Sukses

Psikolog: Liburan Sekolah, Saatnya Anak Keluar dari Rutinitas

Liburan sekolah jadi saat tepat untuk mengembangkan hal-hal yang tidak tersentuh atau belum optimal selama sekolah berlangsung.

Liputan6.com, Jakarta Liburan sekolah yang panjang kadang membuat orangtua bingung harus mengisi dengan apa. Terkait hal ini, psikolog Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi mengatakan bahwa momen liburan sekolah dapat menjadi ajang pembelajaran yang berbeda bagi anak. 

"Biasanya anak belajar dengan menggunakan otak kiri seperti (belajar) matematika dan sebagainya. Mungkin dengan ini (saat liburan sekolah), dia bisa inovasi, bisa gambar, atau apapun yang biasanya tidak biasa dia lakukan sehingga waktu liburan itu stimulasinya bisa juga luar biasa untuk si Anak," kata psikolog yang akrab disapa Romi itu.

Aktivitas yang dilakukan selama liburan sekolah pun tak perlu harus meriah dan repot seperti keluar kota. Terpenting, kata Romi, aktivitas tersebut harus keluar dari kebiasaan atau rutinitas anak dibanding saat masih bersekolah.

"Dengan adanya liburan ini, dia keluar dari situasi tersebut (rutinitas sekolah)," lanjut Romi seperti mengutip Antara, Selasa (4/7/2023).

Liburan sekolah juga jadi ajang bagi anak untuk menyegarkan diri setelah berbulan-bulan melalui rutinitas sekolah. 

"Itu seperti me-recharge baterai agar bisa berhasil untuk membuat dia menjadi lebih segar dan lebih oke pada saat di sekolah nanti," kata dosen psikologi pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Contoh Kegiatan Isi Liburan Sekolah

Jika selama masa liburan hanya berada di dalam rumah, Romi mencontohkan, orangtua bisa mengembangkan aktivitas-aktivitas yang memang disukai oleh anak. Bisa dengan belajar memasak, merajut, hingga bermain peran.

Bagi anak yang suak bertualang di alam bebas, liburan sekolah juga jadi ajang untuk melakukan hal tersebut. Contohnya seperti aktivitas berkemah di alam. Romi mengatakan aktivitas ini dapat membantu anak untuk melatih logika, melatih kemandirian, hingga mengembangkan kemampuan-kemampuan lain.

"Dia bisa mencoba untuk belajar menjadi orang yang berbeda dari biasanya (dari rutinitas sekolah) dan tidak selalu harus diatur oleh orangtuanya. Dia bergerak sendiri untuk bisa mengatasi masalah-masalah waktu dia camping," kata Romi.

Romi mengingatkan agar orangtua dan anak berdiskusi mengenai destinasi saat liburan sekolah. Selama diskusi, anak sebaiknya juga didorong untuk merancang rencana perjalanan dan menentukan destinasi yang dituju.

"Misalnya dia pilih, 'Saya mau ke Jogja'. Orangtua kasih informasi juga, 'Coba cari lebih jauh dan kamu mau pergi ke Jogja, bikin itinerary-nya sendiri apa yang mau dilakukan'. Itu jadi suatu tambahan pengetahuan dan pengalaman untuk anak," kata Romi.

Jika hendak berlibur ke destinasi tertentu, orangtua juga perlu mengomunikasikan anggaran dana (budget) yang disanggupi kepada anak.

 

3 dari 3 halaman

Jangan Banyak Aturan

Romi mengingatkan tujuan wisata yang hendak dikunjungi harus disesuaikan dengan minat anak. Bukan berdasarkan keinginan orangtua. Selain itu, tidak perlu memaksakan situasi apabila rencana perjalanan yang sudah dibuat tidak memungkinkan untuk diwujudkan. 

"Dan yang paling penting, kalau liburan membuat anak bahagia," tutur wanita berkacamata itu. 

Ia pun mengingatkan orangtua agar tidak membebani anak dengan banyak aturan. Biarkan anak menjalani liburan sekolah dengan nyaman.

"Jangan penuh dengan aturan, harus ini, harus ini. Aturan tetap ada tetapi tidak sampai yang mengekang yang membuat anak menjadi tidak nyaman," pungkas Romi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.