Sukses

Jika Tak Benar-benar Butuh, Jangan Konsumsi `Food Supplement`!

Gunakan Suplemen makanan hanya jika memang benar benar dibutuhkan dan sebaiknya yang sudah pasti aman karena disetujui BPOM

Sebagai dokter spesialis kedokteran olahraga yang menangani atlet bulutangkis, saya sering mendapatkan permintaan untuk memeriksa berbagai food supplement yang ditawarkan pada mereka agar mereka tidak sampai mengonsumsi produk suplemen yang ternyata mengandung zat doping.

Masih jelas dalam ingatan saya kasus doping yang di tulis di koran Kompas sebelum saya berangkat ke Amerika Serikat yang dialami atlet Indonesia karena tanpa sadar mengonsumsi suplemen yang sebelumnya dinyatakan bebas doping namun mereka ternyata gagal saat dites doping.

Biasanya sebagai dokter kita hanya membaca kandungan yang tercantung di kemasan dan bila memang tak ada kandungan yang termasuk dalam daftar yang dilarang oleh WADA ( World Anti Doping Agency) maka akan kita nyatakan produk tersebut aman untuk dikonsumsi oleh para atlet.

Namun apa yang saya baca di koran USA Today tanggal 25/7 yang lalu ternyata harus membuat saya mengubah apa yang saya yakini selama ini yaitu sebagai dokter kita cukup mempercayai apa kandungan yang tertulis di kemasan karena produk itu berasal dari negara adi daya yang sudah terpercaya kredibilitasnya dalam memproduksi food supplement yang baik untuk kesehatan dan olahraga.

Di USA Today tersebut dikatakan bahwa Matt Cahill yang memproduksi banyak supplement termasuk produk terakhirnya yaitu Craze performance fuel terbukti bersalah karena membuat formula food suplement dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari bahan bahan berbahaya seperti pestisida, hormon ataupun bahan yang termasuk dalam daftar doping yang diklaim untuk meningkatkan kesehatan, mengatasi obesitas, meningkatkan performa olahragawan.

Produksi yang tersebut dijual secara online ternyata sangat laku di pasaran karena promosi yang intens. Publik mempercayai apa yang diproduksi oleh perusahaannya karena dianggap kredibel dalam memproduksi berbagai suplemen hanya karena testimoni yang bukan merupakan hasil penelitian ilmiah.

Cahill sendiri tidak memiliki dasar pendidikan di kesehatan, nutrisi ataupun kimia dan bekerja sebagai life guard. Ia juga tidak memiliki staf ahli yang mendukung produksinya dengan demikian perbuatannya semata mata hanya untuk memperoleh keuntungan finansial tanpa memperhatikan faktor keamanan konsumennya.

Hasil dari perbuatannya tersebut menyebabkan kematian dan juga hasil test doping positif sehingga membuat para atlet kehilangan kesempatan, bea siswa bahkan juga prestasi yang cemerlang karena terbukti menggunakan produk doping. Perusahaan yang dibentuk ternyata sangat meyakinkan sehingga ada perusahaan lain yang ingin memproduksi sendiri suplemen tersebut.

Sayangnya setelah lisensi tersebut dibeli ternyata suplemen tersebut sudah menuai komplain dimana ada yang meninggal akibat mengkonsumsi produk tersebut. Akibatnya perusahaan pembeli lisensi tersebut dituntut namun Cahill sendiri masih aman untuk memproduksi suplemen yang lain.

Bahkan lebih gila lagi saat akhirnya ia akan masuk penjara ia mentweet bahwa ia akan melakukan perjalanan panjang untuk menemukan berbagai bahan alami baru yang akan digunakan untuk pruduksi yang akan datang. Dalam hal ini FDA yaitu lembaga pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat memang tidak memiliki pengaruh pada produksi suplemen sehingga Cahill dapat bebas berkreasi dengan berbagai macam produknya.

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari kasus Cahill adalah gunakan suplemen makanan hanya jika memang benar benar dibutuhkan dan sebaiknya yang sudah pasti aman karena telah di setujui oleh lembaga FDA. Lebih baik menggunakan bahan alami asli jika memang itu dibutuhkan. Hal lain adalah tidak ada jalan pintas untuk meningkatkan performa olahraga kecuali latihan, latihan dan latihan. Terima kasih.

(Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.