Sukses

Ahli Gizi: Susu Jadi Pelengkap Jika Kebutuhan Gizi Anak Sesuai Isi Piringku Belum Terpenuhi

Susu dapat menjadi alternatif pelengkap gizi mengingat kebutuhan setiap anak cenderung dinamis.

Liputan6.com, Jakarta - Susu dapat melengkapi kebutuhan gizi anak jika memang nutrisinya belum terpenuhi. Hal ini disampaikan ahli gizi Esti Nurwanti.

“Sebenarnya bukan masalah butuh (susu) atau enggak ya. Kita tuh setiap hari makannya enggak sama,” kata Esti dalam konferensi pers Grand Launching HealthyWay Kids, di Jakarta, Senin 19 Februari 2024.

“Jadi mungkin memang ada kalanya kita makannya bisa lengkap dan memenuhi kebutuhan gizi. Baik protein, lemak, karbohidrat dan sebagainya tapi mungkin ada saatnya kita tidak bisa melengkapinya, makanya perlu alternatif lain dan yang disukai anak biasanya susu,” tambah Esti.

Dengan kata lain, susu dapat menjadi alternatif pelengkap gizi mengingat kebutuhan setiap orang cenderung dinamis.

Esti menambahkan, jika hanya mengandalkan sumber protein dari makanan lain, ada kemungkinan salah pengolahan sehingga kualitas protein dan kandungan gizinya tidak optimal.

“Makanya kita perlu makanan yang benar-benar dapat terjaga kandungan nutrisinya. Di antaranya susu, karena cuma diseduh aja dan akan meminimalisasi kehilangan zat gizi.”

Meski susu dapat menjadi alternatif, tapi ketika anak hanya diberi susu maka Esti menilai tidak baik. Pasalnya, tak akan memberikan gizi seimbang untuk anak.

“Tidak baik karena kan tidak seimbang, seperti kita ketahui kalau gizi seimbang itu kan terdiri sari gizi makro dan mikro yang sesuai kebutuhan anak. Kita bisa menganut pedoman Isi Piringku untuk anak sesuai usianya.”

“Di Isi Piringku juga dijelaskan kebutuhan sumber karbohidratnya berapa, proteinnya berapa, sayur dan buahnya juga berapa, di situ dijelaskan. Tentu itu harus dipenuhi, jadi susu sebagai pelengkap terutama kalau asupan anak tidak tercukupi.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Anak Gemuk Belum Pasti Sehat

Esti juga menyampaikan bahwa anak yang disebut gemuk bisa saja benar-benar gemuk atau memang ukuran tubuhnya besar. Untuk menentukan seorang anak mengalami kegemukan, perlu ada pengukuran status gizi karena body image setiap anak berbeda-beda.

“Kalau gemuk itu kita melihat dari status gizinya karena mungkin body image setiap orang berbeda-beda. Kita menganggap anak itu gemuk, ternyata tidak. Jadi kita pastikan dulu dengan status gizi apakah anak itu benar-benar gemuk.”

“Tentunya kalau gemuk yang secara riil yang tubuhnya besar itu kurang tepat ya karena obesitas itu dapat meningkatkan risiko untuk penyakit degeneratif. Baik itu diabetes, kanker, hipertensi dan sebagainya,” jelas Esti.

3 dari 4 halaman

Pengidap Diabetes Semakin Muda

Esti tak memungkiri bahwa sekarang ini pengidap diabetes cenderung semakin muda. Dulu usia 50 baru diabetes, sekarang di usia 20 sudah bisa diabetes.

“Karena mungkin sejak kecil sudah makan berlebih, tidak sehat, dan sebagainya. Sehingga orangtua perlu tahu bahaya akan obesitas itu.”

Guna membuat anak yang terlihat gemuk tetap hidup sehat maka orangtua perlu tetap mengoptimalkan gizi seimbang. Gizi seimbang tercapai ketika asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral itu sesuai dengan kebutuhan.

“Dan pastikan anak tidak terlalu makan makanan manis berlebih, terlalu berminyak, berlemak, dan sebagainya. Apalagi sekarang anak suka fast food, di situ kemungkinan kalori, lemak dan sebagainya berlebih sehingga tidak dianjurkan untuk anak.”

4 dari 4 halaman

Gemuk Sehat dan Tak Sehat

Anak yang gemuk sehat sebenarnya sama-sama gemuk juga, lanjut Esti. Akumulasi dari sel lemaknya sama-sama banyak, baik dari jumlahnya yang banyak dan ukuran yang besar.

Ini sama-sama bisa meningkatkan risiko penyakit pada anak yang gemuk sehat dan tak sehat.

“Tapi setidaknya, kalau yang masih sehat ini kadar kolesterol, tekanan darah, dan sebagainya masih normal. Sedangkan yang gemuk tidak sehat itu mungkin selain gemuk juga disertai dengan kolesterol yang tinggi, tekanan darah tinggi, dan lainnya.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.