Sukses

3 Masjid Tertua di Aceh, Situs Cagar Budaya hingga Saksi Peristiwa Bersejarah

Masjid tertua dan bersejarah di provinsi aceh.

Liputan6.com, Jakarta - Agama Islam diperkirakan pertama kalinya memasuki wilayah Indonesia pada abad ke-7. Adapun sumber lainnya meyakini, penyebaran Islam di Indonesia mulai abad ke-13.

Sepertinya halnya Aceh merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang menjalankan Hukum Syariat Islam secara khusus di daerahnya. Terkhusus ibukotanya Banda Aceh juga mencanangkan program sebagai kota yang madani. 

Sehingga Aceh sangat terkenal dengan ketaatan dan kehidupan beragamanya yang lengkap. Tidak hanya di bidang keagamaan tetapi juga berbagai aspek kehidupan lainnya.

Selain ketaatan mereka dalam menegakkan hukum agama, berdirinya masjid yang ada di Aceh pada masa lampau juga menjadi salah satu bukti perkembangan Islam di wilayah nusantara.

Bahkan, beberapa masjid usianya mencapai hingga ratusan tahun lantaran didirikan sejak awal masuknya Islam ke Indonesia. Mengutip dari berbagai sumber, berikut merupakan 3 masjid tertua di Negeri Serambi Makkah, Aceh.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Masjid Tua Indrapuri 

Masjid Tua Indrapuri adalah sebuah bangunan bersejarah bekas Istana dan candi dari Kerajaan Lamuri sekitar abad ke-12 Masehi dan merupakan tempat pemujaan sebelum agama Islam masuk. 

Saat itu Kerajaan Lamuri berperang dengan pasukan bajak laut dari Tiongkok dan pada akhirnya perang dimenangkan oleh Kerajaan Lamuri atas bantuan Meurah Johan yaitu Pangeran dari Lingga, yang kemudian menjadikan Kerajaan Lamuri sebagai penganut Islam.

Tempat ini yang sebelumnya merupakan sebuah kuil kemudian diubah menjadi masjid. Bangunan masjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 meter², terletak di ketinggian 4,8 meter di atas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi sungai Krueng Aceh.

3 dari 4 halaman

2. Masjid Baiturrahman

Masjid Baiturrahman Banda Aceh (bahasa Aceh: Meuseujid Bayturrahman Koeta Radja) atau yang lebih dikenal dengan Masjid Raya Baiturrahman atau Masjid Kesultanan Aceh adalah sebuah masjid bersejarah yang berada di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. 

Masjid ini dibangun pada tahun 1879 dan merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini merupakan landmark Kota Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh dan selamat dari bencana gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 silam.

Awalnya masjid yang asli dibangun pada tahun 1612 di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Ada juga yang mengatakan, bahwa masjid yang asli dibangun lebih awal pada tahun 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Pada saat itu status masjid ini sebagai masjid kerajaan yang menampilkan atap jerami berlapis-lapis yang merupakan fitur khas arsitektur Aceh.

Pada awalnya, masjid ini hanya memiliki satu kubah dan satu menara. Kemudian kubah-kubah dan menara, baru ditambahkan pada tahun 1935, 1958, dan 1982. Hingga saat ini, Masjid Baiturrahman memiliki 7 kubah dan 8 minaret, termasuk yang tertinggi di Banda Aceh.

Masjid ini juga menjadi saksi adanya peristiwa gempa bumi dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang hingga sekarang masih kokoh berdiri. 

4 dari 4 halaman

3. Masjid Tuha

Masjid Tuha atau Masjid Tua berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, Desa Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh. Masjid berkonstruksi kayu tersebut di bangun pada abad ke-18 Masehi atau pada masa penjajahan Belanda di Aceh.

Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua yang dibangun ulama Aceh untuk menyampaikan syiar-syiar keislaman atau sudah berdiri sekitar tahun 1826 Masehi.

Meski berusia ratusan tahun, namun Masjid Tuha ini masih berdiri kokoh bahkan sudah ditetapkan sebagai situs cagar budaya sebagai bukti perkembangan dan kejayaan Islam di masanya. Kala itu masjid menjadi salah satu tempat membakar semangat perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Bermula dari masjid ini juga ajaran Islam berkembang luas di seluruh Kecamatan Ule Kareng dan digunakan untuk tujuh mukim saat itu.

Masjid ini beratap tingkat dua dan disangga oleh dua belas tiang kayu yang terdapat beberapa ukiran kaligrafi kuno di dalamnya yaitu berisi doa qunut, penggalan ayat Al-Qur’an dan kalimat Syahadat. Sebelum dipugar atap masjid tuha ini terbuat dari anyaman rumbia, namun kini diganti dengan seng.

Di kawasan masjid ini juga terdapat makam kesultanan pada masanya seperti makam Teungku Meurah beserta anaknya, serta makam Ulee Balang lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.