Sukses

Mengenal Prosedur Cuci Darah, Cara Kerja hingga Efek Sampingnya

Cuci darah adalah prosedur dalam dunia kedokteran yang dilakukan untuk membuang racun dan zat-zat sisa dalam darah yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh.

Liputan6.com, Jakarta - Prosedur cuci darah perlu dijalani ketika ginjal kehilangan fungsinya dalam menyaring dan membuang sisa zat berbahaya dari dalam darah.

“Cuci darah adalah prosedur dalam dunia kedokteran yang dilakukan untuk membuang racun dan zat-zat sisa dalam darah yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh,” kata Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi RS Medika Permata Hijau, Hery Emria dalam keterangan pers, Senin (11/12/2023).

Prosedur ini dikenal pula sebagai hemodialisis yakni menyaring darah menggunakan mesin.

Proses cuci darah biasanya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan akan berlangsung selama empat jam pada setiap prosedurnya. Namun, dokter bisa saja merekomendasikan kebutuhan tergantung dari kondisi dan kesehatan pasien.

Pada seseorang yang sehat, darah disaring di dalam ginjal dan sisa-sisa cairan dan racun akan dibuang melalui uretra dalam bentuk urine. Namun, jika ginjal kehilangan kemampuannya untuk bisa menyaring darah dengan maksimal, ini dapat membuat racun dan zat-zat berbahaya lainnya mengendap dalam tubuh.

Sudah dipastikan bahwa penyakit ginjal merupakan jenis penyakit yang mengharuskan seorang pasien untuk melakukan cuci darah. Karena cuci darah sendiri berfungsi untuk menggantikan tugas ginjal dalam menyaring zat-zat berbahaya dalam tubuh.

Kondisi gagal ginjal baik kronis maupun akut merupakan alasan utama apakah seseorang membutuhkan cuci darah atau tidak. Jika fungsi ginjal telah menurun sebanyak 80-90 persen maka cuci darah adalah hal wajib yang harus dilakukan oleh pengidap gagal ginjal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Gagal Ginjal

Gagal ginjal yang membuat seseorang harus cuci darah bisa terjadi akibat beberapa kondisi yang bisa merusak ginjal, seperti:

  • Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
  • Diabetes atau gula darah tinggi.
  • Lupus.
  • Penyakit ginjal polikistik.

Beberapa orang bisa terkena gagal ginjal tanpa alasan yang diketahui. Gagal ginjal bisa menjadi kondisi jangka panjang, atau bisa datang tiba-tiba setelah sakit parah atau cedera.

3 dari 4 halaman

Cara Kerja Cuci Darah

Hemodialisis merupakan jenis prosedur cuci darah yang paling umum, prosedur ini bekerja menggunakan mesin bernama dialisis.

Proses penyaringan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui jarum dan tabung yang disambungkan ke lengan pasien. Darah tersebut kemudian akan dialirkan ke dalam mesin dialisis untuk disaring.

Di dalam mesin, darah akan diedarkan melalui filter dialyzer, yang memindahkan limbah ke dalam larutan dialisis yang mengandung air, garam, dan zat tambahan lainnya.

Dalam tahap ini, darah akan tersaring dan zat-zat bahaya akan dibuang sehingga darah akan dalam keadaan bersih dan siap dimasukkan ke dalam tubuh kembali.

Darah yang telah disaring kemudian akan dialirkan kembali ke tubuh melalui jarum yang berbeda di lengan. Selama proses ini berlangsung, dokter maupun petugas kesehatan akan terus memantau tekanan darah untuk menyesuaikan seberapa cepat darah mengalir masuk dan keluar dari tubuh.

4 dari 4 halaman

Risiko dan Efek Samping dari Cuci Darah

Setelah proses cuci darah dilakukan, tekanan darah bisa saja turun menjadi rendah. Ini dapat pula menimbulkan rasa mual, pusing atau bahkan pingsan.

“Namun tidak perlu khawatir karena semua kondisi Anda akan selalu dimonitor dan ditangani oleh dokter,” kata Hery.

Adapun beberapa efek samping lain dari hemodialisis meliputi:

  • Nyeri dada atau nyeri punggung.
  • Sakit kepala.
  • Kulit yang gatal.
  • Kram otot.
  • Sindrom kaki gelisah.

Beberapa risiko dan komplikasi dalam cuci darah juga bisa terjadi seperti infeksi pada tempat suntikan, aliran darah yang buruk, atau penyumbatan dari jaringan parut atau bekuan darah. Namun, ini jarang terjadi dan bisa ditangani oleh dokter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.