Sukses

Pelawak, Tipe Pribadi Kreatif Tapi seperti Terganggu Jiwanya

Tuntutan untuk selalu bisa menghibur penonton membuat para pelawak dan komedian harus banyak akal. Mereka tipe pribadi kreatif

Tuntutan untuk selalu bisa menghibur penonton membuat para pelawak dan komedian harus banyak akal. Peneliti dari Universitas Oxford Berkshire Healthcare NHS Foundation bahkan menyebutkan bahwa seorang komedian memiliki tipe kepribadian dengan tingkat kreativitas yang tinggi.

Seperti dikutip laman BBC, Senin (27/1/2014), peneliti menemukan unsur-unsur kreatif pada komedian sangat mirip dengan orang psikosis (gangguan jiwa).

Peneliti yang mempelajari 523 komedian (404 pria dan 119 wanita) dari Inggris, Amerika Serikat dan Australia ini diminta untuk mengisi kuesioner yang dirancang untuk mengukur ciri-ciri gangguan kejiwaan pada orang sehat.

Empat aspek yang diukur termasuk Unusual experiences (kepercayaan telepati dan peristiwa paranormal), Cognitive disorganisation (kesulitan memfokuskan pikiran), Introvertive anhedonia ( ketidakmampuan terhadap hubungan intim), dan  Impulsive non-conformity (perilaku antisosial).

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa komedian secara signifikan memiliki skor sangat tinggi untuk ciri-ciri kepribadian ekstrovert dan introvert. Para peneliti percaya bahwa kepribadian inilah yang menunjukkan kemampuan komedian untuk menghibur.

Profesor Gordon Claridge dari University of Oxford's Department of Experimental Psychology mengatakan bahwa unsur-unsur kreatif yang dibutuhkan untuk menghasilkan humor memang sangat mirip dengan gaya kognitif orang dengan psikosis baik skizofrenia (gangguan mental halusinasi dan delusi) dan gangguan bipolar (perubahaan mood drastis).

Sementara dr James MacCabe dari Institute of Psychiatry di King's College, London, mengatakan kalau psikosis tidak berhubungan dengan kepribadian tertentu, karena psikosis lebih parah dari sekadar gangguan mood.

"Penyakit seperti skizofrenia dapat menyerang siapa saja, apakah mereka kreatif atau tidak. Pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit ini memang butuh penelitian lanjut," jelas MacCabe.

Penelitian ini dipublikasikan dalam The British Journal of Psychiatry.

(Fit/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini