Sukses

Cara Bangkit dari Patah Hati dan Move On di Kala Putus Cinta

Para terapis dan psikolog berbagi tips terbaik mereka untuk mengatasi kesedihan akibat putus cinta - dan bagaimana menjadi lebih kuat.

Liputan6.com, Jakarta - Seseorang tidak bisa mengontrol bagaimana atau kapan akan patah hati. Tapi seseorang bisa mengontrol bagaimana cara ia mengatasi rasa sakit tersebut. 

Dalam banyak hal, patah hati memerlukan perhatian dan kasih sayang yang sama seperti ketika mengalami patah tulang.

“Sama seperti mengobati patah kaki dengan istirahat, terapi fisik, dan kesabaran, seseorang juga harus melakukan hal yang sama untuk patah hati. Ini akan membutuhkan pemrosesan emosi yang sulit, mendapatkan pengalaman baru, waktu dan dukungan,” ucap Lexi Joondeph-Breidbart, LMSW, pekerja sosial yang memimpin kelompok pendukung perpisahan selama delapan minggu bernama Lonely Hearts Club NYC. Dikutip dari TODAY pada Minggu, 1 Oktober 2023.

Di bawah ini, para terapis dan psikolog berbagi tips terbaik mereka untuk mengatasi kesedihan akibat putus cinta dan bagaimana menjadi lebih kuat dan bijaksana dalam jangka panjang.

1. Bersandarlah pada perasaan

Meski lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tetap hadir dan merasakan emosi (baik naik maupun turun) sangat penting untuk penyembuhan setelah patah hati. “Cari dukungan baik dari terapis atau kelompok pendukung yang berfokus pada perpisahan, depresi, atau kesepian.”

“Seseorang akan merasakan kumpulan emosi yang saling bertentangan, satu menit ia mungkin merasa sedih dan satu menit lagi marah atau bersalah. Persaingan emosi ini adalah hal yang normal," ucap David Tzall, Psy.D , seorang psikolog klinis di Brooklyn, NY.

2. Fokus pada belas kasihan diri sendiri, bukan harga diri

Bersikaplah baik kepada diri sendiri sepanjang perjalanan penyembuhan dan proses move on. “Saat patah hati menyerang, harga diri seseorang memperkuat keyakinan negatif seperti rasa malu, bersalah, dan ketidakmampuan." Kata Lindsey Konchar, MSW, LGSW, pemilik Coping with Lindsey.

Di sisi lain, Konchar mengatakan belas kasihan pada diri sendiri "mencakup kebaikan, kerendahan hati, dan pengertian. Tidak ada yang membandingkan diri sendiri dengan orang lain." 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cari Dukungan dari Orang Terdekat

3. Cari dukungan dari orang sekitar

“Dukungan sangat penting untuk menyembuhkan rasa sakit emosional dan membiarkan orang lain ikut serta merasakan hal yang sama,” kata Joondeph-Breidbart, seraya menambahkan bahwa seseorang harus bersedia menjadi menerima bantuan dari orang lain.

Jika seseorang merasa tidak memiliki banyak teman, carilah beberapa teman baru. Hal ini mungkin akan bermanfaat dan akan lebih mudah fokus membantu membangun diri yang lebih baik.

4. Kejar minat

"Kembali ke hal-hal yang membuat seseorang bahagia sebelum putus cinta atau jelajahi gairah baru,” kata Joondeph-Breidbart.

 

 

3 dari 4 halaman

Cari Hobi Baru

5. Luangkan waktu untuk hobi baru

Ini adalah awal yang baru, jadi sebaiknya seseorang membuka diri terhadap pengalaman baru.

"Bagaimanapun menyedihkannya sebuah perpisahan, itu bisa menjadi peluang untuk bangkit kembali. Melakukan hobi baru, memulai kelas baru, atau pindah ke kota baru dapat menjadi cara untuk menyegarkan diri dan memungkinkan pertumbuhan internal yang berkelanjutan,” kata Tzall, seraya menambahkan bahwa transisi adalah saat yang tepat untuk mempertimbangkan apa yang menjadi kebutuhan dan apakah hal tersebut diperlukan.

6. Blokir mantan di media sosial

“Memblokir mantan di media sosial adalah cara penyelesaian yang sehat,” kata Konchar. “Saat seseorang melihat mantannya, meski hanya di media sosial, otaknya mendapat serangan dopamin (hormon perasaan senang). Setelah kejadian awal itu, ia mungkin akan merasa cemas, sedih, atau bahkan impulsif.”

 

4 dari 4 halaman

Fokus Pada Diri Sendiri

7.Tetap fokus pada diri sendiri

Ini adalah waktu untuk merenung secara mendalam, bukan waktu untuk menyesali setiap tindakan mantan. “Jangan stres tentang apa yang dilakukan orang lain atau betapa tidak adil atau salahnya apa yang mereka lakukan. Ketika kita terlalu fokus pada orang lain, kita tidak menyadari peran kita dalam putusnya hubungan,” kata Tzall.

“Perpisahan disebabkan oleh kedua orang yang memiliki tingkat kesalahan tertentu dalam hal tersebut. Kami dapat mengatasi rasa sakit ini lebih cepat ketika kami melihat apa yang kami lakukan untuk menambah dinamika sehingga kami tidak mengulanginya lagi,” tambah Tzall.

8. Cobalah untuk membatasi nasihat yang didapatkan dari orang lain

Ya, bersandar pada teman dan keluarga selama masa ini memang penting, tetapi terlalu banyak mendapat nasihat dari orang lain juga bisa membuat pusing. “Mereka mencoba untuk membantu dan memberikan dukungan, namun mereka cenderung berbicara berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan hal tersebut tidak selalu membantu,” kata Tzall, seraya menambahkan bahwa yang terbaik adalah berada di sekitar orang-orang yang hanya mendengarkan daripada berbicara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini