Sukses

7 Penyakit yang Ditandai BAB Berdarah, Ketahui Makanan yang Jadi Penyebab

Penyakit yang ditandai BAB berdarah salah satunya adalah wasir hingga kanker.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit yang ditandai BAB berdarah adalah kondisi medis yang menunjukkan adanya masalah di dalam saluran pencernaan atau rektum. Darah yang muncul dalam tinja, bisa berasal dari beberapa penyebab yang berbeda, serta menjadi pertanda adanya penyakit serius.

Penyakit yang ditandai BAB berdarah yang kerap dialami oleh sebagian besar orang adalah wasir atau ambeien. Wasir adalah pembengkakan di dalam atau di sekitar anus yang dapat menyebabkan darah muncul saat buang air besar. Penyakit radang usus seperti kolitis ulserativa dan penyakit Crohn juga dapat menyebabkan buang air besar berdarah.

Meskipun darah dalam tinja bisa jadi tanda penyakit serius, namun perlu diingat bahwa tidak semua buang air besar berdarah harus menjadi alasan panik. Adanya sedikit darah saat buang air besar juga dapat terjadi karena luka kecil di area anus, atau karena terlalu keras mengedan saat buang air besar.

Namun, jika buang air besar berdarah terus menerus atau disertai dengan gejala lain seperti nyeri perut, penurunan berat badan yang tidak wajar, atau perubahan pola buang air besar, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Berikut ini Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang penyakit yang ditandai BAB berdarah, Rabu (3/4/2024). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

BAB Berdarah dan Gejalanya

BAB berdarah adalah keadaan yang tidak normal, karena secara ideal tidak seharusnya terjadi keluarnya darah bersama dengan tinja. Darah ini dapat berasal dari berbagai bagian saluran pencernaan, mulai dari mulut hingga anus. Kehadiran darah dalam tinja seringkali merupakan indikasi adanya luka pada usus atau mungkin penyakit lain yang mendasarinya.

Jika darah yang keluar bersama tinja berwarna merah marun segar, keadaan ini disebut sebagai hematochezia. Sebaliknya, jika tinja tampak berwarna hitam, lembek dan berbau amis, hal ini mengindikasikan kondisi yang dinamakan sebagai melena. Hematochezia biasanya berasal dari perdarahan pada saluran pencernaan bagian bawah, sementara melena terjadi karena perdarahan pada saluran pencernaan bagian atas.

Dalam kasus melena, warna gelap darah disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi asam hematin selama proses penurunan darah melalui saluran pencernaan. Darah dalam tinja dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari sejumlah kecil darah merah cerah yang mungkin terlihat pada tinja atau ketika membersihkan anus dengan tisu, hingga gumpalan darah yang lebih besar. Terkadang, terjadi perdarahan terbuka dari rektum. BAB berdarah bisa terjadi secara periodik atau hilang timbul. Ini berarti kadang-kadang tidak ada darah yang terlihat saat buang air besar, meskipun sebelumnya telah terjadi keluarnya darah.

Namun, penting untuk diingat bahwa kondisi ini tidak boleh diabaikan, karena kanker juga dapat menyebabkan perdarahan yang mungkin muncul dan menghilang secara tidak terduga. Gejala BAB berdarah bervariasi tergantung pada penyebabnya, dan dapat termasuk kram atau nyeri perut, pembengkakan perut, rasa pegal di seluruh tubuh, diare, kelelahan, ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air besar, mual dan muntah, penurunan selera makan, kehilangan berat badan, serta nyeri pada rektum. 

 

3 dari 4 halaman

Penyakit Penyerta BAB Berdarah

1. Wasir

Wasir atau biasa disebut juga dengan ambeien adalah salah satu penyakit yang sering ditandai dengan munculnya darah pada waktu buang air besar. Wasir merupakan kondisi medis yang terjadi ketika pembuluh darah di sekitar anus atau rektum melebar dan membengkak. Hal ini dapat terjadi karena tekanan yang berlebihan pada area tersebut. Pada tahap awal, wasir biasanya tidak menimbulkan gejala yang terlalu serius, namun seiring berjalannya waktu, gejalanya bisa semakin memburuk.

Salah satu gejala umum wasir adalah terdapatnya darah dalam tinja saat seseorang buang air besar. Darah umumnya berwarna merah terang atau merah muda, dan dapat terlihat pada kertas toilet atau di dalam toilet. Selain darah dalam tinja, wasir juga bisa ditandai dengan munculnya benjolan atau tonjolan di sekitar anus yang terasa nyeri atau gatal. Penderita wasir juga mungkin mengalami rasa tidak nyaman atau perasaan penuh di daerah anus.

2. Gastritis

Gastritis adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan BAB berdarah, yaitu ketika darah muncul dalam tinja saat buang air besar. Gastritis adalah kondisi medis yang terjadi ketika dinding lambung mengalami peradangan. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), konsumsi alkohol secara berlebihan dan stres. Gejala umum dari gastritis meliputi perut kembung, perut terasa tidak nyaman, mual, muntah, dan BAB berdarah. Jika gastritis tidak diobati, ini bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius seperti tukak lambung atau perdarahan saluran cerna.

 

3. Penyakit Radang Usus

Penyakit Radang Usus adalah kondisi medis yang ditandai oleh peradangan pada usus seseorang. Salah satu gejala yang seringkali muncul adalah BAB berdarah, yaitu saat darah muncul dalam tinja saat seseorang buang air besar. Radang usus dapat terjadi di berbagai bagian usus, termasuk usus besar (kolitis) dan usus kecil (enteritis). Beberapa penyakit yang termasuk dalam kategori penyakit radang usus adalah penyakit Crohn dan kolitis ulseratif.

Penyebab pasti dari penyakit radang usus belum sepenuhnya diketahui. Namun, faktor-faktor seperti respons autoimun yang tidak normal, adanya riwayat keluarga dengan gangguan ini, dan lingkungan yang tidak sehat dapat meningkatkan risikonya. Selain BAB berdarah, penyakit radang usus juga dapat menimbulkan gejala lain seperti nyeri perut, diare berkepanjangan, kehilangan nafsu makan, kelelahan, penurunan berat badan, dan demam. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi dan diagnosis yang lebih lanjut.

4. Divertikulitis

Divertikulitis merupakan salah satu penyakit yang ditandai dengan seringnya buang air besar berdarah. Kondisi medis ini terjadi ketika terjadi peradangan pada divertikula, yaitu kantong-kantong kecil yang terbentuk di dinding usus besar. Divertikula ini biasanya terbentuk akibat tekanan yang berlebihan pada dinding usus besar. Ketika divertikula mengalami peradangan, gejala seperti diare berdarah, nyeri perut, demam, mual, dan muntah dapat muncul. Penyebab divertikulitis tidak diketahui secara pasti, namun konsumsi makanan rendah serat, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, usia tua, dan genetik dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Divertikulitis sering terjadi pada usia 40 tahun ke atas, terutama pada orang-orang yang mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat.

 

5. Fistula Ani

Fistula Ani adalah kondisi medis yang ditandai dengan adanya BAB berdarah. Fistula Ani terjadi ketika terbentuk saluran abnormal antara rektum atau anus dengan kulit di sekitar anus. Hal ini disebabkan oleh infeksi abses yang tidak sembuh dengan baik. Gejala dari Fistula Ani meliputi BAB berdarah, rasa nyeri saat buang air besar, perasaan tidak nyaman di daerah anus, terbentuknya benjolan di sekitar anus, dan keluarnya cairan atau nanah dari abses. Faktor risiko yang dapat memicu terjadinya Fistula Ani antara lain adalah infeksi saluran pencernaan, penyakit radang usus atau penyakit Crohn, cedera pada saluran pencernaan, dan gaya hidup yang tidak sehat.

 

6. Kanker dan Polip Usus Besar

Kanker dan Polip Usus Besar adalah dua kondisi medis serius yang dapat menyebabkan seorang individu mengalami tanda-tanda BAB berdarah. Kanker usus besar adalah pertumbuhan sel-sel ganas di usus besar atau rektum, sedangkan polip usus besar adalah pertumbuhan jinak yang terbentuk di dinding usus besar. Salah satu tanda awal kanker usus besar adalah perdarahan saat buang air besar. Darah yang muncul dalam tinja dapat berwarna merah cerah atau berwarna gelap tergantung pada lokasi kanker di dalam usus besar. Jika terjadi pendarahan yang berkepanjangan atau berulang, maka sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

Sementara itu, polip usus besar adalah pertumbuhan yang terjadi pada permukaan inner dinding usus besar yang dapat menjadi ganas jika tidak diobati. Sebagian besar polip usus besar tidak menimbulkan gejala, tetapi dalam beberapa kasus dapat menyebabkan perdarahan saat buang air besar. Jika polip ditemukan, dokter biasanya akan merekomendasikan pengangkatan polip tersebut untuk mencegah perkembangan menjadi kanker.

7. Anal Fissure

Anal fissure, atau pecahnya kulit di sekitar anus, adalah salah satu penyebab umum dari BAB berdarah. Kondisi ini sering terjadi karena trauma atau cedera pada daerah anus yang sensitif, misalnya ketika seseorang mengejan terlalu keras saat buang air besar. Faktor lain yang dapat menyebabkan anal fissure adalah sembelit kronis, di mana tinja yang keras dan kering dapat menyebabkan gesekan saat dikeluarkan.

Pecahnya kulit di sekitar anus dapat menyebabkan rasa sakit yang tajam dan terbakar saat buang air besar. Darah segar dalam tinja juga menjadi ciri khas anal fissure. Beberapa gejala lain yang mungkin terjadi termasuk gatal-gatal di area anus, sensasi sering perlu buang air besar, dan bekas luka atau peradangan di sekitar anus. Pada kebanyakan kasus, anal fissure dapat sembuh dengan sendirinya dengan pengobatan rumah seperti menjaga pola makan yang sehat dengan tinggi serat, minum banyak air, atau menggunakan obat pencahar ringan. Jika gejalanya tetap berlanjut atau semakin parah, konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi dan pengobatan lebih lanjut.

4 dari 4 halaman

Makanan Penyebab BAB Berdarah

Makanan Pedas

Makanan pedas, seperti cabai, sering menjadi pemicu utama masalah pencernaan yang serius bagi sejumlah individu. Ini terutama disebabkan oleh senyawa aktif bernama kapsaisin yang ditemukan dalam cabai. Kapsaisin memiliki sifat yang dapat merangsang perut dan usus ketika dikonsumsi dalam jumlah besar. Sebagai hasilnya, konsumsi makanan pedas yang berlebihan, seperti saus cabai atau hidangan pedas lainnya, dapat memicu berbagai reaksi, termasuk perut kembung, gas, dan dalam kasus yang lebih parah, iritasi pada usus. Bahkan, konsumsi yang terlalu banyak bisa menyebabkan luka atau perdarahan pada dinding usus yang bisa menghasilkan BAB berdarah.

Makanan Tinggi Gluten

Makanan yang kaya gluten, seperti roti, pasta, dan berbagai produk gandum, bisa menjadi sumber permasalahan pencernaan bagi individu yang menderita penyakit celiac. Penyakit ini adalah kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan usus ketika terpapar gluten. Akibatnya, konsumsi makanan tinggi gluten bisa menyebabkan peradangan pada usus, yang dapat merusak dinding usus dan menghasilkan gejala seperti diare berdarah dan kram perut. Bagi penderita celiac, menghindari makanan yang mengandung gluten menjadi penting untuk mencegah flare-up dan komplikasi lebih lanjut. Namun, karena gluten adalah komponen umum dalam banyak makanan, seperti roti dan pasta, mengelola diet menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang memiliki kondisi ini.

Produk Olahan Susu Sapi

Produk olahan susu sapi, seperti susu, keju, atau yogurt, mengandung laktosa yang merupakan gula alami di dalam susu. Bagi beberapa orang, tubuh mereka tidak dapat mencerna laktosa dengan baik, yang dikenal sebagai intoleransi laktosa. Konsumsi produk susu sapi bisa menyebabkan gejala seperti diare, perut kembung, dan dalam kasus yang ekstrim, BAB berdarah. Orang yang intoleran laktosa sering kali harus membatasi, atau menghindari konsumsi produk susu sapi untuk mencegah gejala yang tidak nyaman. Mereka mungkin mencari alternatif susu nabati, atau produk olahan susu yang rendah laktosa sebagai gantinya. Selain itu, mengonsumsi suplemen enzim laktase sebelum makan mungkin juga membantu dalam pencernaan laktosa lebih baik.

Daging Olahan

Daging olahan, seperti sosis, bacon, dan ham, seringkali mengandung bahan tambahan seperti natrium nitrat atau nitrit yang digunakan sebagai pengawet. Meskipun bermanfaat untuk menjaga kesegaran daging, penggunaan bahan-bahan ini dalam jumlah besar dapat menimbulkan masalah pencernaan. Konsumsi berlebihan daging olahan dapat menyebabkan iritasi pada dinding usus dan berpotensi merusaknya, yang bisa menghasilkan gejala seperti perdarahan pada tinja atau BAB berdarah. Selain itu, proses pengolahan daging olahan seringkali melibatkan penggunaan garam berlebihan, yang dapat menyebabkan retensi air dalam tubuh. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dan berkontribusi pada masalah pencernaan seperti konstipasi atau diare. Sosis berlebihan dalam burger cepat saji atau sandwich, sebagai contohnya, bisa menghasilkan respons tubuh yang merugikan.

Makanan Cepat Saji

Makanan cepat saji sering kali menjadi pilihan cepat dan mudah, tetapi sering kali mengandung tingkat lemak trans, garam, gula tambahan, dan bahan kimia tambahan yang tinggi. Konsumsi berlebihan makanan cepat saji dapat mengganggu keseimbangan bakteri usus dan merusak saluran pencernaan. Makanan cepat saji juga cenderung rendah serat dan nutrisi penting lainnya yang diperlukan untuk kesehatan pencernaan yang baik. Pada beberapa individu, konsumsi berlebihan makanan cepat saji dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti konstipasi atau diare yang parah, yang dalam beberapa kasus dapat berujung pada BAB berdarah akibat iritasi usus yang berkepanjangan. Karena itu, membatasi konsumsi makanan cepat saji dan menggantinya dengan makanan yang lebih sehat dan bergizi dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.