Sukses

Tips Dokter Paru, Cara Cegah Agar Tak Terjangkit ISPA di Musim Pancaroba

Jangan Sampai Terserang ISPA di Musim Pancaroba, Lakukan Hal Ini

Liputan6.com, Jakarta - Di musim pancaroba kayak sekarang dan ditambah pula dengan kualitas udara yang buruk, masyarakat diwanti-wanti akan risiko terkena penyakit yang diakibatkan bakteri maupun virus.

Salah satu penyakit 'musiman' yang sedang menimpa banyak orang belakangan ini tidak lain infeksi saluran pernapasan ataus (ISPA).

Oleh sebab itu, Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Siloam TB Simatupang, dr Henie Widowati SpP menyarankan agar kita berusaha mencegah dari penyakit yang berkaitan sama ISPA.

"Minimal banget pakai pelindung, pakai masker. Daya tahan tubuh juga harus dinaikkan. Dengan cara apa? Konsumsi makanan gizi seimbang, olahraga cukup, dan istirahat cukup. Itu yang paling utama," kata Henie dalam diskusi bersama Bear Brand belum lama ini.

Untuk olahraga, Henie menyarankan melakukan olahraga pernapasan. Namun, kalau mau yang gampang dan murah, cukup dengan jalan cepat.

"Yang rutin tapinya. Bagusnya setiap hari, tapi tiga kali seminggu juga sudah bagus dengan durasi cukup. Antara 40 menit sampai 1 jam," katanya.

Kemudian, seperti halnya COVID-19 yang ada vaksinnya, Henie mengatakan bahwa sejumlah penyakit pun bisa dicegah dengan vaksinasi. Dua di antaranya vaksinasi influenza dan vaksinasi pneumonia.

"Ini lebih disarankan, bukan wajib. Memang tidak bisa mencegah semuanya tapi di satu sediaan vaksin itu ada beberapa strain dari bakteri yang sehingga kalau kita pakai vaksin itu ada imunnya untuk mencegah penyakit dari bakteri yang sama," ujarnya.

"Nah, kedua vaksin ini tidak harus dimulai dari kecil. Dari sekarang juga boleh," Henie menambahkan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penyakit yang Berkaitan dengan ISPA

Sebelumnya, Henie mengatakan bahwa polusi udara erat kaitannya dengan masalah kesehatan. Sakit batuk kini sering dijumpai di sekitar kita. ISPA sendiri tidak hanya batuk, tapi penyakit ISPA juga dimulai dari tenggorokan hingga paru bagian bawah.

Menurut Henie, setiap tahun terdapat 7 juta kematian akibat kualitas udara yang buruk hingga menyebakan polusi udara (indoor dan outdoor).

Dan, lebih dari 2 juta kematian berasal dari Asia Tenggara. Bahkan, sembilan dari 10 orang di dunia tinggal di area dengan standar polusi udara yang melebihi nilai baku Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

"Sumber polusi itu banyak sekali misalnya saja outdoor dari transportasi atau indoor dari rumah tangga seperti masak. Dan, hasil kajian di Jakarta terbaru penyumbang polusi udara terbanyak adalah industri dan transportasi,” ujarnya.

Dari lima penyakit mematikan, tiga di antara penyakit yang terjadi pada paru. Seperti 21 persen karena pneumonia, 19 persen karena asma kronik, dan penyebabnya karena merokok. Polusi udara juga sangat rentan terjadi pada ibu hamil, balita, dewasa dengan penyakit penyerta, dan lansia.

3 dari 3 halaman

Dampak ISPA bagi Kesehatan Manusia Secara Menyeluruh

Efek Jangka Pendek (akut) seperti terjadi iritasi mukosa dengan ciri, mata merah, hidung berair, bersin. Lalu iritasi saluran napas atas, bawah, seperti peradangan, sakit tenggorokan, batuk, dahak.

Efek jangka pendek lainnya seperti peningkatan ISPA, peningkatan serangan asma, PPOK, peningkatan serangan jantung, peningkatan kunjungan IGD RS karena respirast atau jantung. Dan terakhir risiko keracunan gas toksik

Sementara itu, efek jangka panjangnya seperti (kronik), penurunan fungsi paru/faal paru, hiperreaktivitas bronkus, reaksi alergi, risiko asma, risiko PPOK, risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, hingga kanker.

"Ada hubungan polusi dengan pneumonia dari penelitian yang dilakukan oleh Hongkong dan China seperti peningkatan kasus ISPA. Dan bronkitis naik hingga 100 persen. Polusi juga naikin angka TBC, di china 2019 dan 2021. Di klinik saya juga, banyak TBC, gejalanya batuk lebih dari tiga minggu, kita lakukan rontgen dengan hasil TBC," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini