Sukses

Lagi Musim DBD, Sembarangan Fogging di Perumahan Elit Bikin Nyamuk Kebal

Fogging secara sembarangan dapat membuat nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) kebal.

Liputan6.com, Jakarta Upaya fogging (pengasapan) di perumahan elit demi menekan nyamuk Demam Berdarah Dengue atau DBD berkembangbiak masih banyak terjadi. Sayangnya, masyarakat belum teredukasi bahwa fogging justru dapat membuat nyamuk Aedes aegypti pembawa virus DBD makin kebal.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Maxi Rein Rondonuwu menegaskan, masyarakat tidak boleh sembarangan melakukan fogging.

Keputusan penentuan fogging harus melalui Penyelidikan Epidemiologi (PE).

"Fogging itu sebenarnya dilakukan sesudah petugas melakukan penyelidikan epidemiologi atau namanya PE. Begitu yakin di situ ada penderita positif DBD," tegas Maxi saat peluncuran kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD di Hotel Raffles Jakarta pada Rabu, 27 September 2023.

"Kemudian jentiknya ada di sekitar, baru dilakukan fogging dengan radius sekitar 100 meter dari tempat itu. Jadi tidak sembarangan melakukan fogging."

Kondisi Tidak Perlu Fogging

Apabila di lingkungan tempat tinggal warga itu tidak ada kasus DBD, maka tak diperlukan fogging.

"Kalau di tempat tinggal itu orang enggak ada sakit DBD, terus enggak ada kasus DBD di lingkungan, ya ngapain di fogging," pungkas Maxi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Nyamuk Makin Resisten

Maxi Rein Rondonuwu kembali menjelaskan, fogging yang terus-menerus menyebabkan nyamuk Aedes aegypti pembawa virus DBD semakin resisten terhadap insektisida.

Dalam hal ini, fogging bukan berarti meningkatkan mutasi virus DBD, melainkan lebih menyasar kepada nyamuk yang menjadi resisten atau kebal.

"Sebenarnya bukan ngefek ke mutasi virus, tapi nyamuk itu makin resisten begitu sehingga sulit diberantas. Ya karena insektisida yang dipakai, lama-lama dia udah kenal, jadi resisten nyamuknya," jelasnya.

Fogging biasanya menggunakan racun insektisida jenis piretroid sintetis. Zat kimia ini juga terkandung dalam semprotan anti nyamuk yang banyak dijual di pasaran.

Namun, berbeda dengan produk pembasmi nyamuk rumahan, asap fogging biasanya tidak menimbulkan bau yang menyengat.

3 dari 4 halaman

Tak Efektif Selesaikan Kasus DBD

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Imran Pambudi pada Minggu (5/2/2023) menyatakan, fogging tidak efektif menyelesaikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Foggingitu sebenarnya tidak efektif, makanya Kementerian Kesehatan tidak menganjurkan," kata Imran dalam diskusi di Glass House, Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta.

Berantas Sarang Nyamuk

Imran mengungkapkan, justru fogging seringkali menyebabkan gangguan kesehatan karena mesin fogging umumnya menggunakan solar.

"Fogging hanya asap saja, ini tidak efektif," sambungnya.

Untuk mencegah penyebaran DBD, menurut Imran, langkah paling penting adalah dengan memberantas sarang nyamuk. Tanda-tanda DBD harus dikenali sehingga jika ada anggota keluarga yang terkena bisa langsung mendapatkan penanganan medis.

4 dari 4 halaman

Upaya Turunkan DBD

Dokter spesialis anak konsultan Hartono Gunardi menambahkan, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), jumlah anak-anak yang terkena bahkan meninggal dunia masih tinggi.

"Ini tentunya merupakan tanggung jawab bersama untuk berupaya menurunkan kejadian demam berdarah di Indonesia," imbuhnya.

Secara umum, Kemenkes RI mencatat, dari awal tahun sampai dengan minggu ke-33 tahun 2023 telah tercatat 57.884 kasus demam berdarah dengue dengan 422 kematian yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

Jaga Kebersihan Lingkungan

Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar melalui 3M plus yaitu menguras, menutup, mendaur ulang, menggunakan larvasida, obat anti nyamuk, pelihara ikan pemakan jentik nyamuk.

"Sangat penting mengenali tanda bahaya infeksi demam berdarah dan melakukan langkah pencegahan sedini mungkin dengan menghindari gigitan nyamuk, serta mengikutsertakan anak-anak usia 6 tahun ke atas untuk mendapatkan imunisasi," lanjut Hartono.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.