Sukses

Kisah Tragis Gadis 12 Tahun Koma karena Vape, Kehilangan Satu Paru-Paru

Gadis ini juga harus kehilangan salah satu paru-parunya.

Liputan6.com, Jakarta Kisah tragis seorang gadis berusia 12 tahun, Sarah Griffin, yang mengalami koma akibat kecanduan vape menjadi sorotan, Ceritanya menggugah kesadaran akan bahaya rokok elektrik, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Mengingat faktanya vape lebih berbahaya dari rokok biasa. 

Sarah, yang pertama kali mencoba vaping pada usia sembilan tahun, harus menjalani perjuangan hidupnya setelah terjangkit infeksi paru-paru serius. Ia menjadi korban berbahaya dari kecanduan yang begitu cepat merambah hingga mengakibatkan hanya satu paru-parunya yang masih berfungsi. 

Dilansir dari Daily Mail, berikut ini telah Liputan6.com rangkum kronologi lengkapnya, pada Jumat (13/10/2023). 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kisah Tragis Gadis 12 Tahun Koma karena Vape

Sebuah kisah tragis tentang seorang gadis berusia 12 tahun dari Belfast, Sarah Griffin, telah mengguncang banyak orang. Gadis muda ini, yang menderita asma, telah mengalami konsekuensi yang mengerikan akibat kecanduan vapingnya. Kisahnya menjadi peringatan yang sangat penting bagi generasi muda dan orangtua tentang bahaya penggunaan rokok elektrik.

Sarah pertama kali mencoba vaping pada usia sembilan tahun dan akhirnya menjadi kecanduan. Pada bulan September, dia harus dirawat di rumah sakit karena masalah pernapasan yang parah, yang diduga disebabkan oleh kebiasaan vapingnya. Tes medis mengungkapkan bahwa hanya satu dari paru-parunya yang berfungsi dengan baik.

Sarah menghabiskan empat hari dalam keadaan koma, berjuang untuk hidupnya, dan ibunya, Mary, merasa sangat khawatir akan kehilangannya. Meskipun dia akhirnya selamat, kerusakan paru-parunya bersifat permanen. Dokter mengklaim bahwa tanpa kebiasaan vaping, Sarah mungkin akan memiliki peluang yang lebih baik untuk melawan infeksinya.

3 dari 4 halaman

Permohonan Gadis 12 Tahun

Meskipun telah melewati pengalaman yang mengerikan, Sarah Griffin memilih untuk berbicara kepada media dan memperingatkan teman-temannya serta generasi muda lainnya tentang risiko yang ditimbulkan oleh vaping. Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa begitu seseorang mulai vaping, sangat sulit untuk berhenti, dan sering kali seseorang baru menyadari bahayanya ketika sudah terlambat, dalam situasi hidup atau mati.

Ibu Sarah, Mary, juga mengimbau orangtua lainnya untuk mewaspadai bahaya vaping. Dia menggambarkan bagaimana putrinya, yang seharusnya menikmati masa kanak-kanaknya, kini harus melakukan latihan paru-paru seperti orang dewasa. Sarah secara diam-diam mengonsumsi ribuan isapan vape dalam beberapa hari sebelum akhirnya harus dirawat di rumah sakit.

Kisah Sarah Griffin menjadi bukti bahwa bahaya vaping sangat nyata, dan permohonannya adalah sebuah peringatan yang sangat penting untuk generasi muda dan orangtua untuk tidak mengabaikan risiko kesehatan yang serius yang terkait dengan vaping.

 
4 dari 4 halaman

Upaya Pemerintah dan Kesehatan Masyarakat

Kisah tragis Sarah Griffin muncul di tengah upaya pemerintah untuk menindak penggunaan vape di kalangan generasi muda. Langkah-langkah yang sedang dipertimbangkan meliputi larangan rasa yang ramah anak, seperti permen karet, serta perubahan pada pencitraan merek yang berwarna-warni. Produk vaping juga mungkin akan disembunyikan di balik konter untuk mencegah akses anak-anak.

Selain itu, ada kekhawatiran tentang penggunaan vape sekali pakai di kalangan anak-anak, dan pemerintah sedang mempertimbangkan larangan terhadap produk ini. Semua langkah ini bertujuan untuk mencegah generasi baru terjebak dalam kecanduan nikotin melalui vaping.

Kisah Sarah Griffin adalah pengingat yang sangat kuat tentang betapa berbahayanya vaping dapat menjadi, terutama bagi generasi muda. Semua pihak, termasuk pemerintah, orangtua, dan masyarakat, harus bersatu untuk menjauhkan anak-anak dan remaja dari bahaya vaping dan melindungi kesehatan mereka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.