Sukses

RS Punya Alat Kesehatan Canggih Deteksi Penyakit, Bisa Kurangi WNI Berobat ke Luar Negeri

Hadirnya alat kesehatan (alkes) canggih di rumah sakit untuk deteksi penyakit diharapkan bisa mengurangi WNI yang berobat ke luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta Ketersediaan alat kesehatan (alkes) yang canggih di rumah sakit (RS) untuk mendeteksi penyakit diharapkan bisa mengurangi Warga Negara Indonesia (WNI) berobat ke luar negeri. Upaya ini sekaligus sebagai bentuk peningkatan kualitas layanan rujukan di Indonesia.

Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Setditjen Yankes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Andi Saguni menyampaikan, perlunya ketersediaan alat kesehatan dalam hal kuantitas yang memadai maupun kualitas yang baik di rumah sakit.

"Pemerintah melakukan pengembangan layanan rujukan, direncanakan mulai tahun 2022 sampai dengan tahun 2027 yang terbagi dalam strata pelayanan. Mulai dari tingkat madya untuk rumah sakit kabupaten/kota," ujar Andi yang mewakili Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat peresmian NAEOTOM Alpha di RS Abdi Waluyo, Jakarta, Selasa (13/6/2023).

"Strata utama untuk rumah sakit provinsi sampai dengan strata paripurna untuk beberapa penyakit provinsi di rumah sakit provinsi dan rumah sakit pusat."

Rumah Sakit Swasta Bagian Sistem Pelayanan Kesehatan

Tak hanya rumah sakit milik Pemerintah atau RS Vertikal Kemenkes, Rumah Sakit Swasta merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan di mana berperan penting dalam hal memudahkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan.

"Selain itu, Rumah Sakit Swasta juga berperan penting untuk peningkatan kualitas pelayanan dan penerapan teknologi di bidang kesehatan," lanjut Andi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mesin Canggih Bernama NAEOTOM Alpha

Salah satu mesin canggih deteksi penyakit hadir RS Abdi Waluyo Jakarta berupa instalasi photon-counting CT, NAEOTOM Alpha. Alat ini dapat menghasilkan pencitraan dengan resolusi tinggi.

"NAEOTOM Alpha merupakan alat yang dapat digunakan untuk proses layanan jantung, cancer (kanker), stroke maupun uronetrologi. Alat ini dapat menghasilkan resolusi yang tinggi dengan dosis minimal sehingga diperoleh hasil visualisasi lesi yang kecil dan lebih detail," lanjut Andi Saguni.

Bantu Pelayanan Penyakit Katastropik

Andi melanjutkan, alat NAEOTOM Alpha merupakan alat kesehatan dengan teknologi canggih yang akan sangat bermanfaat dari sisi diagnosis sampai dengan proses tindak lanjutnya.

"Ketersediaan alat tersebut pada Rumah Sakit Abdi Waluyo ini dapat membantu proses pelayanan penyakit katastropik di Indonesia dan tentunya juga dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan dengan kualitas yang optimal," katanya.

3 dari 4 halaman

NAEOTOM Alpha Gunakan Teknik Pencitraan Canggih

NAEOTOM Alpha menggunakan teknik pencitraan canggih yang menghasilkan gambar jernih dan resolusi yang sangat tinggi. Hal ini memungkinkan dokter untuk mendeteksi anomali atau keganjilan penyakit yang paling kecil sekalipun, yang mengarah ke diagnosis yang lebih akurat dan tepat waktu.

Ahli Radiologi RS Abdi Waluyo, Marcel Prasetyo mengatakan, pasien dapat memeroleh manfaat dari deteksi dini, yang seringkali membantu menuju hasil pengobatan dan kualitas hidup yang lebih baik.

“Dengan NAEOTOM Alpha, selain menemukan penyakitnya, sebagai ahli radiologi, kami juga dapat mengkarakterisasi penyakit sehingga membantu diagnosa yang tepat, perawatan yang paling sesuai, dan hasil klinis yang lebih baik untuk pasien,” katanya.

Optimalkan Diagnosa dan Pengobatan

RS Abdi Waluyo meresmikan instalasi photon-counting CT, NAEOTOM Alpha pertama di ASEAN dengan tujuan untuk mengoptimalkan proses diagnosa dan pengobatan bagi pasien di Indonesia.

"Dengan tambahan teknologi tingkat tinggi seperti yang sudah ada sebelumnya, kini RS Abdi Waluyo akan dapat lebih meningkatkan performa klinis untuk pasien dengan dukungan teknologi pencitraan diagnostik NAEOTOM Alpha," lanjut Marcel.

4 dari 4 halaman

Peningkatan Akses Layanan Rujukan

Andi Saguni menambahkan, peningkatan akses layanan rujukan yang sedang digencarkan Kemenkes pun bertujuan juga untuk mengurangi potensi hilangnya devisa negara sekitar 11,5 miliar US Dollar per tahun

"Ini yang disebabkan karena WNI berobat ke luar negeri," tambahnya.

Hilangnya Devisa Rp165 Triliun

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya menyebutkan devisa sebesar Rp165 triliun hilang akibat hampir dua juta masyarakat Indonesia masih pergi berobat ke luar negeri saat sakit. Hal itu dikatakan Jokowi saat meresmikan Mayapada Hospital Bandung di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, Jawa Barat.

"Padahal kita memiliki rumah sakit seperti ini. Kurang lebih 1 juta (berobat) ke Malaysia, kurang lebih 750 ribu (berobat) ke Singapura dan sisanya ke Jepang, Amerika, Jerman dan lain - lain. Mau kita terus - teruskan?" ujar Jokowi di Bandung pada Senin, 6 Maret 2023.

Saat meninjau fasilitas di Mayapada Hospital Bandung, Jokowi menganggap sudah mumpuni dan modern. Harapannya, dengan adanya fasilitas yang ditawarkan Mayapada Hospital, tidak ada alasan lagi bagi masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri.

"Saya tadi sebelumnya minta kepada Dirut Rumah Sakit Mayapada Hospital Bandung, jangan hanya melayani yang menengah atas, tapi yang BPJS juga, tetapi ternyata sudah, sudah ada pasien BPJS dilayani banyak di sini," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini