Sukses

Keluarga Sebut Bryan Randall Kekasih Sandra Bullock Berjuang Hadapi Penyakit ALS Sejak 3 Tahun Lalu

Bryan Randall tak ingin mengungkapkan ke publik tentang penyakit ALS yang diderita. Namun, menurut keluarga, kekasih Sandra Bullock ini sudah alami gejala ALS tiga tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta Kekasih Sandra Bullock, Bryan Randall, meninggal pada akhir pekan lalu di usia 57 tahun. Ia meninggal usai berjuang melawan amyotrophic lateral sclerosis atau ALS yang juga dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig's.

Fotografer ini 'meninggal dengan damai' seperti disampaikan keluarga pada 7 Agustus 2023.

Menurut keluarga, Bryan Randall sudah berjuang menghadapi penyakit ALS sekitar tiga tahun terakhir. Meski tak dijelaskan secara rinci kepan tepatnya kekasih Sandra Bullock ini kena penyakit tersebut. Namun, selama ini Randall berusaha menutupi penyakitnya ini di depan publik.

"Bryan memilih untuk merahasiakan perjalanannya dengan ALS dan kami yang merawatnya melakukan yang terbaik untuk menghormati permintaannya," kata keluarganya seperti mengutip Today.

Keluarga juga mengucapkan terima kasih kepada tim medis baik dokter maupun perawat karena bekerja sama dalam membantu menangani penyakit tersebut.

"Kami sangat berterima kasih kepada para dokter yang tak kenal lelah yang menavigasi lanskap penyakit ini bersama kami dan kepada perawat luar biasa yang menjadi teman sekamar kami, sering mengorbankan keluarga mereka sendiri untuk bersama kami," kata keluarga.

Sandra Bullock Sempat Mundur dari Dunia Hiburan, Diduga untuk Fokus Urus Bryan Randall

Pada 2022, Sandra Bullock sempat mengungkapkan bahwa dia tengah mundur sebentar dari pekerjaan. Saat itu, ia mengaku bahwa sedang ingin fokus bersama keluarganya, termasuk Bryan Randal. Namun, saat itu pemain yang terkenal dengan aktingnya di The Proposal ini tak menjelaskan mengenai kondisi Randall.

"Saat ambil kerjaan, saya akan serius melakukannya. Namun, saya hanya ingin memberikan waktu 24 jam sehari bersama anak-anak dan keluarga," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

ALS, Penyakit Langka yang Pengaruhi Gerak Otot untuk Berjalan hingga Mengunyah

ALS adalah penyakit neurodegeneratif langka yang memengaruhi neuron motorik atau sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang yang mengontrol gerakan yang penting. Mulai dari otot yang memengaruhi berjalan, berbicara, mengunyah, menelan, dan menggerakkan tangan dan lengan seperti mengutip National Institutes of Health (NIH).

Hal yang tak menyenangkan dari ALS lantaran penyakit ini bersifat progresif, artinya semakin memburuk dari waktu ke waktu.

Efek dari penyakit ini adalah otak bisa kehilangan kemampuannya untuk mengontrol otot. Seiring waktu, pasien ALS juga akan kehilangan kemampuan bernapas sendiri.

Di sisi lain, ALS tidak memengaruhi fungsi mental seseorang atau kemampuan mereka untuk melihat, mendengar, merasakan, menyentuh, dan mencium, menurut John's Hopkins Medicine.

 

3 dari 4 halaman

Penyebab Orang dengan ALS Meninggal

Hingga kini belum ada obat atau pengobatan yang efektfi dalam menekan perkembangan penyakit ALS.

Yang bisa dilakukan adalah melakukan pengobatan dan perawatan suportif untuk membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Menurut NIH, kebanyakan orang ALS meninggal karena gagal napas. Hal ini terjadi biasanya sekitar tiga hingga lima tahun setelah gejala pertama muncul.

Namun, sekitar 10 persen pasien ALS bisa bertahan satu dekade atau bahkan lebih.

 

4 dari 4 halaman

Gejala ALS

Gejala awal ALS biasanya tidak menyakitkan. Umumnya diawali dari tangan, kaki, lengan yang kaku. Lalu, kekakuan menyebar ke bagian tubuh lain seperti menurut Mayo Clinic.

Berikut beberapa gejala awal ALS :

- Kelemahan otot pada lengan, tungkai atau diafragma

- Kedutan otot di lengan, kaki, bahu atau lidah

- Kram otot di tangan, kaki atau anggota badan

- Otot tegang atau kaku

- Bicara mendadak cadel

- Kesulitan mengunyah atau menelan makanan

Seiring waktu, ALS akan memengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan mereka tidak lagi dapat berjalan, berbicara, atau makan sendiri.

Penyakit ini dapat menyerang orang dari segala usia, tetapi gejala paling sering berkembang pada orang berusia antara 55 dan 75 tahun.

Hingga kini penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi faktor genetika dianggap berperan dalam beberapa kasus.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini