Sukses

Para Capres Gencar Bahas Stunting, Kepala BKKBN Singgung Bahwa Bangun SDM Juga Perlu Perhatikan Aspek Mental

Para capres dalam Pemilu 2024 banyak yang bahas stunting, di sisi lain Kepala BKKBN mengingatkan bawha dalam membangun SDM bukan hanya perkara stunting saja.

Liputan6.com, Jakarta Isu soal stunting dan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia menjadi topik yang sangat penting dibahas oleh calon presiden (capres) dalam Pemilihan Umum 2024. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo.

"Sangat, sangat penting, kalau calon presiden punya konsep dalam rangka menurunkan stunting dan membangun SDM," saat ditemui di kantor BKKBN pada Selasa, 12 Desember 2023.

Hasto juga mengingatkan bahwa membangun SDM bukan hanya perkara stunting saja. Pasalnya, stunting hanya bagian dari pembangunan badan anak-anak Indonesia.

"Membangun SDM itu bukan cuma stunting lho, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Stunting itu baru badannya lho, belum jiwanya. Kan sekarang banyak yang gangguan jiwa, gangguan mental. Itu tantangan serius," ujar Hasto.

Sebelumnya, Hasto sempat mengusulkan bahwa materi tentang stunting perlu dibahas dalam debat calon presiden menjelang kontestasi pemilihan umum pada 2024.

"Nanti pada debat-debat calon presiden atau pemilihan kepala daerah (pilkada) itu, saya akan usul harus ada materi tentang stunting," kata dia dalam diskusi bersama media di Jakarta, Jumat mengutip Antara.

Ia menegaskan apabila ada calon kepala daerah atau capres yang tidak memasukkan program penurunan stunting, maka capres atau calon kepala daerah tersebut tidak berkomitmen terhadap kesehatan dan gizi anak-anak Indonesia.

"Kita harus memastikan materi debat tentang stunting itu ada," ucapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penurunan Stunting Perlu Komitmen Semua Pihak

Hasto juga menyampaikan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sudah mengirimkan dana sebesar Rp1,2 triliun​ ke seluruh daerah untuk percepatan penurunan stunting.

Artinya, perlu kerja cepat, kerja keras, dan komitmen dari seluruh kepala daerah untuk membuat program-program penurunan stunting.

"Daerah-daerah ini juga terus menggalakkan reformasi birokrasi, semua penjabat maupun kepala daerah, mereka takut angka stunting di daerahnya tinggi, karena pejabat ini takut tidak berprestasi, mengingat angka stunting di daerah sekarang jadi penilaian utama prestasi kerja pemerintah daerah," katanya.

3 dari 4 halaman

Terobosan untuk Membangun SDM Perlu Jadi Prioritas Super

Lebih lanjut, Hasto menyampaikan bahwa setiap capres harus memiliki terobosan untuk membangun SDM.

"Cari suatu terobosan bahwa pembangunan SDM kita itu harus diprioritaskan, jadi prioritas nasional. Menurut saya, perlu super-super prioritas," ucap Hasto.

Menurutnya, pembangunan fisik dan infrastruktur sudah dilakukan. Maka dari itu, para calon presiden perlu pula memiliki gagasan untuk membangun SDM.

"Kita tahu pembangunan fisik, infrastruktur tuh banyak. Ada kawasan strategis nasional, ada prioritas pembangunan nasional. Saya berharap betul, calon-calon presiden yang akan datang punya konsep, punya gagasan bagaimana untuk akselerasi pembangunan SDM," kata Hasto.

4 dari 4 halaman

Kualitas SDM Indonesia Masih Rendah

Dorongan Hasto agar para capres memiliki gagasan terkait SDM bukan tanpa alasan. Ini karena sejauh ini, peringkat kualitas SDM Indonesia masih rendah. Termasuk dalam aspek human capital index, human development index, high skill, dan low skill.

"Itu tantangan serius. Kita tidak ingin gara-gara SDM kurang bagus akhirnya bonus demografis tidak bisa diraih," katanya.

Lebih lanjut, dikatakan Hasto bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2007 mengatakan human capital index berkaitan erat dengan angka stunting.

Human Capital Index atau HCI sendiri adalah salah satu program Bank Dunia yang didesain untuk menjelaskan bagaimana kondisi kesehatan dan pendidikan dapat mendukung produktivitas generasi yang akan datang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.