Sukses

Kisah Karomah Abah Guru Sekumpul, Berkomunikasi dengan Orang yang Sudah Lama Wafat

Salah satu karomah Abah Guru adalah berkomunikasi dengan orang yang sudah lama wafat. Kisah karomah ini disaksikan oleh Tuan Guru H. Muhammad Ideram, ayahanda KH Muhammad Anshari El Kariem.

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik dari pulau Kalimantan, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani atau dikenal Abah Guru Sekumpul wafat pada 10 Agustus 2005 di usia 63 tahun. Ia tutup usia setelah mengalami sakit pada ginjalnya. 

Makam Guru Ijai berada di dekat Mushola Ar Raudhah Martapura, Kalimantan Selatan. Makam ulama khumul ini tak pernah sepi dari peziarah, terlebih menjelang Ramadhan. Peziarah dari berbagai daerah berdatangan.

Sejak wafatnya 18 tahun lalu, Guru Sekumpul selalu dikenang oleh para muhibbinnya. Amalan-amalan yang pernah diberikannya masih diamalkan oleh sebagian besar jemaahnya, kemudian diijazahkan kembali. 

Banyak keteladanan yang dapat kita petik dari seorang guru mulia Abah Guru Sekumpul, terutama sikap khumulnya. Ia salah satu ulama yang tidak mau terkenal, tapi Allah SWT telah membuatnya masyhur.

Abah Guru Sekumpul merupakan seorang ulama yang memiliki pengaruh besar bagi masyarakat. Tak hanya di Pulau Borneo, ia dikenal oleh kebanyakan muslim di seluruh penjuru Nusantara.

Guru Sekumpul diyakini seorang wali Allah yang memiliki karomah. Karomah adalah kejadian yang luar biasa di luar akal manusia yang Allah SWT berikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya yang bukan nabi dan rasul.

Salah satu karomah Abah Guru Sekumpul adalah berkomunikasi dengan orang yang sudah lama wafat. Kisah karomah ini disaksikan oleh Tuan Guru H. Muhammad Ideram, ayahanda KH Muhammad Anshari El Kariem. 

Simak kisah karomah Guru Sekumpul berikut yang diceritakan KH Muhammad Anshari El Kariem dalam bukunya berjudul 100 Karamah dan Kemuliaan Abah Guru Sekumpul.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mencari Keris Sampana Carita

Dikisahkan pada awal tahun 2000-an H. Muhammad Ideram dipanggil Guru Sekumpul ke kamar mihrab setelah acara majelis di Mushala Ar Raudhah. 

“Muhammad, aku sudah istikharah beberapa kali, sepertinya yang terlintas di hadapanku ini hanya kamu. Aku minta tolong sama kamu. Carikan aku keris Sampana Carita, di (daerah) Binuang atau di (daerah) Rantau,” kata Guru Sekumpul dikutip via Bangkitmedia.com, Selasa (27/2/2024).

Tak pikir panjang, H. Muhammad Ideram langsung mengiyakan. “Inggih, Insya Allah,” jawabnya pendek.

Kemudian H. Muhammad Ideram mencari jejak besi yang disebut Sampana Carita itu ke berbagai tempat. Setelah melihat keris yang terlihat tampak bertuah, langsung dibawa ke Sekumpul. Namun ternyata bukan itu yang dimaksud.

Pencarian keris Sampana Carita itu dilakukan hingga beberapa bulan. H. Muhammad Ideram dibantu oleh sang putra, KH Muhammad Anshari El Kariem yang menuliskan buku karomah Abah Guru Sekumpul.

3 dari 4 halaman

Tak Kunjung Menemukan Keris Sampana Carita

Meski tak kunjung ketemu, perjuangan H. Muhammad Ideram bersama putranya terus dilanjutkan tanpa lelah. Suatu saat ia dipanggil oleh Abah Guru Sekumpul. Ayahanda Guru KH Anshari ini menghadap tanpa membawa keris yang dicari.

Gimana Muhammad,  belum dapatkah?” tanya Abah Guru Sekumpul seperti tahu kondisiH. Muhammad Ideram saat itu.

Inggih Abah Guru, belum,” jawabnya.

Abah Guru memaklumi jika belum menemukan keris yang dicarinya. Lalu Abah Guru Sekumpul sedikit bercerita, “Keris Sampana Carita itu sebenarnya dekat dengan kamu. Kamu tahu kan H. Johan, Muhammad?”

Inggih, itu masih kerabat dan jadi anak angkat saya juga,” jawabnya.

“Abah  H. Johan, namanya H. Usman, sudah datang  ke sini, memberi tahu bahwa Sampana Carita itu ada di tempatnya H. Johan,” kata Abah Guru Sekumpul.

4 dari 4 halaman

Berkomunikasi dengan Orang yang Sudah Wafat

H. Muhammad Ideram manggut-manggut mendengar cerita Abah Guru Sekumpul. Ini sebuah keganjilan, karena H. Usman itu sebenarnya sudah meninggal puluhan tahun sebelumnya. Sebuah karomah nyata, Abah Guru bisa berkomunikasi dengan orang yang sudah lama wafat.

“Jadi kamu, Mad, datangi ke sana ke tempat H. Johan. Apabila dia bisa ke sini, ya bawa dia ke sini. Nanti telpon dulu aku,” pinta Abah Guru.

“Inggih,” jawabnya mengiyakan.

H. Muhammad Ideram kemudian pamit untuk pulang. Pada suatu hari, H. Muhammad Ideram, KH Muhammad Anshari El Kariem, dan H. Johan sekeluarga sowan ke Sekumpul untuk menyerahkan besi Sampana Carita tersebut.

Demikian salah satu kisah karomah Abah Guru Sekumpul. Kisah ini disarikan dari buku 100 Karamah dan Kemuliaan Abah Guru Sekumpul yang ditulis KH Muhammad Anshari El Kariem via laman Keislaman Bangkitmedia. Wallahu a’alam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.