Sukses

Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Tabot di Bengkulu? Ini 8 Tahapannya

Gambaran upacara Tabot di Bengkulu, pada dasarnya dirayakan untuk menyambut tahun baru dalam kalender Islam.

Liputan6.com, Jakarta - Tabot adalah sebuah upacara adat yang berakar dari wilayah Bengkulu. Gambaran upacara Tabot di Bengkulu, pada dasarnya dirayakan untuk menyambut tahun baru dalam kalender Islam.

Awal mula ritual Tabot dapat ditelusuri dari kedatangan para penyebar agama Islam dari India di wilayah Bengkulu. Upacara Tabot ini berlangsung selama 10 hari pertama di bulan Muharram dan diyakini telah diadakan sejak abad ke-14.

Sebuah karya berjudul "Islam dan Budaya Lokal Dalam Tradisi Tabut" (2021) oleh Japarudin menjelaskan bahwa upacara Tabot ini awalnya diperkenalkan oleh para pekerja asal Madras dan Bengali. Namun seiring berjalannya waktu, ia mengalami akulturasi dengan budaya lokal Bengkulu.

Melalui proses akulturasi ini, Tradisi Tabot kemudian berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas masyarakat lokal di Bengkulu. Memadukan elemen-elemen unik dari kedua budaya, ciptakan suatu perayaan yang istimewa dan berharga bagi komunitas Bengkulu.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang gambaran pelaksanaan Tabot di Bengkulu mengutip dari jurnal penelitian yang dipublikasikan oleh UNDIP (Universitas Diponegoro), Selasa (17/10/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Pengambilan Tanah

Upacara pengambilan tanah adalah salah satu tahapan awal dalam tradisi gambaran pelaksanaan Tabot di Bengkulu. Prosesi ini dilaksanakan pada malam sebelum tanggal 1 Muharram, biasanya setelah sholat Isya. Tradisi ini memiliki kedalaman makna sebagai pengingat akan hakikat manusia yang berasal dari tanah dan pada akhirnya akan kembali ke dalam pangkuan bumi.

Upacara pengambilan tanah berlangsung di dua lokasi utama, yaitu di Pantai Nala dan Tapak Paderi. Kedua tempat ini memiliki signifikansi dalam perjalanan Tabot, dan mereka menjadi saksi atas proses tradisional yang dilakukan secara rinci dan bersemangat.

Selama upacara ini, persiapan yang matang dilakukan. Sesajen yang disiapkan memiliki beragam komponen yang diwakili oleh bubur merah, gula merah, sirih tujuh subang, rokok tujuh batang, air kopi pahit, air serobat (air jahe), air susu sapi murni, air cendana, dan air selasih. Semua komponen ini memiliki makna simbolis yang dalam dan menjadi bagian penting dari prosesi.

Tidak hanya itu, doa-doa khusus dipanjatkan selama upacara untuk memberikan berkah dan makna yang lebih mendalam pada pengambilan tanah. Dalam proses ini, dua kepal tanah diambil. Satu kepal diletakkan di Gerga, yang mirip benteng, sedangkan yang satunya lagi dibawa untuk disimpan di atas tabot atau peti yang akan dibuat. Setiap langkah dalam pengambilan tanah adalah penghormatan terhadap nilai-nilai luhur yang dipegang teguh dalam tradisi ini.

2. Duduk Penja

Ritual Duduk Penja adalah tahap berikutnya dalam rangkaian pelaksanaan Tabot di Bengkulu. Ritual ini dilaksanakan selama dua hari, pada tanggal 4 dan 5 Muharram, dan biasanya berlangsung di waktu sore. Duduk Penja melibatkan proses penyucian benda yang disebut Penja. Penja adalah benda berbentuk telapak tangan beserta jari-jarinya yang terbuat dari tembaga. Benda ini memiliki nilai simbolis yang tinggi dalam tradisi Tabot.

Sebelum proses penyucian, Penja didoakan sebagai bentuk penghormatan dan persiapan untuk prosesi selanjutnya. Setelah itu, Penja diturunkan dan dibersihkan secara cermat. Upacara ini juga melibatkan penyajian sesajen, yang terdiri dari emping, air serobat, susu murni, air kopi pahit, nasi kebuli, pisang emas, dan tebu. Sesajen ini ditujukan sebagai tanda rasa syukur dan sebagai bentuk penghormatan.

Setelah Penja dibersihkan, benda ini dibungkus dengan cermat dan diantarkan ke tempat penyimpanannya. Selama prosesi ini, alunan musik dol atau kendang kecil serta tassa mengiringi perjalanan Penja. Semua tahapannya menjadikan Duduk Penja sebagai salah satu elemen yang memberi warna dan nilai dalam tradisi Tabot Bengkulu yang kaya makna.

3 dari 5 halaman

3. Menjara

Menjara, dalam gambaran pelaksanaan Tabot di Bengkulu, merupakan salah satu tahapan yang menghadirkan elemen persaudaraan dan kebersamaan dalam perayaan. Ini adalah perjalanan panjang yang dilakukan pada malam hari, khususnya mulai setelah sholat Isya pada tanggal 5-6 Muharram.

Menjara adalah momen ketika komunitas Tabot berkunjung ke keluarga Tabot lain sebagai bentuk bersilaturahmi.

Selama perjalanan menjara, keluarga Tabot berbagi cerita, kenangan, dan harapan. Ini adalah saat untuk mempererat tali persaudaraan di antara mereka. Tradisi ini menghadirkan nuansa kehangatan dan keakraban di antara komunitas Tabot yang telah menjalani persiapan panjang untuk momen-momen berikutnya dalam perayaan Tabot.

4. Malam Arak Jari-Jari dan Arak Sorban

Arak Jari-Jari dan Arak Sorban adalah dua bagian penting dalam rangkaian upacara yang mengiringi tradisi Tabot di Bengkulu. Momen ini memancarkan semangat dan antusiasme yang tinggi dalam menyambut perayaan yang semakin mendekat.

Arak Jari-Jari dari pelaksanaan Tabot di Bengkulu, diselenggarakan pada tanggal 7 Muharram pada pukul 19.30 malam. Proses ini merupakan salah satu puncak persiapan sebelum Tabot benar-benar diarak. Langkah pertama adalah menempatkan Penja yang sudah didudukkan di atas Tabot Coki. Ini adalah simbol bahwa Penja, yang memiliki nilai simbolis dalam tradisi Tabot, siap untuk diarak.

Kemudian, prosesi pengarakkan dimulai. Tabot Coki yang sudah dihiasi dengan Penja yang diposisikan dengan hati-hati di atasnya ditarik dengan semangat dan kekompakan oleh komunitas Tabot. Arak Jari-Jari adalah saat ketika Tabot Coki diarak melintasi kota dalam semangat perayaan.

Setelah Arak Jari-Jari, prosesi Arak Sorban dilakukan pada tanggal 8 Muharram, juga pada malam hari. Pada momen ini, Penja yang merupakan simbol kesucian dan makna mendalam dalam tradisi Tabot diarak dengan mengelilingi Tabot. Ini adalah upacara yang menciptakan momen kekhidmatan dan penghormatan terhadap Penja sebagai elemen penting dalam tradisi Tabot.

4 dari 5 halaman

5. Hari Gam: Suara Hening yang Membingkai Keheningan

Pada tahap ini, pelaksanaan Tabot di Bengkulu sudah mencapai Hari Gam, yang memiliki makna hening dan penuh dengan kekhusyukan. Pada tanggal 9 Muharram, mulai dari pagi hari, suara-suara bunyi-bunyian seperti musik dilarang dalam perayaan Tabot. Hari Gam adalah momen ketika keheningan mencakup seluruh perayaan, menandakan keseriusan dan penghormatan kepada tradisi Tabot.

Tahapan ini memanifestasikan makna mendalam dalam perayaan Tabot. Hening yang mengelilingi perayaan adalah ungkapan dari rasa hormat dan pengabdian kepada nilai-nilai dan makna-makna dalam tradisi ini. Ini adalah saat ketika fokus sepenuhnya diberikan pada tahapan berikutnya yang sangat khusus dalam perayaan Tabot.

6. Tabot Naik Pangkek: Menghubungkan Momen yang Suci

Pada tanggal 9 Muharram, di siang hari yang cerah, upacara Tabot Naik Pangkek dilaksanakan. Ini adalah salah satu tahapan yang memiliki signifikansi besar dalam tradisi Tabot. Tabot Naik Pangkek adalah saat ketika bangunan puncak Tabot disambungkan dengan bangunan Tabot Gedang di tempat pembuatannya.

Proses ini memiliki makna mendalam, karena itu adalah momen ketika seluruh struktur Tabot menjadi satu utuh. Tabot yang sebelumnya dibuat dengan penuh kecermatan dan rasa hormat, akhirnya menggabungkan elemen-elemen khusus dari puncaknya dengan struktur utama. Ini adalah saat ketika kebersamaan dan persatuan seluruh komunitas Tabot mencapai puncaknya, dan Tabot yang sempurna akhirnya siap untuk momen berikutnya dalam perayaan Tabot.

Tabot Naik Pangkek bukan hanya tahapan fisik, tetapi juga menghubungkan momen-momen yang sangat sakral dalam tradisi Tabot. Ini adalah penegasan bahwa setiap tahapan dalam perayaan ini memiliki peran khusus dalam menciptakan kesatuan dan kekhusyukan yang menyertai setiap perayaan Tabot di Bengkulu.

Dalam tahap ini, tradisi Tabot memancarkan pesan tentang kebersamaan, persatuan, dan penghargaan yang sangat dalam terhadap warisan budaya yang dijaga dengan penuh cinta dan kesetiaan.

5 dari 5 halaman

7. Malam Arak Gedang Menuju Kesenangan dan Persaudaraan

Sore hari pada tanggal 9 Muharram, gambaran pelaksanaan Tabot di Bengkulu mencapai momen penting yang dikenal sebagai Malam Arak Gedang. Ini adalah saat ketika Tabot dipersiapkan untuk perjalanan menuju tanah lapang, dan elemen-elemen penting seperti Soja dan Penja ditempatkan di atas Tabot.

Persiapan ini adalah bagian integral dari tradisi Tabot, dan mereka dilakukan dengan cermat dan penuh rasa hormat.

Malam Arak Gedang menandai peralihan dari tahapan persiapan ke tahapan utama di mana Tabot benar-benar bersanding di lapangan. Ini adalah momen penting ketika Tabot, yang telah disiapkan dengan cermat dan penuh kasih sayang, siap untuk dipersembahkan kepada komunitas sebagai manifestasi dari nilai-nilai tradisional yang dipegang kuat oleh orang-orang Bengkulu.

8. Arak-Arakan Tabot Tebuang: Perjalanan Menuju Kesucian

Pada pagi hari tanggal 10 Muharram, Tabot menghadapi momen yang sangat sakral dalam tradisi Tabot Bengkulu. Ini adalah saat ketika Tabot kembali diarak, tetapi tujuannya adalah istimewa. Tabot dibawa menuju Kerabela, sebutan lokal untuk Karbala.

Namun, sebelum diarak, Tabot menyembah kepada Tabot Imam dan Tabot Bangsal. Ini adalah tahap akhir dari gambaran pelaksanaan Tabot di Bengkulu, ketika Tabot menghadapi pengorbanan dan kesucian.

Proses pengorbanan ini mencerminkan pengabdian kepada tradisi dan nilai-nilai yang menjadi dasar perayaan Tabot. Setiap tahap perjalanan Tabot menciptakan makna mendalam, dan Arak-Arakan Tabot Tebuang adalah momen yang meresapi tradisi Tabot dengan pengorbanan dan penghormatan yang mendalam. Itu adalah saat ketika komunitas Tabot secara kolektif merenungkan arti dari seluruh perayaan ini dan menghormati nilai-nilai yang dipegang erat oleh tradisi ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.