Sukses

Penyebab Berak Darah, Begini Pengobatan dan Cara Mencegahnya

Perlu diingat bahwa bukan semua kasus berak darah berarti terkait dengan kanker.

Liputan6.com, Jakarta Berak darah atau buang air besar dengan keluarnya darah memang merupakan kondisi yang seringkali menimbulkan kepanikan pada seseorang. Hal ini disebabkan karena darah yang terlihat pada feses dapat menjadi tanda adanya masalah dalam sistem pencernaan yang serius, seperti kanker. 

Namun, perlu diingat bahwa bukan semua kasus berak darah berarti terkait dengan kanker. Ada banyak penyebab lain yang dapat menyebabkan darah muncul bersama feses, dan penting untuk mendapatkan pemeriksaan medis untuk memahami akar masalahnya dan mengobatinya dengan tepat.

Darah inidapat berasal dari berbagai bagian saluran pencernaan, mulai dari mulut hingga anus. Darah yang keluar bersama tinja berwarna merah marun segar disebut hematochezia. Sedangkan, darah dalam tinja yang berwarna hitam, lembek, dan berbau amis disebut melen. 

Perbedaan warna ini menunjukkan lokasi perdarahan dalam saluran pencernaan, di mana hematochezia biasanya berasal dari perdarahan pada saluran pencernaan bawah, sementara melena disebabkan oleh perdarahan pada saluran pencernaan atas. Berikut ulasan lebih lanjut tentang penyebab berak darah yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (1/4/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Polip pada Usus Besar

1. Polip pada Usus Besar

Jaringan abnormal jinak yang umum disebut polip bisa muncul pada bagian usus besar. Ketika polip ini pecah atau teriritasi, mereka dapat menyebabkan perdarahan yang mengakibatkan darah bercampur dengan feses. Gejala lain dari polip usus besar meliputi munculnya darah setiap kali buang air besar, feses berwarna hitam karena campuran darah, dan bercak darah pada feses. Polip usus besar yang menyebabkan perdarahan dapat meningkatkan risiko anemia dan kekurangan zat besi pada penderitanya.

2. Wasir

Wasir atau hemoroi  adalah pembengkakan pembuluh darah vena di daerah rektum (bagian dalam dari anus). Wasir membuat area rektum rapuh dan dapat berdarah saat buang air besar. Gejala lain dari wasir meliputi rasa sakit saat buang air besar dan darah yang bisa menetes setelah feses keluar.

3. Penyakit Divertikulum

Divertikula adalah tonjolan kecil yang terbentuk di lapisan usus bawah. Biasanya, divertikula tidak menimbulkan masalah, tetapi dalam beberapa kasus, mereka dapat pecah atau terinfeksi, yang menyebabkan perdarahan. Penyakit divertikulum bisa menjadi penyebab dari berak darah, terutama jika terjadi perdarahan dari divertikula yang pecah atau teriritasi.

 

 

3 dari 6 halaman

4. Fisura Ani

Fisura ani adalah kondisi robekan pada kulit di sekitar anus yang dapat menyebabkan keluarnya darah bersamaan dengan feses. Gejalanya meliputi darah merah terang pada feses dan rasa sakit karena kulit di sekitar anus sangat sensitif. Meskipun biasanya fisura ani sembuh sendiri dalam beberapa minggu, pengobatan sederhana seperti meningkatkan konsumsi serat, minum air yang cukup, dan berendam dalam air hangat dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.

5. Kanker Usus Besar

Kanker usus besar dapat menyebabkan perdarahan pada dubur, yang dapat terlihat sebagai darah merah pada feses atau feses yang berwarna hitam karena bercampur dengan darah. Gejala lain dari kanker usus besar meliputi kram perut, penurunan berat badan tanpa sebab, kelelahan, dan gejala lain yang berkaitan dengan sistem pencernaan.

6. Melena

Melena adalah kondisi di mana perdarahan terjadi di saluran pencernaan bagian atas, seperti esofagus, lambung, atau usus bagian atas. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti varises esofagus, gastritis, tukak lambung, kanker lambung, atau sindrom Mallory-Weiss. Gejala melena meliputi darah berwarna hitam pada feses, kelelahan, gangguan pernapasan, dan perubahan volume urine.

 

 

4 dari 6 halaman

7. Tukak Lambung

Tukak lambung adalah kondisi di mana terjadi luka pada lambung yang disebabkan oleh erosi lapisan mukus yang melindungi lambung dari asam lambung. Ketika lapisan mukus terkikis, asam lambung dapat langsung mengenai jaringan lambung yang sensitif, menyebabkan luka. Kondisi ini dapat mengakibatkan feses berdarah karena makanan yang diolah di lambung terkontaminasi oleh darah.

8. Angiodisplasia

Angiodisplasia adalah kelainan pada pembuluh darah di saluran pencernaan, terutama di bagian kolon. Kelainan ini membuat pembuluh darah menjadi mudah pecah, menyebabkan pendarahan yang dapat terlihat pada feses.

9. Radang Usus

Radang usus termasuk kolitis ulseratif dan Crohn’s disease, merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh reaksi autoimun atau infeksi oleh kuman atau bakteri tertentu. Radang pada usus dapat menyebabkan iritasi dan luka pada organ tersebut, yang kemudian dapat menghasilkan darah dalam feses.

5 dari 6 halaman

Pengobatan Berak Darah

Proses pengobatan berak darah dimulai dengan diagnosis yang teliti oleh dokter. Proses ini meliputi wawancara mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien serta pemeriksaan fisik. Setelah itu, berbagai metode pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan untuk memastikan penyebab berak darah, seperti endoskopi, foto Rontgen dengan kontras barium, angiografi, dan laparotomi.

Setelah diagnosis ditegakkan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengobatan yang sesuai dengan tujuan, antara lain.

1. Pemberian Infus atau Transfusi Darah

Jika pasien mengalami perdarahan yang signifikan, dokter dapat memberikan cairan pengganti melalui infus atau melakukan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang.

2. Tindakan Melalui Endoskopi

Endoskopi tidak hanya digunakan untuk diagnosis, tetapi juga dapat digunakan untuk mengatasi perdarahan. Beberapa metode yang dapat dilakukan melalui endoskopi antara lain electrocauterization, band ligation, dan injeksi cyanoacrylate.

3. Operasi

Jika diperlukan, dokter dapat melakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secara langsung atau melakukan kolostomi jika perdarahan disebabkan oleh kanker kolon atau usus besar.

4. Pemberian Obat-obatan

Setelah perdarahan teratasi, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi penyebab berak darah dan mencegah terjadinya perdarahan kembali. Obat-obatan yang mungkin diberikan antara lain antibiotik, obat penurun produksi asam lambung, obat kemoterapi, dan lain sebagainya.

5. Penanganan Mandiri

Pasien juga akan diberikan instruksi untuk melakukan perawatan mandiri di rumah, seperti mengonsumsi makanan tinggi serat, berolahraga secara teratur, minum air putih yang cukup, dan mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan.

Proses pengobatan berak darah akan disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan penyebabnya. Konsultasikan secara teratur dengan dokter untuk memantau perkembangan kondisi dan memastikan pengobatan berjalan dengan baik. Asuransi kesehatan yang menyediakan layanan konsultasi dengan dokter spesialis juga dapat membantu dalam proses pengobatan dan pemantauan kesehatan secara lebih efektif.

6 dari 6 halaman

Pencegahan Berak Darah

Pencegahan berak darah melibatkan serangkaian tindakan untuk mengurangi risiko terjadinya penyebabnya. Berikut adalah beberapa cara pencegahan berak darah.

1. Mencegah Wasir

  1. Pastikan untuk mengonsumsi banyak air putih dan makan makanan berserat tinggi untuk menjaga kesehatan pencernaan. 
  2. Hindari menunda keinginan untuk buang air besar dan usahakan untuk tidak mengejan terlalu keras saat buang air besar. 
  3. Jangan menghabiskan waktu terlalu lama di toilet saat buang air besar.

2. Pencegahan Kanker Usus Besar

  1. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi dan rekomendasi terkait pencegahan kanker usus besar, terutama bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun. 
  2. Rutin menjalani pemeriksaan screening kanker usus besar, seperti kolonoskopi, sesuai dengan panduan dan anjuran dari CDC.

3. Upaya Pencegahan Lainnya

  1. Konsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang serta pastikan untuk mencukupi asupan makanan berserat.
  2. Lakukan olahraga secara rutin untuk menjaga kesehatan tubuh dan pencernaan.
  3. Jaga berat badan agar tetap ideal dan hindari kebiasaan merokok yang dapat merusak kesehatan pencernaan.
  4. Selalu menjaga area dubur tetap kering, membersihkannya dengan air hangat dan sabun yang lembut, serta hindari duduk terlalu lama di permukaan yang keras.
  5. Minum air yang cukup setiap hari untuk menjaga hidrasi tubuh dan kesehatan pencernaan.
  6. Hindari mengejan terlalu keras saat buang air besar dan jangan menunda keinginan untuk buang air besar.

Melalui langkah-langkah pencegahan tersebut, diharapkan dapat menurunkan risiko terjadinya berak darah dan menjaga kesehatan sistem pencernaan secara keseluruhan. Selain itu, menjalani medical check up rutin dan kolonoskopi berkala juga sangat penting untuk mendeteksi penyakit liver dan kanker usus besar sejak dini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.