Sukses

Anak Laki-Laki Sudah Sunat, Apa Masih Ada Risiko Kena ISK?

Dokter spesialis anak konsultan Partini Pudjiastuti mengatakan bahwa yang dilakukan untuk mencegah ISK bukan hanya sunat.

Liputan6.com, Jakarta Sunat atau khitan atau sirkumsisi pada anak laki-laki merupakan prosedur membuang kulit penis bagian depan atau kulup. Meski banyak dilakukan saat anak sudah TK atau SD, sebenarnya dari sudah bisa dilakukan saat berusia di bawah 40 hari.

Tindakan sirkumsisi dilakukan bertujuan untuk menjaga agar kemaluan bersih dari tumpukan lemak yang ada di lipatan menurunkan infeksi pada penis serta menurunkan risiko infeksi saluran kemih (ISK).

Lalu, ketika anak laki-laki sudah sunat, apa berarti terbebas dari ISK?

Dokter spesialis anak konsultan Partini Pudjiastuti mengatakan bahwa yang dilakukan untuk mencegah ISK bukan hanya sunat.

Ada hal lain yang perlu dilakukan seperti kebiasaan minum yang cukup, buang air kecil teratur, mencegah sembeli, menjaga kebersihan area genital termasuk perineum.

"Jadi, sunat itu hanya satu faktor saja. Kalau sudah sunat tapi faktor lain tidak dikerjakan ya masih bisa kena ISK," kata Partini dalam IG Live bersama IDAI pada Jumat (18/8/2023).

Saat anak laki-laki sudah disunat maka tidak ada kulup lagi di bagian ujung penis. Sehingga lubang pipis lebih mudah dibersihkan.

"Ini membuat lebih tidak ada kuman," kata Partini.

Maka dari itu, menjaga kebersihan area genital perlu dilakukan untuk menjauhkan dari risiko ISK. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Salah Satu Cara Cegah ISK Lainnya, Segera Ganti Popok Bila Bayi Pipis

Penggantian popok sekali pakai atau diaper setiap kali bayi atau anak pipis juga mencegah terjadinya ISK.

"Prinsip penggunaan popok itu, orangtua atau pengasuh harus segera mengganti (ketika anak pipis), enggak bisa dipakai berjam-jam," kata Partini.

"Jadi, kalau pakai diaper waktu anak berkemih itu (segera ganti lalu) langsung dibuang," katanya.

Bila popok mengandung urine berlama-lama bersentuhan dengan penis, maka membuat kuman berkembangbiak yang mungkin bisa menyebabkan ISK.

"Kalau mengandung urine, tentu saja ada kuman, kuman berkesempatan untuk berkembangbiak di daerah yang menempel lalu bisa jalan masuk ke atas," kata wanita yang juga Tim Penulis Buku Infeksi Saluran Kemih pada Anak itu.

Sehingga, meski popok tidak sampai penuh dengan urine, setelah anak pipis segera ganti dengan yang bersih.

"Diaper itu kalau tidak diganti tidak jadi banjir kalau pipis, tapi segera ganti bila anak sudah buang air kecil," sarannya.

 Maka dari itu, penting bagi orangtua atau pengasuh mendeteksi dini bila si Kecil sudah pipis. Jika merasa tidak tahu cepat anak sudah pipis atau belum, bisa menggunakan clodi atau cloth diaper.

"Oleh karena itu, lebih dianjurkan, apalagi yang pernah ISK, pakai clodi alias cloth diaper. Seperti namanya ini popok berbahan pakaian, yang kalau basah (tanda anak pipis) ketahuan. Jadi, bisa diganti," terang Partini.

 

3 dari 3 halaman

Tentang ISK

Infeksi Saluran Kemih atau ISK adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan saluran kemih, salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak selain infeksi saluran napas atas dan diare.

ISK penyakit yang sering menyebabkan gagal ginjal pada anak yang mengakibatkan anak memerlukan tindakan cuci darah (dialisis) dan cangkok ginjal (transplantasi ginjal) seperti mengutip laman resmi IDAI.

Selain itu, ISK dapat menyebabkan berbagai gejala yang tidak menyenangkan dan komplikasi, seperti demam, nyeri pinggang, nyeri ketika berkemih, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan infeksi di seluruh tubuh (sepsis) yang menyebabkan kematian.

ISK yang terjadi pada perempuan ketika masih anak-anak dapat menimbulkan komplikasi kelak pada saat mereka menjadi ibu hamil. Oleh karena itu, ISK pada anak memerlukan tata laksana yang optimal. ISK paling sering disebabkan kuman Escherichia coli (E. coli) yaitu sekitar 60-80 persen. Kuman ini berasal dari saluran cerna.

Selain kuman E. coli, ISK dapat disebabkan kuman lain, seperti Klebsiela, Proteus, Enterokokus, Enterobakter, dan berbagai kuman lainnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.