Sukses

6 Adab Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali, Patut Dipahami dan Diamalkan Kaum Muslim

Simak beberapa adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali yang bisa anda pahami dan amalkan selama bulan Ramadhan.

Liputan6.com, Jakarta Adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali sangat penting untuk diketahui oleh umat Muslim. Adab adalah suatu perilaku saat melaksanakan atau melakukan urusan-urusan. Adab yang baik mencerminkan diri kita.

Adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali perlu diperhatikan dan diamalkan, sebab dengan adab tersebut kita bisa menentukan kualitas ibadah ini di hadapan Allah SWT. Hal ini juga akan mempengaruhi pahala yang diterima oleh seseorang.

Dengan mengetahui adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali, kita bisa belajar memperbaiki diri selama bulan Ramadhan ini. Ada berbagai adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali, mulai dari konsumsi makanan yang baik hingga menghindari perselisihan.

Agar lebih paham, berikut Liputan6.com ulas mengenai adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (28/3/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Konsumsi Makanan yang Baik

Adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali yang pertama adalah mengonsumsi makanan yang baik. Selama berpuasa, khususnya di bulan Ramadhan, makanan yang sebaiknya kita konsumsi adalah makanan yang baik atau halalan thayyiba. Makanan yang baik tidak identik dengan makanan yang lezat atau mahal, tetapi adalah makanan yang baik bagi kesehatan dan tentu saja juga halal secara syarí.

Beberapa makanan yang baik kita konsumsi selama Ramadhan, disamping makanan pokok seperti nasi atau lainnya, adalah kurma, madu, sayuran, daging, ikan, dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan selama menyantap menu buka puas, yakni harus makanan yang secara kesehatan baik untuk dikonsumsi dan juga halal secara syarí.

3 dari 7 halaman

2. Hindari Perselisihan

Selanjutnya, adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali adalah menghindari perselisihan. Pertengkaran atau perselisihan bisa terjadi kapan saja. Tetapi orang-orang berpuasa sangat dianjurkan menjaga kesucian bulan Ramadhan dengan tidak melakukan pertengkaran. Untuk itu, diperlukan kesadaran penuh untuk menahan diri dari emosi yang dapat menjurus pada pertengkaran. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah yang dirawayatkan oleh Bukhari, yang berbunyi:

وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

Artinya: “Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau mencela maka katakanlah, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Ucapkan hal ini dua kali).”

Jadi ungkapan “Aku sedang berpuasa” sebagaimana dimaksudkan dalam hadits di atas adalah untuk menyatakan ketidaksanggupan kita untuk berselisih atau bertengkar dengan pihak lain di bulan Ramadhan. Dengan begitu, sebagai umat Muslim kita sangat dianjurkan untuk bisa menjaga perdamaian dan kerukunan bersama di saat sedang berpuasa.

4 dari 7 halaman

3. Jangan Menggunjing Orang Lain

Berikutnya, adab berpuasa menurut Imam Al-Ghazali adalah jangan menggunjing orang lain atau ghibah. Menggunjing orang lain di luar bulan Ramadhan saja tidak baik, apalagi selama puasa di bulan suci ini. Tentu dosanya lebih besar dan dapat menghilangkan pahala berpuasa itu sendiri.

Oleh karena itu, setiap orang yang berpuasa perlu menyadari hal ini sehingga bisa bersikap hati-hati dalam menjaga lisannya. Lisan memang merupakan salah satu organ manusia yang paling banyak mendatangkan dosa apabila kita tidak berhati-hati.

Artinya banyak dosa yang diakibatkan ketidak mampuan kita menjaga lisan, seperti menggunjing, memfitnah dan sebagainya. Semakin baik kita menjaga lisan, semakin banyak keselamatan kita dapatkan. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Al-Bukhari, yang berbunyi:

سَلَامَةُ اْلِإنْسَانِ فِي حِفْظِ الِّلسَانِ

Artinya: “Keselamatan manusia bergantung pada kemampuannya menjaga lisan.”

5 dari 7 halaman

4. Menolak Dusta

Adab berpuasa menurut Al-Ghazali yang lainnya adalah menolak untuk berdusta. Menolak berkata dusta merupakan hal penting sebab sekali berdusta kita akan cenderung berdusta lagi untuk menutupi dusta sebelumnya. Di saat puasa, kita harus mampu menghindari berkata dusta karena dusta dapat mengurangi dan menghilangkan pahala berpuasa. Selain itu, kita juga harus menghindari perkataan sumpah palsu pada bulan Ramadhan.

Tentu saja tidak hanya kualitas ibadah puasa kita menjadi menurun akibat dusta dan bersumpah palsu, tetapi juga kita akan mendapatkan dosa yang lebih besar. Hal tersebut sebagaimana disinggung Rasulullah dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh At-Thabrani, yang berbunyi:

فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ

Artinya: “Takutlah kalian terhadap bulan Ramadhan karena pada bulan ini, kebaikan dilipatkan sebagaimana dosa juga dilipat-gandakan.”

6 dari 7 halaman

5. Tidak Menyakiti Orang Lain

Adab berpuasa menurut Al-Ghazali yang selanjutnya adalah tidak menyakiti orang lain. Menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara verbal merupakan perbuatan tercela. Setiap perbuatan tercela berdampak langsung terhadap kualitas ibadah puasa kita.

Ibadah puasa yang kita jalani dengan susah payah dengan menahan dahaga dan lapar dari pagi dini hari hingga saat maghrib, akan sia-sia tanpa pahala apabila kita tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat menyakiti orang lain.

Menyakiti orang lain merupakan kezaliman dan oleh karenanya merupakan kemaksiatan. Oleh karena itu, betapa pentingnya selalu mengingat bahwa di dalam bulan Ramadhan kita benar-benar harus dapat menjaga lisan dan tindakan agar tidak sekali-kali menggunakannya untuk menyakiti orang lain.

7 dari 7 halaman

6. Menjaga Badan dari Segala Macam Perbuatan Buruk

Adab berpuasa menurut Al-Ghazali yang selanjutnya adalah menjaga badan dari segala macam perbuatan buruk. Di bulan Ramadhan khususnya, hendaklah kita dapat menjaga tangan kita agar tidak digunakan untuk maksiat seperti memukul orang lain, mencuri, dan sebagainya.

Selain itu, kaki juga harus kita jaga sebaik mungkin dengan tidak menggunakannya untuk pergi ke tempat-tempat tertentu, seperti tempat berbuat maksiat dan sebagainya. Demikian pula mata dan telinga kita hendaklah selalu kita jaga sebaik-baiknya agar tidak kita gunakan untuk melakukan perbuatan maksiat yang dosanya dilipatkan dalam bulan suci ini.

Hal ini sebagaiamana dikhawatirkan Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, yang berbunyi:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلاَّ اْلجُوْعُ وَاْلعَطَسُ

Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apa pun selain dari pada lapar dan dahaga.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.