Sukses

Cadangan Air di Dalam Tanah Menyusut Drastis, Tanda Kiamat Makin Dekat?

Apakah kondisi penyusutan air secara drastis yang dialami seluruh negara-negara di dunia ini merupakan tanda kiamat makin dekat?

Liputan6.com, Cilacap - Air merupakan unsur yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Selain berfungsi sebagai salah satu penyusun tubuh manusia, kandungan air dalam tubuh manusia ini prosentasenya sebesar 70 persen.

Tidak bisa dibayangkan kengeriannya, ketika unsur penting ini ketersediannya dari hari ke hari semakin menipis bahkan menyusut secara drastis. Banyak yang berspekulasi hal ini merupakan salah satu tanda kiamat.

Berdasarkan riset sejumlah peneliti UC Santa Barbara, seluruh dunia mengalami penyusutan kandungan air di dalam tanah. Mengutip CNBC Indonesia, Riset tersebut menyajikan penilaian tingkat air tanah terbesar di seluruh dunia yang kini nilainya mencakup hampir 1.700 akuifer.

Lantas, apakah kondisi penyusutan air secara drastis yang dialami seluruh negara-negara di dunia ini merupakan tanda kiamat makin dekat?

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Tingkatkan Kewaspadaan

Masih mengutip CNBC Indonesia, selain meningkatkan kewaspadaan akan berkurangnya sumber daya air, penelitian ini juga memberikan contoh instruktif mengenai kondisi yang berjalan baik, dan bagaimana penipisan air tanah dapat diatasi.

Studi ini merupakan keuntungan bagi para ilmuwan, pembuat kebijakan, dan pengelola sumber daya yang berupaya memahami dinamika air tanah secara global.

"Penelitian ini didorong oleh rasa ingin tahu. Kami ingin lebih memahami keadaan air tanah global dengan mempermasalahkan jutaan pengukuran permukaan air tanah," kata salah satu penulis jurnal, Debra Perrone, seorang profesor di Program Studi Lingkungan UC Santa Barbara.

3 dari 5 halaman

Penipisan dan Penurunan Tanah

Tim mengumpulkan data dari catatan nasional dan subnasional serta hasil kerja lembaga lain. Penelitian ini memakan waktu tiga tahun, dua tahun di antaranya dihabiskan hanya untuk pembersihan dan pemilahan data.

Hal itulah yang diperlukan untuk memahami total 300 juta pengukuran ketinggian air dari 1,5 juta sumur selama 100 tahun terakhir.

Berikutnya adalah menerjemahkan banyaknya data menjadi wawasan aktual tentang tren air tanah global. Para peneliti kemudian menjelajahi lebih dari 1.200 publikasi untuk merekonstruksi batas-batas akuifer di wilayah penyelidikan dan mengevaluasi tren ketinggian air tanah di 1.693 akuifer.

Mengutip laporan di website UC Santa Barbara, temuan mereka memberikan analisis paling komprehensif mengenai tingkat air tanah global hingga saat ini, dan menunjukkan prevalensi penipisan air tanah.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa air tanah menurun di 71% akuifer. Penipisan ini makin cepat terjadi di banyak tempat. Belum lagi laju penurunan air tanah pada tahun 1980-an dan 1990-an meningkat pesat dari tahun 2000 hingga saat ini.

4 dari 5 halaman

Sangat Buruk

Hasil penelitian ini tidak hanya menunjukkan betapa buruknya kondisi, tetapi juga menggambarkan situasi makin buruk. Penurunan yang makin cepat ini terjadi di hampir tiga kali lebih banyak tempat dibandingkan yang diperkirakan secara kebetulan.

Studi lebih lanjut soal air tanah lebih sering terjadi di iklim yang lebih kering, dengan penurunan yang semakin cepat terutama terjadi di lahan kering dan semi-kering yang sedang ditanami.

"Sebuah temuan intuitif," kata penulis utama Scott Jasechko, seorang profesor di Bren School of Environmental Science & Management.

"Tetapi sesuatu yang bersifat intuitif adalah satu hal. Menunjukkan bahwa hal ini terjadi pada data dunia nyata adalah hal yang berbeda," imbuhnya.

Di sisi lain, ada tempat-tempat yang tingkatnya jauh lebih stabil atau pulih.

Penurunan air tanah pada tahun 1980-an dan 1990-an terjadi pada 16% sistem akuifer yang data historisnya telah penulis miliki. Namun, kasus-kasus ini hanya setengah dari kejadian yang diperkirakan secara kebetulan.

"Studi ini menunjukkan bahwa manusia dapat membalikkan keadaan dengan upaya yang disengaja dan terkonsentrasi," kata Jasechko.

Ambil contoh Tucson, Arizona. Air yang diambil dari Sungai Colorado digunakan untuk mengisi kembali akuifer di dekat Lembah Avra. Proyek ini menyimpan air untuk digunakan di masa depan.

"Air tanah sering kali dipandang sebagai rekening bank untuk air," jelas Jasechko. "Mengisi ulang akuifer secara sengaja memungkinkan kami menyimpan air tersebut hingga saat dibutuhkan," tegasnya.

Masyarakat dapat menghabiskan banyak uang untuk membangun infrastruktur yang mampu menampung air di atas tanah. Namun jika memiliki perencanaan geologi yang tepat, masyarakat dapat menyimpan air dalam jumlah besar di bawah tanah yang jauh lebih murah, tidak terlalu mengganggu, dan tidak terlalu berbahaya.

Penyimpanan air tanah juga dapat memberikan manfaat bagi ekologi wilayah tersebut. Faktanya, saat menyiapkan laporan penelitian pada tahun 2014, Perrone menemukan bahwa pengisian ulang akuifer dapat menyimpan air enam kali lebih banyak per dolar dibandingkan reservoir permukaan.

5 dari 5 halaman

Tanah Tandus Sebagai Tanda Kiamat Menurut Syekh Imran Nazar Hosein

Mengutip Dream.co.id, dalam buku Tanda-Tanda Hari Akhir pada Zaman Modern karya Syeikh Imran Nazar Hosein disebutkan, kelak di akhir zaman bumi akan berubah menjadi tanah yang tandus.

Syeikh Imran Nazar Hosein menyebutkan persediaan air akan berkurang drastis dan menyebabkan kelangkaan ekstrem. Ketika itu manusia dalam kondisi memprihatinkan dengan ujian berat. Sebab air adalah sumber kehidupan yang penting untuk menunjang berbagai kebutuhan. 

Dalam Al-Quran telah dijelaskan bahwa bumi berfungsi sebagai tempat tinggal manusia dalam waktu yang terbatas. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 36:

وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ

“…..serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”

Ayat tersebut secara tegas menyampaikan bahwa suatu ketika bumi akan berkurang fungsinya. Usia bumi yang sudah terlalu tua, ditambah dengan pemanfaatan bumi yang berubah jadi eksploitasi membuatnya semakin rusak. 

Persediaan air tanah yang semakin berkurang di berbagai wilayah karena ulah manusia menjadi bukti bahwa saat ini kita sudah memasuki akhir zaman. Disebutkan tanda hari akhir salah satunya adalah bumi akan menjadi tanah yang tandus dan kering.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.