Sukses

Lisa Rumbewas Meninggal Dunia, Punya Riwayat Sakit Lutut dan Epilepsi

Semasa hidup, Lisa Rumbewas, itu diketahui memiliki epilepsi dan menderita nyeri lutut.

Liputan6.com, Jakarta - Lifter putri Indonesia, Lisa Rumbewas meninggal dunia hari ini, Minggu, 14 Januari 2024. Berdasarkan keterangan, Lisa Rumbewas mengembuskan napas terakhir di RSUD Jayapura, Papua pada pukul 03.00 WIT.

Belum diketahui apa penyebab atlet angkat berat yang mengharumkan nama Indonesia melalui sederet prestasinya itu tutup usia. Namun, semasa hidup, pemilik nama Lisa Raema Rumbewas, itu diketahui memiliki epilepsi dan menderita nyeri lutut.

Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 Riau menjadi ajang multievent terakhir yang diikutinya. Lisa mengeluhkan lututnya yang terasa sakit.

"Sejak PON Riau, lutut saya sakit. Kalau begini saya sudah tidak bisa meneruskan lagi kan," tutur Lisa jelang akhir Agustus 2017 pada Liputan6.com.

Dia menyambung, "tiga tahun terakhir juga menderita epilepsi. Saya tidak tahu sampai dokter yang bilang saat periksa."

Lisa juga sempat ambruk saat menerima medali pada 2017 gegara epilepsinya kambuh. Dia pingsan tak sadarkan diri di atas panggung sesaat setelah dikalungi medali Erick Thohir yang saat itu menjabat Ketua Umum KOI (Komite Olimpiade Indonesia).

Pembatalan medali perunggu Olimpiade 2008 atas nama Nastassia Novikava karena tersandung skandal doping membuat Komite Olimpiade mengalihkannya medali pada Lisa Rumbewas. Meski pembatalan sudah diumumkan IOC sejak Oktober 2016, penyerahan medali kepada atlet peringkat empat nomor 53 kg putri baru dilakukan bersamaan dengan Rapat Koordinasi Akhir Tahun 2017 oleh KOI. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ambruk Saat Terima Medali

Lisa awalnya berdampingan dengan Erick Thohir serta anggota senior IOC Rita Soebowo untuk mendengarkan dengan khidmat lagu resmi Olimpiade. Setelah prosesi pengalungan medali dan penyematan pin dilakukan, atlet asal Papua ini ambruk.

Tubuh Lisa langsung digotong ke pinggir panggung untuk ditenangkan. Sementara ibundanya, Ida Korwa, mewakili untuk menerima apresiasi simbolis dari Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga).

"Terima kasih. Lisa tadi tidak bisa menahan emosinya karena tidak menyangka bisa mendapat medali ini. Kalau perubahan emosi mendadak epilepsinya kambuh," tutur Ida.

Menurut Ida, putrinya juga mengalami serangan epilepsi saat Olimpiade Athena pada 2004.

"Waktu di Athena (Olimpiade 2004) dia juga setelah bertanding seperti ini," kata Ida.

3 dari 3 halaman

Epilepsi adalah

Terapis okupasi Forest Miller menjelaskan, epilepsi adalah kejang berulang akibat gangguan pola aktivitas listrik di otak.

“Kondisi ini perlu ditangani dengan banyak pertimbangan dan membutuhkan banyak manajemen diri,” mengutip tulisan yang ditinjau ulang oleh Miller mengutip VeryWell Health.

Kebanyakan pasien epilepsi dapat menjalani kehidupan dengan baik. Namun, mengidap epilepsi dapat meningkatkan risiko komplikasi serius, disabilitas, dan kematian.

Mengingat kejang akibat epilepsi dapat berakibat fatal, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan risikonya adalah dengan mengelola keamanan lingkungan. Lingkungan ini termasuk di rumah, sekolah, hingga tempat kerja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini