Sukses

Memahami Cara Kerja Narkoba dan Alasan Orang Kecanduan, Waspadai Bahayanya

Meskipun sadar dengan adanya konsekuensi berbahaya, pengguna narkoba sulit mengendalikan dorongan untuk mengkonsumsinya lagi dan lagi.

Liputan6.com, Jakarta Narkoba memiliki dampak yang signifikan pada otak dan perilaku seseorang, yang kemudian dapat menyebabkan ketergantungan. Proses ini melibatkan perubahan otak, konsep ketergantungan, dan faktor risiko yang mempengaruhi seberapa besar seseorang rentan terhadap kecanduan narkoba.

Banyak orang salah mengira bahwa seseorang memutuskan untuk menggunakan narkoba karena kehilangan prinsip moral. Sehingga muncul anggapan bahwa para pengguna dapat berhenti mengonsumsi obat-obatan terlarang itu hanya dengan menguatkan tekad mereka.

Tapi sebenarnya, kecanduan narkoba adalah penyakit kompleks. Untuk dapat terlepas dari jeratan narkoba memerlukan lebih dari niat baik atau kemauan yang kuat. Obat-obatan terlarang mengubah otak dengan cara yang membuat sulit untuk berhenti, bahkan bagi mereka yang ingin melakukannya. 

Untungnya, para peneliti telah mengetahui lebih banyak tentang bagaimana narkoba memengaruhi otak dan menemukan pengobatan yang dapat membantu orang pulih dari ketergantungan obat dan menjalani kehidupan yang produktif. Berikut ulasan lebih lanjut tentang bagaimana narkoba bekerja dalam tubuh hingga membuat penggunanya kecanduan, dirangkum Liputan6.com dari laman nida.nih.gov, Minggu (14/1/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bagaimana Narkoba Memengaruhi Penggunanya

Kecanduan narkoba adalah penyakit kronis yang ditandai oleh keinginan mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang bersifat kompulsif. Meskipun sadar dengan adanya konsekuensi berbahaya, pengguna narkoba sulit mengendalikan dorongan untuk mengkonsumsinya lagi dan lagi. 

Keputusan mencoba narkoba mungkin terjadi secara sukarela dengan kesadaran penuh. Namun, penggunaan berulang bisa mengubah otak dan membuat orang tersebut sulit mengendalikan diri, bahkan saat ada dorongan kuat untuk menggunakan narkoba. Perubahan otak ini dapat bersifat persisten, dan itulah sebabnya kecanduan narkoba dianggap sebagai penyakit "kambuh" – orang yang sudah pulih masih berisiko kembali menggunakan narkoba, bahkan setelah bertahun-tahun tidak menggunakannya.

Umum bagi seseorang untuk mengalami kambuh, tetapi kambuh tidak berarti bahwa pengobatan tidak berhasil. Seperti halnya dengan kondisi kesehatan kronis lainnya, pengobatan seharusnya berkelanjutan dan seharusnya disesuaikan berdasarkan bagaimana pasien merespons. Rencana pengobatan perlu sering diperiksa dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan yang berubah pada pasien. 

Apa yang Terjadi pada Otak Ketika Seseorang Mengonsumsi Narkoba

Sebagian besar jenis narkoba memengaruhi "reward circuit" otak yang menyebabkan pelepasan dopamine, pemberi pesan kimia yang memberikan sensasi kenikmatan. Reward sirkuit yang berfungsi dengan baik memotivasi seseorang untuk mengulangi perilaku yang diperlukan untuk hidup, seperti makan dan menghabiskan waktu dengan orang yang dicintai. Lonjakan dopamine dalam reward circuit karena penggunaan narkoba mendorong orang untuk mengulangi perilaku itu berulang kali.

Seiring waktu, otak beradaptasi dengan penggunaan narkoba dengan mengurangi respons sel dalam sirkuit hadiah, menciptakan efek toleransi. Ini mengakibatkan pengurangan sensasi tinggi yang dirasakan oleh individu dibandingkan dengan awalnya mengonsumsi narkoba. Untuk mencapai sensasi tinggi yang sama, seseorang mungkin mengonsumsi dosis yang lebih tinggi atau menggunakan narkoba lebih sering. 

Adaptasi otak ini juga seringkali menyebabkan pengguna narkoba menjadi semakin sulit merasakan kesenangan dari hal-hal lain yang dahulu mereka nikmati. Seperti makanan, seks, atau kegiatan sosial.

3 dari 3 halaman

Kenapa Orang Jadi Kecanduan Narkoba

Tidak ada satu faktor tunggal yang bisa memprediksi apakah seseorang akan kecanduan narkoba. Risiko kecanduan dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor, berikut diantaranya.

1. Biologi

Gen-gen yang dimiliki seseorang dapat menyumbang sekitar setengah dari risiko kecanduan. Jenis kelamin, etnisitas, dan gangguan mental lainnya juga bisa mempengaruhi risiko.

2. Lingkungan

Lingkungan seseorang, termasuk keluarga, teman, status ekonomi, dan kualitas hidup secara umum, memainkan peran penting. Tekanan dari teman sebaya, pelecehan, paparan awal terhadap narkoba, stres, dan dukungan orang tua bisa sangat mempengaruhi kemungkinan seseorang menggunakan narkoba.

3. Perkembangan

Faktor genetik dan lingkungan berinteraksi dengan tahapan perkembangan hidup seseorang. Penggunaan narkoba pada usia dini meningkatkan risiko kecanduan, terutama pada remaja yang otaknya masih berkembang.

Bisakah Kecanduan Narkoba Disembuhkan

Sama seperti penyakit kronis lainnya, kecanduan narkoba umumnya tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Namun, kecanduan dapat diobati dan dikelola dengan sukses. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pengobatan ketergantungan dan terapi perilaku memberikan peluang terbaik untuk kesuksesan bagi kebanyakan pasien. Pengobatan yang disesuaikan dengan pola penggunaan narkoba dan masalah medis, mental, dan sosial dapat membantu seseorang pulih secara berkelanjutan.

Lebih baik mencegah daripada mengobati, penggunaan narkoba dan kecanduan dapat dicegah. Program pencegahan yang melibatkan keluarga, sekolah, masyarakat, dan media telah terbukti efektif dalam mencegah atau mengurangi penggunaan narkoba. Edukasi dan penyuluhan memegang peran kunci dalam membantu orang muda memahami risiko penggunaan narkoba. Guru, orang tua, dan penyedia layanan kesehatan memiliki peran penting dalam mendidik dan mencegah penggunaan narkoba.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.