Sukses

Terlalu Sering Beri Camilan Rendah Nilai Gizi pada Anak Jadi Ancaman Stunting di Kemudian Hari

Sebagian masalah stunting di Kecamatan Rappocini tidak terjadi karena keluarga tak mampu memberikan asupan gizi terbaik pada anak. Melainkan karena pengasuhan yang kurang tepat.

Liputan6.com, Makassar Masalah stunting tidak hanya mengancam keluarga di pedesaan tapi juga di perkotaan. Stunting membuat anak bertubuh pendek serta kemampuan kognitifnya tak berkembang optimal juga bisa terjadi di keluarga mampu.

Menurut Kepala UPT KB Kecamatan Rappocini, Makassar, Syafruddin, sebagian masalah stunting di kecamatan tersebut tidak terjadi karena keluarga tak mampu memberikan asupan gizi terbaik pada anak. Melainkan karena pengasuhan yang kurang tepat.

“Misalnya anak menangis, memang orangtua mampu (secara ekonomi), tapi yang penting anak tidak menangis jadi dikasih lah kerupuk-kerupuk, cokelat, snack-snack,” ujar Syafruddin kepada Health Liputan6.com saat ditemui di Makassar, Selasa, 3 Oktober 2023.

“Bayi, bawah dua tahun (baduta) ini lambungnya tuh masih kecil, kalau makan kerupuk-kerupuk satu bungkus terus dikasih minum satu gelas ya sudah kenyang dia. Tiba waktu makan, dia enggak mau. Sementara, snack-snack-an kan cuma terigu, enggak ada protein, enggak ada gizinya di situ,” tambahnya.

Pemberian makanan ringan rendah nilai gizi menjadi kebiasaan di sebagian keluarga. Jika dilakukan terus-menerus maka dapat memicu kekurangan gizi pada anak.

Kurang gizi yang bukan karena penyakit tapi karena pola asuh yang terus-menerus dan dalam jangka waktu lama bisa jadi stunting.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Upaya Turunkan Stunting di Rappocini

Guna mengatasi masalah tersebut, Syafruddin dan timnya gencar melakukan pendampingan keluarga di Kecamatan Rappocini dengan pemberian edukasi serta makanan bergizi.

Pria usia 56 itu menyampaikan bahwa UPT KB Kecamatan Rappocini bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menggalakkan program Satu Anak Satu Warung Makan.

Ini adalah program yang melibatkan warung makan setempat agar dapat memberikan asupan nutrisi sehat pada anak stunting.

“Inovasi Satu Anak Satu Warung Makan ada di Kelurahan Ballaparang dan ini diharapkan akan menjadi ‘virus’ kemudian menular ke kelurahan-kelurahan yang lain,” ujar Syafruddin.

3 dari 4 halaman

Makanan Bergizi Tak Harus Pakai Daging

Program Satu Anak Satu Warung Makan mengajak warung makan setempat untuk memberikan makanan pada satu anak stunting. Makanan diberikan satu porsi setiap harinya dengan menu sederhana tapi bergizi.

“Tidak harus mahal, yang penting ada proteinnya, minimal satu telur. Tidak harus selalu pakai daging ayam,” ujar Syafruddin.

Warung makan yang diajak kerja sama mayoritas adalah warung makan yang sudah terbiasa memberikan makanan gratis pada jamaah salat Jumat.

“Biasanya kalau Jumat berkah warungnya memberi makanan untuk jemaah salat Jumat, 100 bungkus makanan atau bahkan ada yang 150 bungkus.”

Alih-alih memberikan makanan kepada jemaah salat Jumat yang tidak mengalami masalah gizi, UPT KB Kecamatan Rappocini pun meminta warung makan untuk menggeser sasaran bantuan. Tujuannya, memperbaiki asupan makan anak-anak yang stunting.

4 dari 4 halaman

Bukan Sekadar Beri Imbauan

Bukan sekadar memberikan imbauan untuk menjaga asupan nutrisi anak, UPT KB Kecamatan Rappocini juga mendorong penyediaan makanannya.

Tak berhenti di situ, tim pendamping keluarga (TPK) dikerahkan untuk memastikan bahwa makanan tersebut sampai ke perut anak dengan baik.

“Pemberian makan didampingi oleh tim pendamping keluarga, mereka datang (ke rumah anak stunting), nasinya dibawakan, dikasih makan di situ, makanan siap saji,” kata Syafruddin.

Dengan kata lain, setiap anak yang menjadi sasaran bantuan dipastikan akan mendapatkan hak atas makanan bergizi. Tim pendamping keluarga tidak akan meninggalkan anak begitu saja sebelum makanannya benar-benar dikonsumsi anak dengan baik.

Hal ini dilakukan guna meminimalisasi penyalahgunaan bantuan, misalnya makanan malah diberikan pada anggota keluarga lain ketimbang anak stunting yang benar-benar membutuhkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.