Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Setop Konsumsi Obat Kuat Sembarangan, Dokter: Sebaiknya Konsultasi Terlebih Dahulu

Bagi pria yang membutuhkan, obat kuat boleh saja dikonsumsi. Namun, perlu dipastikan keasliannya dan perlu konsultasi dengan dokter.

Liputan6.com, Jakarta - Guna menyempurnakan ereksi, sebagian pria tak segan mengonsumsi pil biru atau obat kuat.

Menurut dokter spesialis urologi konsultan Widi Atmoko, pil biru mudah dijumpai di berbagai tempat termasuk di pinggiran jalan.

Namun, menurut penelitian yang pernah dilakukan, obat kuat yang dijual sembarangan cenderung palsu.

“Kami pernah melakukan penelitian dulu, jadi banyak sekali obat-obat (kuat) ini palsu, mohon maaf. Ini adalah obat-obat yang tidak dijual di apotek secara resmi, yang (dijual) online pun banyak yang tidak resmi atau tidak asli. Obatnya mahal tapi tidak ada efek kan sayang,” kata Widi dalam acara relaunch Prostate Centre and Men’s Health and Couple’s Well-being Center RSCM, Jumat (22/9/2023).

Widi menambahkan, tidak seperti julukannya, pil biru tidak selalu berwarna biru, tapi juga ada warna lain seperti kuning.

Bagi pria yang membutuhkan, pil ini boleh saja dikonsumsi. Namun, perlu dipastikan keasliannya dan perlu lebih dulu berkonsultasi dengan dokter.

“Prinsipnya, kami dari urologi memang memberikan pil biru ini. Banyak sekali tipe obat ini, kalau dibilang aman, ya aman, tapi sesuai dosisnya,” jelas Widi.

Dosis obat kuat berkaitan pula dengan efeknya. Ada obat ereksi yang efeknya dirasakan empat sampai enam jam. Ada pula yang lebih dari itu, bahkan hingga 36 jam.

“Dan itu tergantung pada bagaimana kebiasaan berhubungan si pria. Ada yang terjadwal ada yang mood-mood-an. Pil biru bagi yang hubungan seks-nya terjadwal dan tidak pun berbeda.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tidak Berhubungan dengan Kanker Prostat

Lebih lanjut Widi menyampaikan, konsumsi obat kuat yang sesuai tidak akan menimbulkan masalah serius dan tidak berkaitan dengan kanker prostat.

“Jadi sebenarnya tidak masalah, apa ada hubungan dengan kanker prostat? Tidak ada,” kata Ketua Cluster Uronephrology RSCM Kencana itu.

Meski begitu, obat kuat memiliki hubungan erat dengan masalah pembuluh darah dan tekanan darah sehingga penggunaannya tidak boleh sembarangan.

“Makanya pemberian obat ini harusnya ketemu dokter terlebih dahulu, jadi enggak bisa langsung beli di apotek. Makanya kalau beli di apotek resmi pasti diminta resep, kalau beli di pinggir jalan ya enggak pakai resep tapi enggak tahu dia asli atau enggak,” ucap Widi.

3 dari 4 halaman

Mengenal Kanker Prostat

Seperti dikatakan Widi, obat kuat tidak berkaitan dengan kanker prostat. Namun, kanker prostat memiliki kaitan dengan disfungsi ereksi atau gangguan seksual pada pria.

Kanker prostat adalah tumbuhnya tumor ganas pada prostat. Mengingat prostat hanya dimiliki oleh pria, maka kankernya pun hanya terjadi pada pria.

Kanker prostat menempati urutan kelima penyakit kanker tersering yang dialami pria menurut data Globocan 2020. Dan apabila tidak ditangani dengan baik, kanker ini dapat mengakibatkan kematian.

Deteksi dini kanker prostat, ketika masih terbatas pada prostat, memberikan prognosis yang lebih baik bagi pasien. Sayangnya, di Indonesia, deteksi dini kanker prostat belum mencapai tingkat optimal.

Banyak pasien datang ke dokter dalam stadium lanjut, terutama karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kanker prostat dan pentingnya pemeriksaan dini. Ini menjadi masalah serius, terutama di antara mereka yang memiliki risiko tinggi, seperti yang memiliki riwayat kanker prostat dalam keluarga.

“Ini disayangkan karena jika kanker prostat dapat dideteksi pada tahap awal, peluang kesembuhannya akan lebih tinggi,” kata Ketua KSM Urologi RSCM FKUI, Irfan Wahyudi dalam kesempatan yang sama.

4 dari 4 halaman

Tangani Kanker Prostat Sedini Mungkin

Irfan menambahkan, pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditatalaksana pada stadium dini, ternyata memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai di atas 90 persen.

“Kami sangat mengharapkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap kanker prostat dan gangguan fungsi seksual pada pria dan pasangannya. Lakukan deteksi dini apabila mencurigai adanya gejala tertentu, seperti kesulitan buang air kecil, adanya darah dalam urine, kekuatan menurun dalam pancaran urine, serta adanya disfungsi ereksi,” ujar Irfan.

Di Indonesia kanker prostat menempati urutan kelima kasus kanker terbanyak pada pasien laki-laki. Angka kejadiannya sebesar 11.6 kasus per 100.000 pria dan angka kematian sebesar 4.5 per 100.000 pria.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.