Sukses

7 Cerita Bom Sarinah dari Sudut Pandang Untung Sangaji, Hampir 7 Tahun Berlalu

AKBP Untung Sangaji bagikan cerita Bom Sarinah 6 tahun lalu dari sudut pandangnya.

Liputan6.com, Jakarta Kejadian ledakan bom di Sarinah dan Thamrin, Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016 merupakan kejadian yang tak terlupakan. Serangan Sarinah ini menambah cerita kelam dalam daftar serangan teroris di Indonesia. Dilansir dari News Liputan6, diketahui sedikitnya delapan orang tewas dan 24 lainnya luka-luka dalam peristiwa tersebut.

Hampir 7 tahun berlalu, AKBP Untung Sangaji bagikan cerita bom Sarinah dari sudut pandanganya di Twitter secara singkat tapi detail belum lama ini. Turut serta bantu amakankan lokasi saat Bom Sarinah tahun 2016 lalu, Untung Sangaji disebut 'Pahlawan Sarinah'.

"Enam tahun sejak tragedi Bom Sarinah, Thamrin, cerita itu masih jadi salah satu memori yang tidak terlupakan. beta ingin kembali ceritakan tragedi saat itu, dari sudut pandang beta pribadi." Tulis Untung Sangaji di laman Twitternya (28/12/2022).

Dalam ceritanya, Untung Sangaji menceritakan kejadian dari sebelum hingga setelah kejadian Bom Sarinah hingga suasana Sarinah dan Thamrin saat kejadian yang disebut Serangan Jakarta 2016 ini.

Berikut Liputan6.com merangkum dari Twitter Untung Sangaji tentang cerita Bom Sarinah dari sudut pandang Untung Sangaji, Kamis (29/12/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. Cerita Sesaat Sebelum Kejadian

Lewat laman Twitternya, Untung Sangaji menceritakan momen saat sebelum ia pergi, berpamitan dengan sang istri dan menikmati momen seruput kopi di Starbucks.

"Pagi sebelum baku tembak itu, beta berangkat dari rumah setelah menyantap sarapan buatan istri, beta pamitan, berpelukan dengan istri, dan dia bilang hati-hati." Tulis Untung Sangaji.

Untung Sangaji menjelaskan jika ia bersiap dan bergegas untuk segala kemungkinan karena sudah banyaknya ancaman teror. Pasalnya pada saat itu muncul ancaman di gereja dan masjid di Jakarta.

"Istri sudah tahu benar tugas beta hari itu, karena melihat kesiapan beta, yang harus bersiaga penuh setelah banyak ancaman teror muncul kepada gereja-gereja dan masjid di Jakarta..." Tambahnya.

Sesaat sebelum kejadian Bom Sarinah yang menggemparkan ini, Untung Sangaji ungkap jika ia tengah menikmati ngopi bareng temannya

"Sesaat sebelum kejadian, beta dengan tim sedang mau ngopi di dalam Starbucks. namun rekan beta ingin ngerokok, jadi gak bisa di dalam kedai kopi itu. kami pun pindah ke Walnut Bakery & Café." Jelas Untung Sangaji.

3 dari 8 halaman

2. Bunyi Ledakan

Saat tengah menikmati momen ngopi bareng teman, perwira dengan nama lengkap Ahmad Untung Surianata ini mendengar suara ledakan satu, dua dan ketiga hingga bergegas untuk menyelamatkan korban dan mengamankan lokasi.

"Baru saja menyeruput kopi setengah cangkir, tiba-tiba ada bunyi ledakan pertama. ledakan kedua, kemudian menyusul di depan pos penjagaan lalu lintas depan Sarinah, beberapa menit kemudian." Tulisnya.

"Di situlah beta langsung ambil magasin sambil telpon atasan beta, dan beliau perintahkan untuk laksanakan tugas dengan keahlian yang dimiliki sambil tunggu pasukan lain datang." Tambahnya.

"Kami mulai bergerak ke pos penjagaan lalu lintas Thamrin, yang ternyata sudah ada korban di dalam. kami angkat ke mobil. enggak lama, banyak orang mengelilingi kami. bukan bantu angkatin korban, tapi malah selfie-selfie." Jelasnya.

4 dari 8 halaman

3. Penambakan Kembali Terjadi

Usai ledakan pertama, kedua, dan ketiga, kemudian kembali terdengar penembakan yang membuat satu polisi dan warga sipil terjerembab. Untung Sangaji bergegas tanpa rasa takut ambil posisi di ke arah penembak.

"Penembakan mendadak kembali terjadi. kena dua polisi dan satu sipil. mereka terjerambab jatuh. jadi waktu itu, posisi beta lagi nolongin korban, terus ada penembakan. beta ambil posisi ke mana arah penembak itu." Ungkapnya.

"Beta mulai jalan mendekat, tiba-tiba kelihatan pelaku mulai lempar bom. saat itu ada petugas lain di pos mereka pakai body face anti peluru, helm anti peluru dan senjata panjang." Imbuhnya Lagi.

5 dari 8 halaman

4. Pelaku Santai Bawa Bom

Lewat tulisan singkatnya, Untung Sangaji menjelaskan bahwa pelaku santai membawa bom di tasnya. Bahkan diungkapkan pelaku bersembunyi di balik, namun sempat ditembak dan terkena lututnya.

"Kami pun ambil tindakan. beta ada tujuh magasin. satu terpasang, enam di pinggang. saya pegang senjata tua Special Infinity 1911. Kontak senjata dengan tersangka pun terjadi. enggak lama, kalau saya hitung dengan jam tangan itu 11 menit 45 detik. pelakunya ini terlatih, kenapa?" Jelasnya.

"Dia santai bawa bom di tasnya. pelaku satunya juga bawa tapi yang kecil-kecil untuk dilemparkan. mobil Karo Ops juga sempat kena sasaran. saat kena bom, keangkat itu mobil beberapa centimeter, terus jatuh lagi." Ungkapnya.

"Pelaku ini ngumpet di balik mobil. senjata yang saya pakai itu bisa tembus dua mobil. jadi pas saya tembak, kena bodi mobil, dan tembus kena lututnya." Tambahnya.

6 dari 8 halaman

5. Hadapi Pelaku Sendiri

Untung Sangaji mengungkapkan jika jaraknya dengan pelaku hanya 15 sampai 20 meter, alhasil ia menghadapi pelaku tersebut sendirian karena ditinggal oleh kawan yang lainnya ketika mengejar pelaku tersebut.

"Jarak beta dengan pelaku enggak jauh, sekitar 15-20 meter. tapi dia ini lari ke sana ke sini, bingung, dan tahu-tahu kita berhadapan, dan tahu-tahu juga beta tinggal sendirian--saat memburunya. ya sudah beta “layani” dengan baik." Papar Untung Sangaji.

"Setelah tembakan kena lutut itu, bom yang dia bawa jatuh. begitu jatuh, beta segera ambil tindakan menembak bomnya sebelum meledak. akhirnya meledak di situ. serpihannya kena sekitar. Termasuk kena pelaku satunya juga. jadi beta ambil tindakan cepat untuk hajar kepala dan dadanya. kalau lihat diotopsi itu ya, pelurunya banyak di kepala dan dada dia." Tambahnya, lanjutan penjelasan soal tembakannya yang terkena lutut pelaku.

7 dari 8 halaman

6. Bom Besar di Tas Pelaku

Pelaku rupanya sudah mempersiapkan dengan matang sampai membawa bom besar dengan diameter 20 cm dan panjangnya 40 cm. Jika bom tersebut meledak tentunya sangat membahayakan warga sipil bahkan aparat yang sedang berjaga.

"Di tas satunya beta yakin ada bom besar. ternyata betul. begitu dibuka Gegana, kelihatan bomnya diameter 20 cm dan panjang 40 cm. kalau meledak bisa ratusan meter serpihannya kemana-mana. bahaya. jadi gitu, jarak beta dengan pelaku dekat sekali. enggak ada kesempatan untuk lari." Jelasnya.

Peran Untung Sangaji menyelamatkan warga saat Serangan Jakarta 2016 memang sangat luar biasa sampai ia disebut sebagai Pahlawan Sarinah.

"Dan memang sudah risiko yang harus dihadapi. lebih baik mati untuk banyak orang daripada banyak orang mati untuk kita. itu prinsip antiteror. Waktu itu pelaku bawa bom dan senjata genggam. bom di tangan kiri, senjata genggam di tangan kanan." Tambahnya.

8 dari 8 halaman

7. Utamakan Keselamatan Warga

Meski sudah ada korban yang berjatuhan, Untung Sangaji menjelaskan jika di sekitar banyak orang yang menonton kejadian tersebut seperti tontonan favorit.

"Yang bikin saya geleng-geleng. banyak orang nonton. kayak film koboi saja. mereka nonton kita baku hantam. kayak ada atraksi apa gitu. padahal sudah ada korban di Starbucks maupun pos polisi." Tulisnya.

"Begitu sedikit kisahnya. keadaan yang mencekam. rasanya dejavu seperti saat beta di Aceh, hadapi kawanan bersenjata di hutan, peluru di mana-mana. gelap gulita. bukan main memang teroris, sudah tidak punya kemanusiaan, membunuh orang seenaknya. makanya saya ambil tindakan cepat." Tambahnya.

Meski saat mengamankan pelaku posisinya berbahaya, Untung Sangaji tetap utamakan keselamatan warga sipil daripada dirinya sendiri. Suasananya mencekam pada saat itu, perwira berusia 57 tahun ini ungkap jika kejadian Bom Sarinah tak terlupakan dan kerap membawanya kilas balik momen tersebut.

"Saat itu sudah tidak berpikir keselamatan diri, yang beta pikirkan keselamatan banyak orang. karena kita punya filosofi ‘lebih baik mati sendiri demi banyak orang daripada banyak orang mati demi kita.’." Tulisnya.

"Sementara anggapan teroris adalah akan ‘masuk surga’ karena membunuh banyak orang. kalau kita, semoga masuk surga karena melindungi banyak orang." Tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.