Sukses

Larangan Puasa Setelah Nisfu Syaban, Simak 2 Pandangan yang Melatarbelakangi

Nisfu Syaban adalah malam separuh atau pertengahan Syaban yakni tanggal 15 Syaban atau dimulai pada maghrib tanggal 24 Februari 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam dianjurkan menjalankan puasa sunnah di bulan Syaban. Namun, setelah Nisfu Syaban berlalu, Mazhab Syafi'i melarang puasa.

Nisfu Syaban adalah malam separuh atau pertengahan Syaban yakni tanggal 15 Syaban atau dimulai pada maghrib tanggal 24 Februari 2024.

Maka, larangan puasa dimulai pada tanggal 16 hingga 30 Syaban. Jika melihat kalender Hijriah 2024 yang diterbitkan Kementerian Agama Republik Indonesia, tanggal 16 Syaban jatuh pada Senin 26 Februari dan 30 Syaban jatuh pada 11 Maret 2024.

Melansir NU Online, ada dua pandangan yang melatarbelakangi keharaman puasa di tanggal-tanggal tersebut. Kedua pandangan itu adalah:

Dianggap Hari Syak

Pertama, hari-hari setelah Nisfu Syaban merupakan hari syak atau hari keraguan mengingat sebentar lagi akan menginjak bulan Ramadhan.

Hal ini dikhawatirkan orang yang berpuasa setelah Nisfu Syaban tidak sadar bahwa sebenarnya sudah memasuki bulan Ramadhan.

Waktu Persiapan Puasa Ramadhan  

Sementara, pendapat kedua menyebutkan bahwa hari-hari itu merupakan waktu yang bisa digunakan untuk persiapan menjalani puasa di bulan Ramadhan.  

Namun, keharaman puasa di tanggal tersebut tidak berlaku bagi enam orang tertentu yakni:

  • Orang yang biasa melakukan puasa dahr (puasa setahun penuh)
  • Orang yang biasa melakukan puasa Senin dan Kamis
  • Orang yang biasa melakukan Puasa Daud (sehari buka sehari puasa)
  • Orang yang sedang melakukan Puasa Nadzar
  • Orang yang melakukan puasa qadha
  • Orang yang sedang melakukan puasa kafarat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penjelasan Tokoh Islam Soal Puasa Setelah Nisfu Syaban

Syarat puasa di tanggal tersebut adalah telah melaksanakan puasa sebelum Nisfu Syaban.

Hal ini sebagaimana dijelaskan Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu:

قال الشافعية: يحرم صوم النصف الأخير من شعبان الذي منه يوم الشك، إلا لورد بأن اعتاد صوم الدهر أو صوم يوم وفطر يوم أو صوم يوم معين كالا ثنين فصادف ما بعد النصف أو نذر مستقر في ذمته أو قضاء لنفل أو فرض، أو كفارة، أو وصل صوم ما بعد النصف بما قبله ولو بيوم النص.

Artinya:

“Ulama mazhab Syafi’i mengatakan, puasa setelah Nisfu Syaban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahr, puasa daud, puasa Senin-Kamis, puasa nadzar, puasa qadha’, baik wajib ataupun sunnah, puasa kafarah, dan melakukan puasa setelah Nisfu Syaban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari Nisfu Syaban."

3 dari 4 halaman

Puasa Setelah Nisfu Syaban Berdasarkan Hadis

Pandangan tersebut didasarkan pada satu hadis yakni:

 ودليلهم حديث: إذا انتصف شعبان فلا تصوموا، ولم يأخذبه الحنابلة وغيرهم لضعف الحديث في رأي أحمد

Artinya:

"Dalil mereka adalah hadis, ‘Apabila telah melewati Nisfu Syaban janganlah kalian puasa.’ Hadis ini tidak digunakan oleh ulama mazhab Hanbali dan selainnya karena menurut Imam Ahmad, (ini) dhaif.”

Meskipun demikian, tidak semua ulama mengharamkan puasa setelah Nisfu Syaban. Ini karena hadis di atas oleh selain Madzhab Syafi'i dianggap dhaif (tidak memenuhi syarat) atau bahkan mungkar (tidak layak) mengingat adanya perawi yang bermasalah.

4 dari 4 halaman

Mayoritas Ulama Perbolehkan Puasa Setelah Nisfu Syaban

Hal ini sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari:

وقال جمهور العلماء يجوز الصوم تطوعا بعد النصف من شعبان وضعفوا الحديث الوارد فيه وقال أحمد وبن معين إنه منكر

“Mayoritas ulama membolehkan puasa sunnah setelah Nisfu Syaban dan mereka melemahkan hadis larangan puasa setelah Nishfu Syaban. Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in mengatakan hadis tersebut mungkar."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.