Sukses

Penyebab Cepat Lapar Menurut Psikologis dan Cara Mengatasinya

Menurut psikologis, penyebab cepat lapar tidak hanya terkait dengan faktor fisik, tetapi juga faktor psikologis seperti stres.

Liputan6.com, Jakarta - Situasi cepat lapar sering terjadi di kehidupan sehari-hari, termasuk saat menjalani puasa. Saat berpuasa, tubuh mengalami perubahan dalam pola makan dan aktivitas, yang dapat memengaruhi respons psikologis terhadap makanan. Menurut psikologis, penyebab cepat lapar tidak hanya terkait dengan faktor fisik, tetapi juga faktor psikologis seperti stres, kecemasan, kebosanan, dan kondisi emosional lainnya.

Penting untuk memahami bahwa lapar psikologis dapat dipicu oleh stres, kecemasan, dan kebosanan, yang dapat mengganggu keseimbangan emosi dan kesehatan mental. Untuk mengatasi cepat lapar yang disebabkan oleh faktor psikologis, penting untuk mengelola stres dengan teknik-teknik relaksasi, seperti meditasi atau olahraga, serta mencari dukungan sosial dari orang-orang terdekat.

Selain itu, mengidentifikasi pemicu kecemasan dan mengatasi kebosanan dengan mencari kegiatan yang bermanfaat juga dapat membantu mengurangi lapar psikologis. Memahami penyebab cepat lapar menurut psikologis dan cara mengatasinya merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan mental dan keseimbangan nutrisi tubuh.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang penyebab cepat lapar menurut psikologis dan cara mengatasinya, Rabu (13/3/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Situasi Penyebab Cepat Lapar Menurut Psikologis

Situasi orang yang cepat lapar seringkali terjadi ketika mereka mengalami stres, cemas, atau kebosanan. Lapar psikologis, yang dipicu oleh faktor-faktor psikis, dapat menyebabkan orang merasa lapar meskipun sebenarnya tubuh mereka tidak membutuhkan asupan makanan.

Menurut penjelasan dari psikolog Susan Albers dari Cleveland Clinic, beberapa orang cenderung merespons stres dengan meningkatkan nafsu makan, sementara yang lain justru kehilangan nafsu makan. Respons yang berlebihan terhadap stres dapat membuat seseorang merasa lapar secara psikologis dan memicu perilaku makan yang tidak sehat.

Kondisi lapar psikologis seringkali terkait erat dengan respons tubuh terhadap stres. Ketika seseorang mengalami stres, tubuh mereka akan memproduksi hormon kortisol, yang dapat meningkatkan nafsu makan. Hal ini menyebabkan orang cenderung mencari makanan sebagai bentuk pelampiasan atau penghiburan saat mengalami situasi yang menekan.

Respons "fight atau flight" yang diaktifkan oleh otak saat stres membuat seseorang cenderung mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak, karena otak mempersepsikan bahwa tubuh membutuhkan energi tambahan untuk menghadapi ancaman.

Selain stres, terdapat faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan lapar psikologis, seperti sosialisasi, paparan iklan makanan, tidur yang buruk, dan konsumsi makanan yang sangat lezat. Menurut penjelasan dari Siloam Hospital, beberapa orang merespons stres dengan mengonsumsi makanan sebagai cara untuk meredakan ketegangan. Fenomena ini dikenal dengan istilah "stress eating" atau makan karena stres, yang dapat menyebabkan peningkatan asupan kalori dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan seperti obesitas.

Memahami penyebab cepat lapar menurut psikologis, individu dapat mengembangkan strategi untuk mengelola stres dan emosi dengan cara yang lebih sehat. Selain itu, juga memperbaiki pola makan mereka untuk menjaga keseimbangan nutrisi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

3 dari 3 halaman

Cara Mengatasi Cepat Lapar Menurut Psikologis

  1. Stres: Ketika mengalami stres, tubuh meningkatkan produksi hormon kortisol, yang dapat meningkatkan nafsu makan. Cara mengatasinya adalah dengan mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga, serta dengan mencari dukungan sosial dari teman atau keluarga.
  2. Kecemasan: Kecemasan yang berlebihan juga dapat menyebabkan cepat lapar. Mengatasi kecemasan bisa dilakukan dengan berbicara kepada seseorang yang dipercaya, menjalani terapi kognitif perilaku, atau menggunakan teknik-teknik pernapasan yang dapat menenangkan pikiran.
  3. Kebosanan: Terkadang, saat merasa bosan, seseorang cenderung mencari kesenangan dalam makanan. Mengatasi kebosanan bisa dilakukan dengan menemukan hobi baru, melakukan aktivitas fisik, atau mencoba hal-hal baru yang menarik minat.
  4. Paparan Iklan Makanan: Iklan makanan yang menggoda dapat memicu lapar psikologis. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk menghindari paparan iklan makanan yang berlebihan dan membatasi waktu menonton televisi atau menggunakan media sosial.
  5. Tidur yang Buruk: Kurang tidur dapat mempengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan, sehingga menyebabkan cepat lapar. Mengatasi masalah tidur bisa dilakukan dengan menjaga rutinitas tidur yang teratur, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dan menghindari konsumsi kafein atau gadget sebelum tidur.
  6. Konsumsi Makanan yang Sangat Lezat: Makanan yang sangat lezat seringkali sulit untuk ditahan, dan dapat memicu lapar psikologis. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk membatasi konsumsi makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak jenuh, serta memilih pilihan makanan yang lebih sehat.
  7. Kebiasaan Stress Eating: Beberapa orang merespons stres dengan mengonsumsi makanan sebagai cara untuk meredakan ketegangan. Mengatasi kebiasaan stress eating bisa dilakukan dengan mengidentifikasi pemicu stres dan mencari alternatif cara untuk mengelola emosi, seperti olahraga, seni, atau terapi.
  8. Perasaan Kesepian: Kadang-kadang, perasaan kesepian dapat memicu keinginan untuk menghibur diri melalui makanan. Mengatasi perasaan kesepian bisa dilakukan dengan mencari kegiatan sosial atau hobi yang membuat Anda merasa terhubung dengan orang lain.
  9. Paparan Aroma Makanan: Bau makanan yang sedap seringkali dapat memicu rasa lapar. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk menghindari paparan aroma makanan yang menggoda, terutama saat Anda tidak benar-benar lapar.
  10. Perasaan Terlalu Penuh: Saat seseorang merasa terlalu penuh dengan emosi atau pikiran yang berat, mereka mungkin mencari kenyamanan dalam makanan. Mengatasi perasaan terlalu penuh bisa dilakukan dengan berbicara kepada seseorang yang dipercaya, menulis jurnal, atau mencari bantuan dari profesional kesehatan mental jika diperlukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.