Sukses

Tidak Selalu Identik dengan Perempuan, Ini Sejarah Warna Pink yang Sesungguhnya

Ada perjalanan panjang dan beberapa aspek yang membuat warna pink menjadi warna yang diasosiasikan pada sesuatu yang girly atau berhubungan dengan perempuan.

Liputan6.com, Jakarta Bayi yang baru lahir di rumah sakit umumnya akan mengenakan pakaian berwarna pink atau biru untuk menandai jenis kelamin mereka. Warna biru dan pink memang seringkali disamakan dengan identitas gender. 

Namun ternyata warna biru tidak selalu identik dengan laki-laki. Begitu pula warna pink atau merah muda tidak selalu identik dengan perempuan. Warna-warna pastel untuk pakaian bayi, termasuk biru dan pink, baru diperkenalkan pada pertengahan abad ke-19. Pada waktu itu, warna-warna ini juga tidak menjadi warna yang spesifik untuk jenis kelamin hingga abad ke-20. 

Ada perjalanan panjang dan beberapa aspek yang membuat warna pink menjadi warna yang diasosiasikan pada sesuatu yang girly atau berhubungan dengan perempuan. Berikut perjalanan warna sebagai identitas gender yang Liputan6.com rangkum dari laman britannica.com, Jumat (15/9/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Warna Sebagai Identitas Gender

Pada awal abad ke-20, beberapa toko mulai membuat semacam “sugesti” warna-warna yang cocok untuk jenis kelamin tertentu. Pada tahun 1918 misalnya, sebuah iklan menyatakan bahwa pink cocok untuk anak laki-laki karena dianggap warna yang tegas, sementara biru cocok untuk anak perempuan karena dianggap warna yang lembut dan cantik. 

Tetapi pada saat itu, tren warna yang diidentikan dengan gender tertentu ini belum begitu kuat seperti sekarang. Barulah pada tahun 1940-an, mulai terlihat pembagian anak-anak laki-laki mengenakan warna biru dan anak perempuan mengenakan warna pink secara spesifik. Ini adalah awal dari tren pakaian yang spesifik jenis kelamin seperti yang kita kenal saat ini.

Namun, pada tahun 1960-an dan 1970-an, ada gerakan pembebasan wanita yang mengkritik penggunaan warna-warna tertentu untuk anak perempuan karena dianggap dapat membatasi pilihan mereka. Akibatnya, banyak orangtua mulai lebih memilih warna netral untuk pakaian anak-anak mereka.

Pada tahun 1980-an, tren pakaian anak-anak yang sesuai dengan jenis kelamin kembali populer. Tren ini juga beriringan dengan perkembangan teknologi pengujian prenatal yang memungkinkan orangtua untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebelum kelahiran. Teknologi pencucian pakaian yang memungkinkan pakaian berwarna dicuci dan tanpa merusak warnanya membuat para orang tua kembali memilih warna-warna pastel, terutama pink dan biru.

Jadi, pilihan warna untuk anak-anak telah mengalami perubahan sepanjang sejarah, dan apa yang kita kenal sekarang sebagai "warna pink untuk perempuan" adalah hasil dari perubahan sosial dan tren mode dari waktu ke waktu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.