Sukses

Penyebab Bayi Lahir Prematur, Salah Satunya Ibu Mengalami Hipertensi

Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah (hipertensi) bisa memicu persalinan prematur.

Liputan6.com, Jakarta - Tekanan darah selama masa kehamilan harus dijaga agar tetap stabil. Bila alami kenaikan tekanan darah alias hipertensi bisa memberikan efek buruk bagi ibu maupun janin.

Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala khas dari preeklamsia. Ini merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang sayangnya sering terlambat disadari.

Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah. Gejalanya seperti pembengkakan di sejumlah area tubuh, sesak napas, mual, dan muntah,” jelas dokter anak konsultan neonatologi, Rinawati Rohsiswatmo di RSAB Harapan Kita, Jakarta.

Saat hamil, janin mendapatkan oksigen dan nutrisi dari darah yang dialirkan melalui plasenta. Namun, kondisi hipertensi saat hamil dapat membuat aliran darah ke plasenta berkurang. Ketika dibiarkan, hal ini membuat janin mengalami perlambatan tumbuh kembang, bahkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR).

“Selain itu adanya pengapuran dari tali pusar juga membuat makanan tidak bisa masuk ke janin. Hal- hal inilah yang juga menjadi penyebab bayi lahir dalam keadaan prematur,” ungkap dokter yang biasa disapa Rina, pada Jumat, 15 Desember 2023.

Oleh karena itu, Rina menegaskan para wanita sudah semestinya berhati-hati dan waspada akan ancaman hipertensi. Baik ibu hamil mau pun tidak, sudah sepantasnya menjaga kondisi tubuh dan tekanan darah agar tetap berada pada batas normal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Jangka Panjang dan Pendek Bayi Lahir Prematur

Kelahiran prematur dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek mau pun panjang. Rina menjelaskan, komplikasi jangka pendek meliputi gangguan pernapasan, suhu tubuh rendah, jantung, perdarahan otak, dan anemia.

“Sementara itu, masalah kesehatan jangka panjang yang bisa muncul pada bayi prematur seperti kerusakan otak, gangguan penglihatan, pendengaran, hingga mental,” kata Rina.

Dengan penanganan dan perawatan yang tepat, bayi prematur memiliki peluang hidup sehat. Penting untuk mendapatkan perawatan medis yang berkualitas, meski harganya terbilang mahal.

Oleh karena itu, Rina menyarankan agar melakukan tindakan pencegahan yang dianjurkan untuk mengurangi risiko kelahiran prematur.

3 dari 4 halaman

Dampak Lainnya dari Bayi yang Lahir Prematur

Bayi prematur belum tumbuh dan berkembang sebagaimana semestinya. Sehingga, bayi prematur cenderung mudah sakit dibanding yang lahir cukup bulan.

“Hal ini dikarenakan ia lahir dalam kondisi yang sedang dalam proses penyempurnaan. Sayangnya bayi prematur ini memang faktor kekebalan tubuhnya lebih rendah dibandingkan yang normal, sehingga mudah sakit,” jelas Rina.

Selain fisik dan imun, bayi prematur juga belum sempurna secara mental. Hal ini membuat beberapa bayi prematur mengalami gangguan kecemasan.

4 dari 4 halaman

Usia Kandungan Kategori Prematur

Pada bayi prematur, tumbuh kembang serta penanganannya tidak bisa disamakan dengan yang lahir cukup bulan. Berikut kategori usia kandungan bayi prematur.

  • Prematur akhir, lahir di antara minggu ke 34 dan 36.
  • Prematur sedang, lahir di antara minggu ke 32 dan 34.
  • Sangat prematur, lahir kurang dari minggu ke 32.
  • Prematur ekstrem, lahir pada atau sebelum minggu ke 25.

Dalam beberapa kasus bayi prematur, kebanyakan lahir lebih dini di minggu kehamilan 34 sampai 36. Padahal, minggu-minggu terakhir di dalam rahim tergolong masa yang cukup penting untuk perkembangan bayi secara maksimal.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini