Sukses

Kasus Pneumonia Jemaah Haji Indonesia Melonjak Pasca-Armuzna

Jumlah jemaah Indonesia yang mendapatkan perawatan medis pasca-fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) meningkat. Umumnya, para jemaah haji tersebut terkena penyakit pneumonia atau radang paru.

Liputan6.com, Jakarta Jumlah jemaah Indonesia yang mendapatkan perawatan medis pasca-fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) meningkat. Umumnya, para jemaah haji tersebut terkena penyakit pneumonia atau radang paru.

Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, M Imran mengatakan, per Minggu 10 Juli 2023 kemarin total ada 205 jemaah yang dirawat baik di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) maupun di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) kawasan Makkah.

"Jadi penyakit pneumonia ini adalah penyakit radang paru yang bisa menyerang siapa saja, tapi berdampak berat terutama pada mereka yang berusia lanjut," ujar Imran saat ditemui di KKHI Makkah, Senin (10/7/2023).

Dia menuturkan, pneumonia biasanya menyerang jemaah haji dengan daya tahan tubuh yang rendah akibat kelelahan. Itu sebabnya kasus pneumonia pada jemaah ini melonjak pasca-puncak haji.

Umumnya kasus pneumonia ini ditandai dengan gejala batuk, pilek, sesak napas, dan demam. Namun pada jemaah lansia, gejala tersebut justru tidak terlihat signifikan.

"Gejala yang khas pneumonia sepeti sesak dan demam pada lansia tidak selalu muncul. Biasanya mereka datang justru dengan keluhan kurang nafsu makan, batuk pilek, tapi ini sering dianggap batuk pilek biasa, sehingga penanganannya kurang, mereka mungkin berobat sendiri," kata Imran.

Padahal kasus pneumonia ini tidak bisa dianggap sepele. Selain menjadi momok bagi jemaah haji yang dirawat, kata Imran, peneumonia juga turut menyumbang peningkatan kasus kematian pasca-Armuzna.

"Pneumonia ini gejalanya sepele tapi dampaknya masif," ujar Imran.

Meski begitu, kondisi ini belum bisa dikatakan sebagai darurat pneumonia. Sebagai langkah penanganan, KKHI dan PPIH Arab Saudi telah mendistribusikan obat-obatan dan alat penunjang kesehatan.

Selain itu juga dilakukan upaya promotif preventif untuk mencegah penularan pneumonia. "Sudah disampaikan agar jemaah haji selalu pakai masker dengan baik dan benar. Kedua, mengurangi kontak fisik, misalnya salaman setelah sholat. Berikutnya cuci tangan pakai sabun."

"Pesan-pesan ini kita kuatkan lagi terkait dengan jumlah kasus pneumonia," kata Imran.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jemaah Haji Diminta Istirahat Cukup Jelang Jadwal Kepulangan

Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Liliek Marhaendro Susilo mengimbau seluruh jemaah untuk beristirahat yang cukup mendekati jadwal pemulangan. Sehingga para jemaah tetap bugar saat dalam perjalanan hingga tiba di Tanah Air.

Hal ini disampaikan Liliek saat meninjau Pos Kesehatan di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Minggu (9/7/2023) kemarin. Terdapat dua jemaah haji asal kloter 1 embarkasi Banjarmasin (BDJ 01) yakni Nur Hasanah (60) dan Saidiyah (50) yang dirawat di sana jelang kepulangan.

Nur Hasanah dilarikan ke Poskes Bandara setelah pingsan dan mengeluhkan vertigo. Sementara Saidiyah juga dibawa ke Poskes Bandara setelah mengeluhkan mual dan sesak napas.

Dokter yang bertugas di Poskes Bandara, Anne Dwisari menyampaikan bahwa Nur Hasanah mengalami dyspepsia, hipertensi, dan vertigo dipicu kelelahan, pola makan yang tidak teratur, serta tidak teratur dalam mengonsumsi obat rutin. Diketahui Nur Hasanah juga merupakan jemaah risiko tinggi (risti) hipertensi.

Berbeda dengan Saidiah yang mengalami sesak napas karena menderita pneumonia. Jemaah tersebut mengalami kelelahan pasca-Armuzna sehingga mudah terkena penyakit.

Setelah mendapatkan perawatan di Poskes Bandara, kondisi kedua jemaah haji ini pun stabil sehingga bisa pulang bersama kloternya.

"Perawatan di Poskes Bandara kami selama 4 hari kepulangan jemaah haji termasuk tinggi. Jumlah rawat jalan mencapai 512 dengan penyakit terbanyak adalah hipertensi. Jemaah yang dirawat mayoritas lansia dan dalam keadaan kelelahan," ujar Anne.

Liliek Marhaendro menyoroti beberapa jemaah haji yang tampak kelelahan karena sebelum waktu kepulangan tidak beristirahat dengan baik.

"Jemaah haji beberapa terlihat lelah, beberapa TKH yang kami temui menyampaikan bahwa beberapa jemaah haji cenderung sulit beristirahat menjelang kepulangan," katanya.

Terutama jemaah lansia dan memiliki komorbid, kurangnya istirahat, ditambah dengan aktivitas fisik yang berlebihan bisa memperburuk kesehatan.

Lebih lanjut, beberapa jemaah haji juga tidak mengonsumsi makanan tepat waktunya, sehingga beberapa jemaah mendapatkan perawatan di Poskes Bandara karena gangguan pencernaan atau dyspepsia.

"Selain itu, jemaah haji terlihat enggan mengonsumsi makanan yang dibagikan dan memilih untuk membawa pulang ke Tanah Air," tutur Liliek.

 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.