Sukses

Apa itu Love Scamming? Kasus yang Membuat 88 WNA China Ditangkap di Batam

88 orang WNA China ditangkap di Batam, Kepulauan Riau karena kasus love scamming.

Liputan6.com, Jakarta Kasus love scamming berhasil diungkap oleh Divisi Hubungan Internasional (Divhubinter) Polri yang bekerja sama dengan pihak kepolisian China.

Berdasarkan laporan, setidaknya ada 88 WNA China yang ditangkap di Batam, Kepulauan Riau oleh pihak kepolisian lantaran dugaan melakukan love scamming.

Sejauh ini, korban love scamming dari para pelaku diketahui berada di China meskipun mereka beroperasi di Batam. Pihak kepolisian masih dalam proses untuk menangani kasus tersebut lebih lanjut.

Seperti diketahui, love scamming menjadi salah satu modus penipuan yang bisa membuat seseorang tidak sadar tengah menjadi korban. Hal itu dikarenakan love scamming memang dilakukan lewat memanipulasi korbannya secara emosional melalui hubungan romantis.

Apa itu Love Scamming?

Selain dikenal dengan sebutan love scam atau love scamming, modus penipuan satu ini turut dikenal dengan sebutan romance scam.

Mengutip laman Federal Bureau of Investigation (FBI), Kamis (31/8/2023), love scamming adalah modus penipuan yang melibatkan identitas palsu secara online untuk mendapatkan kasih sayang atau kepercayaan dari korban.

Pelaku love scamming akan menggunakan ilusi hubungan romantis atau hubungan dekat untuk memanipulasi atau mencuri sesuatu dari korban.

"Pelaku love scamming adalah ahli dalam apa yang mereka lakukan dan akan terlihat tulus, penuh perhatian, dan dapat dipercaya. Penipu sebagian besar hadir dalam situs kencan dan media sosial," ujar FBI dalam keterangannya.

Menurut FBI, teknik penipuan dengan love scamming melibatkan pelaku untuk menjalin hubungan secepat mungkin, membuat korbannya merasa disayangi, dan mendapatkan kepercayaan korban seutuhnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Love Scamming Bertujuan untuk Meminta Uang

Lebih lanjut pihak FBI menyebut bahwa para pelaku love scamming mungkin saja akan mengiming-imingi korban untuk melamar atau bertemu. Namun, biasanya hal itu tidak akan pernah terjadi.

"Akhirnya mereka akan meminta uang," tulis FBI.

Adapun beberapa ciri khas khusus dari pelaku love scamming, menurut FBI. Biasanya pelaku akan mengaku jikalau mereka kerja di industri tertentu dan terlibat dalam pekerjaan di luar negeri atau kota.

Sehingga, akan lebih masuk akal jika mereka tiba-tiba bisa meminta uang dan mengaku berada dalam keadaan darurat.

"Jika seseorang yang Anda temui secara online memerlukan informasi rekening bank Anda untuk menyetor uang, kemungkinan besar mereka menggunakan rekening Anda untuk melakukan skema pencurian dan penipuan lainnya," sambung pihak FBI dalam keterangannya.

3 dari 4 halaman

Ciri-Ciri Pelaku Love Scamming Menurut Studi

Love scam, romance scam, atau romance fraud pernah dibahas dalam sebuah penelitian. Salah satunya dilakukan oleh Dr Lynsay A Shepherd dan rekannya Alexander Bilz dan Prof Graham Johnson.

"Romance fraud terus menjadi masalah yang berkembang, dan penelitian dalam bidang ini penting untuk mengurangi viktimisasi," kata Shepherd mengutip ulasannya dalam New York Post.

Menurut Shepherd dan rekannya, ada ciri khas khusus yang bisa dikenali dari pelaku love scamming. Berikut di antaranya.

  1. Penipu tampil sebagai orang romantis yang putus asa
  2. Penipu menggunakan taktik memiliki banyak rasa ingin tahu
  3. Penipu biasanya akan gemar memuji dan menawarkan hal puitis guna memanipulasi korbannya secara emosional
4 dari 4 halaman

Pelaku Love Scamming Berusaha Bikin Korban Percaya

Shepherd dan rekannya menyebut bahwa pelaku love scamming biasanya akan membuat korbannya percaya jika hubungan yang dibangun asli atau nyata.

Selain itu, pelaku love scamming juga biasanya punya karakteristik umum yang digunakan sebagai kedok. Seperti membual soal pekerjaannya di afiliasi militer, menggambarkan diri mereka takut akan Tuhan, dan mengarang tragedi yang terlalu di masa lalu.

Tujuannya? Masih untuk membuat korban menyayangi pelaku.

"Begitu mereka membuat korbannya terpikat secara emosional dan berinvestasi dalam hubungan virtual, mereka bisa berhasil melakukan penipuan dengan meminta uang menggunakan bahasa yang emosional dan mendalam," jelas laporan yang diungkap oleh Shepherd dan rekannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.