Sukses

Ancaman Munculnya Penyakit Mematikan Setelah COVID-19, Haruskah Kita Panik?

Terdapat ancaman kemunculan penyakit mematikan setelah COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei 2023 menyentil peringatan bahaya ancaman kemunculan penyakit mematikan lain setelah COVID-19. Peringatan ini pertanda bahwa meskipun COVID-19 bukan lagi ancaman kesehatan global, masih ada potensi patogen lain yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan epidemi.

Lantas, haruskah kita panik dengan peringatan WHO soal ancaman kemunculan penyakit lain yang lebih mematikan?

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Wiku Adisasmito menyampaikan,  negara-negara di dunia telah menghadapi pandemi COVID-19 selama kurun waktu tiga tahun. Jangka waktu itu tersebut memberikan pengalaman berharga bagi tiap negara.

Setiap negara berupaya ‘berlatih diri’ dan beradaptasi dengan kondisi pandemi COVID-19. Satu tujuan: menekan virus agar tidak menyebarluas dan memulihkan seluruh sektor yang terdampak akibat pandemi.

“Ancaman itu bisa datang dari mana saja dan penyakit apa saja. Tapi yang jelas, seluruh dunia telah berpengalaman menghadapi pandemi COVID,” ujar Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com dalam webinar bertajuk, Sadari, Siaga, Solusi Terhadap Mutasi Virus pada Masa Endemi COVID-19, ditulis Senin (11/9/2023).

Proteksi Tetap Sama

Apabila ancaman penyakit dengan cara masuknya yang sama, apakah dari hidung dan mulut maupun kulit, maka semua itu membutuhkan proteksi yang sama. 

“Sebenarnya, kalau ancaman cara masuk tertular masih dengan rute yang sama -- seperti COVID-19 -- dengan masuk melalui hidung, mulut dan juga mata misalnya atau ke kulit, proteksinya tetap sama,” lanjut Wiku. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tidak Usah Panik dan Khawatir

Melalui cara masuk penularan yang sama, menurut Wiku Adisasmito, masyarakat tidak usah panik dan khawatir. Selain itu, ancaman yang ada belum tentu juga terjadi karena prediksi manusia tidak 100 persen.

“Jadi, sebenarnya kita tidak usah panik, karena kemampuan adaptasi manusia itu sudah terlatih selama tiga tahun pandemi. Kalau itu cara menularnya sama, nanti kita lihat saja,” ucap Wiku yang pernah menjadi Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19.

“Dan enggak usah khawatir dengan ancaman-ancaman seperti itu, karena prediksi itu tidak bisa 100 persen dilakukan oleh manusia.” 

3 dari 4 halaman

Protokol Kesehatan Harus Dijaga

Wiku Adisasmito juga menekankan, tidak semua makhluk hidup diketahui cara kerja penularannya. 

“Dan karena makhluk hidup tidak bisa semua diketahui cara kerjanya. Kurang lebih begitu. Jadi enggak usah takut, kita lihat saja nanti ke depannya dan kita amati,” pungkasnya. 

Yang lebih penting untuk masyarakat adalah protokol kesehatan harus dijaga. Misalnya, perlindungan dari COVID-19 dengan mencuci tangan pakai sabun dan memakai masker. 

Proteksi COVID-19 ini dapat diadopsi terhadap penyakit pernapasan lain dengan cara masuk penularan yang sama. 

“Selalu tadi kita pesan untuk protokol kesehatan harus dijaga. Untuk COVID, misalnya, mencuci tangan pakai sabun, pakai masker dan sebenarnya itu juga berlaku untuk semua penyakit yang pola penularannya sama atau mirip,” imbuh Wiku.

“Sebenarnya dengan senjata tameng yang sama, harusnya bisa kita terhindar dari situ (penularan masuk penyakit).” 

Potensi Kemunculan Patogen Lain Tetap Ada

Pernyataan WHO Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus terkait ancaman penyakit lain yang lebih mematikan setelah COVID-19 saat sesi Member States pada 76th World Health Assembly, 22 Mei 2023, berbunyi:

Berakhirnya COVID-19 sebagai keadaan darurat kesehatan global bukanlah akhir dari COVID-19 sebagai ancaman kesehatan global. Ancaman munculnya varian lain yang menyebabkan lonjakan penyakit dan kematian baru tetap ada.

Dan ancaman munculnya patogen lain dengan potensi yang lebih mematikan tetap ada.

Dan pandemi bukanlah satu-satunya ancaman yang kita hadapi. Di dunia yang penuh dengan krisis yang saling tumpang tindih dan menyatu, arsitektur yang efektif untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat kesehatan harus dapat mengatasi segala jenis keadaan darurat.

 

4 dari 4 halaman

Identifikasi Patogen dan Disease X

WHO memperbarui daftar patogen prioritas yang dapat menyebabkan wabah atau pandemi. Tujuannya, memandu investasi global, penelitian dan pengembangan (R&D), terutama dalam hal vaksin, tes, dan perawatan.

Pada 18 November 2022, WHO mengumpulkan lebih dari 300 ilmuwan yang akan mempertimbangkan bukti-bukti dari lebih dari 25 keluarga virus dan bakteri, serta Disease X.

Penyakit X dimasukkan untuk mengindikasikan patogen yang tidak diketahui yang dapat menyebabkan epidemi global yang serius. Para ahli akan merekomendasikan daftar patogen prioritas yang membutuhkan penelitian dan investasi lebih lanjut. 

Proses ini mencakup kriteria ilmiah dan kesehatan masyarakat, serta kriteria yang terkait dengan dampak sosial ekonomi, akses, dan kesetaraan. 

Daftar patogen saat ini mencakup COVID-19, demam berdarah Krimea-Cong, penyakit virus Ebola dan penyakit virus Marburg, demam Lassa, sindrom pernapasan Timur Tengah (Middle East respiratory syndrome/MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Parah (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS), penyakit Nipah dan henipavirus, demam Lembah Rift (Rift Valley fever), Zika dan Disease X.

Menargetkan patogen dan keluarga virus prioritas untuk penelitian dan pengembangan penanggulangan sangat penting untuk respons epidemi dan pandemi yang cepat dan efektif. Tanpa investasi penelitian dan pengembangan yang signifikan sebelum pandemi COVID-19, tidak mungkin vaksin yang aman dan efektif dapat dikembangkan dalam waktu singkat, ujar Executive Director of WHO’s Health Emergencies Programme, Dr Michael Ryan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.