Sukses

Mengenal Kekerasan Verbal yang Ternyata Bisa Dipidanakan, Ini Dampaknya

Kekerasan verbal umumnya muncul sebagai alternatif yang diadopsi oleh mereka yang tidak mampu mengontrol emosi mereka dengan baik.

Liputan6.com, Jakarta Kekerasan verbal merupakan salah satu bentuk tindakan yang sering kali diabaikan atau bahkan dianggap sepele dalam interaksi sehari-hari. Meskipun tidak meninggalkan luka fisik yang terlihat, kekerasan verbal memiliki dampak yang sangat merusak pada kesejahteraan psikologis dan emosional korban. Kekerasan verbal umumnya muncul sebagai alternatif yang diadopsi oleh mereka yang tidak mampu mengontrol emosi mereka dengan baik.

Kekerasan verbal mencakup penggunaan kata-kata kasar, fitnah, ancaman, intimidasi, hinaan, dan pembesaran kesalahan. Tindakan ini sering terjadi dalam situasi di mana terdapat ketidaksetaraan kekuasaan, seperti antara atasan dan bawahan, atau antara orang tua dan anak. Keberadaan kekuasaan dalam hubungan tersebut memperkuat posisi pelaku kekerasan verbal dan merendahkan korban, menciptakan lingkungan yang tidak sehat secara emosional.

Sama dengan kekerasan fisik, kekerasan verbal juga dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi korbannya. Korban kekerasan verbal sering mengalami penurunan harga diri, kecemasan, depresi, dan bahkan trauma psikologis jangka panjang. Berikut ulasan lebih lanjut tentang kekerasan verbal yang ternyata dapat dipidanakan, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (15/2/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kekerasan Verbal di Mata Hukum

Kekerasan verbal merupakan bentuk pelecehan emosional yang menggunakan kata-kata untuk menyerang, mendominasi, mengejek, memanipulasi, dan/atau merendahkan orang lain, dengan dampak negatif yang serius terhadap kesehatan psikologis korban. Hal ini merupakan upaya seseorang untuk mengontrol dan mempertahankan kekuasaan atas orang lain. 

Terjadinya pelecehan verbal tidak terbatas pada satu jenis hubungan saja, melainkan dapat terjadi dalam berbagai jenis hubungan, seperti hubungan romantis, hubungan orang tua-anak, hubungan keluarga, dan hubungan rekan kerja.

Meskipun pelecehan verbal sering kali terjadi sebelum terjadinya kekerasan fisik, namun keduanya tidak selalu beriringan. Pelecehan verbal dapat terjadi secara terpisah tanpa adanya kekerasan fisik. Dalam beberapa kasus, efek dari pelecehan verbal bahkan bisa sama merusaknya dengan kekerasan fisik.

Dalam ranah hukum, perbuatan pelecehan verbal yang menyebabkan penghinaan langsung kepada individu dapat diklasifikasikan sebagai pelanggaran terhadap Pasal 310 Ayat (1) KUHP. Pasal ini menegaskan bahwa tindakan menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan maksud agar hal itu diketahui umum, diancam dengan pidana penjara atau denda.

Selain itu, jika dalam peristiwa pelecehan tersebut terdapat unsur kekerasan atau ancaman kekerasan, tindakan tersebut dapat termasuk dalam delik Pasal 335 Ayat (1) ke-1 KUHP. Pasal ini menyatakan bahwa memaksa orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan diancam dengan pidana penjara atau denda.

Apabila dalam kejadian yang sama juga terjadi kekerasan fisik seperti pemukulan yang tidak menyebabkan luka, maka tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai penganiayaan ringan sesuai dengan Pasal 352 Ayat (1) KUHP. Pasal ini mengatur mengenai penganiayaan yang tidak menyebabkan sakit atau halangan untuk melakukan jabatan atau pekerjaan, yang dapat dikenai pidana penjara atau denda.

Dengan demikian, kekerasan verbal bukan hanya merupakan tindakan yang merugikan secara emosional bagi korban, tetapi juga merupakan pelanggaran hukum yang dapat dikenai sanksi pidana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam KUHP. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari kekerasan verbal dan untuk mendorong penegakan hukum yang adil terhadap pelaku tindakan tersebut.

3 dari 4 halaman

Bentuk Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal adalah bentuk pelecehan emosional yang menggunakan kata-kata untuk menyerang, merendahkan, atau mengontrol orang lain. Berikut beberapa contoh konkret yang mengilustrasikan tindakan-tindakan kekerasan verbal.

1. Name-Calling

Tindakan ini melibatkan penggunaan nama panggilan yang bernada hinaan atau mengganti nama seseorang dengan sebutan lain yang merendahkan, seperti menyebut seseorang bodoh atau tidak berharga.

2. Degrasi

Degrasi merupakan tindakan membuat seseorang merasa rendah diri dan tidak berguna dengan menyampaikan ucapan-ucapan yang merendahkan dirinya, misalnya dengan mengatakan bahwa seseorang tidak akan berhasil tanpa bantuan pelaku kekerasan verbal.

3. Manipulasi

Tindakan ini melibatkan penggunaan kata-kata dengan tujuan memerintah atau mengendalikan seseorang, seringkali tanpa menggunakan kalimat imperatif secara langsung.

4. Menyalahkan

Menyalahkan merupakan tindakan mengarahkan kesalahan atau masalah pada orang lain sebagai pembenaran atas tindakan pelaku kekerasan verbal, seperti menjadikan kesalahan orang lain sebagai alasan untuk memberikan teguran.

5. Merendahkan

Pelaku kekerasan verbal berusaha untuk merendahkan lawan bicaranya dan menempatkan dirinya sebagai superior dengan menyampaikan ucapan yang membuat lawan bicaranya merasa tidak berharga atau tidak dihargai.

6. Kritik Berkelanjutan

Ini melibatkan pemberian kritik yang kasar dan terus-menerus, bukan dengan tujuan untuk membantu memperbaiki atau meningkatkan, tetapi lebih untuk membuat korban merasa rendah diri dan terus-menerus merasa tidak berharga.

4 dari 4 halaman

Dampak Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal memiliki dampak yang luas dan serius pada berbagai aspek kehidupan individu. Dampaknya tidak hanya terasa secara psikologis, tetapi juga dapat memengaruhi kinerja akademis, hubungan interpersonal, serta kesuksesan dalam karier seseorang. Berikut adalah beberapa dampak yang umum terjadi akibat kekerasan verbal.

1. Khawatir dan Perubahan Suasana Hati

Korban kekerasan verbal sering mengalami perasaan khawatir dan perubahan suasana hati yang drastis akibat tekanan dan ketidaknyamanan yang dirasakan.

2. Stres Kronis

Paparan terus-menerus terhadap kekerasan verbal dapat menyebabkan stres kronis, yang berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.

3. Harga Diri Rendah

Kekerasan verbal seringkali menghancurkan harga diri seseorang, membuat mereka merasa tidak berharga dan tidak dihargai.

4. Depresi dan Putus Asa

Dampak jangka panjang dari kekerasan verbal dapat menyebabkan depresi dan perasaan putus asa yang berkepanjangan.

5. Malu dan Merasa Bersalah

Korban kekerasan verbal mungkin merasa malu dan bersalah atas situasi yang mereka alami, meskipun mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan pelaku.

6. Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD)

Kekerasan verbal yang parah dapat menyebabkan korban mengalami gangguan stres pasca-trauma, dengan gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.

Dampak kekerasan verbal tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa, tetapi juga oleh anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami pelecehan verbal oleh teman sebaya memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi dan kecemasan di masa dewasa mereka.

Selain itu, kekerasan non-verbal juga memiliki dampak yang signifikan. Penolakan, kurangnya kepercayaan diri, dan kesulitan konsentrasi adalah beberapa dampak yang umum terjadi akibat pelecehan non-verbal.

Penting untuk menyadari bahwa kekerasan verbal bukanlah masalah sepele. Dampaknya dapat berdampak negatif pada kesejahteraan fisik dan mental individu, serta dapat mengganggu keberlangsungan hidup mereka dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk mengambil tindakan untuk mencegah kekerasan verbal dan memberikan dukungan kepada korban yang terkena dampaknya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.