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini