Sukses

Soal Wanti-wanti WHO, Kemenkes: Sangat Jarang Pandemi Terjadi Seperti COVID-19

Adanya wanti-wanti WHO soal ancaman pandemi lain, sebenarnya sangat jarang pandemi terjadi seperti COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti dunia terkait potensi ancaman pandemi lain yang lebih mematikan di masa depan. Belajar dari terjangan COVID-19, negara-negara mulai dari sekarang harus siap menghadapi pandemi di masa depan.

Merespons wanti-wanti WHO, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi ikut angkat bicara. WHO memang selalu mengingatkan kepada seluruh negara soal ancaman pandemi.

Walau begitu, Nadia berpendapat, suatu penyakit yang akhirnya dinyatakan WHO sebagai pandemi terbilang sangat jarang terjadi. Dalam hal ini, jarang sekali ada pandemi besar sebagaimana halnya virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

"WHO itu kan selalu warning. Tapi sebenarnya sangat jarang pandemi yang terjadi seperti pandemi COVID-19 ini," ucapnya saat berbincang dengan Health Liputan6.com di Gedung Kemenkes RI Jakarta, ditulis Minggu (28/5/2023).

Siapkan Strategi Kesiapsiagaan dan Respons

Untuk penanganan pandemi COVID-19 sendiri, WHO telah menyiapkan rekomendasi Strategi Kesiapsiagaan dan Respons COVID-19 tahun 2023-2025 yang perlu diperhatikan tiap negara.

Rekomendasi ini diterbitkan seiring dengan pencabutan status darurat COVID-19 atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada 4 Mei 2023 global oleh WHO.

"Kalau COVID kan sudah sepakat nih menyiapkan Strategi Kesiapsiagaan dan Respons COVID-19 tahun 2023-2025, itu launching dulu bukunya. Baru nanti diumumin, kapan pandemi berakhir," lanjut Nadia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penguatan Surveilans sampai Pandemic Fund

Langkah kesiapsiagaan menghadapi pandemi lain juga diupayakan di tingkat ASEAN. Utamanya, soal penguatan surveilans dan mekanisme One Health, yang mana diperlukan kolaborasi lintas sektor demi menangani wabah atau pandemi.

kita kan banyak juga langkah2 yang dilakukan, kita kan di ASEAN sendiri ada tuh namanya ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED)," Siti Nadia Tarmizi menambahkan.

"Lalu Pandemic Fund untuk proposal yang ditandatangani. Itu kan One Health, memperkuat kesiapsiagaan kita juga. Kalau kita dulu masih ingat, One Health yang Indonesia soal penguatan surveilans di Kementerian Pertanian, itu udah ada juga."

Bangun Jaringan One Health

Negara-negara Anggota ASEAN bersepakat membangun Jaringan One Health atau One Health Network untuk mengantisipasi ancaman wabah zoonosis yang dapat menjadi pandemi di masa depan. Jaringan ini membutuhkan kerja sama dan kolaborasi di negara kawasan Asia Tenggara.

Kesepakatan di atas tertuang dalam Asean Leaders’ Declaration On One Health Initiative yang diresmikan pada KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Deklarasi One Health Network ini disepakati oleh Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam pada 10 – 11 Mei 2023.

Adanya deklarasi ini, menurut kesepuluh negara ASEAN memerhatikan dampak yang menghancurkan dan multidimensi dari pandemi COVID-19 serta penyakit menular yang muncul dan muncul kembali lainnya termasuk zoonosis, resistensi antimikroba (AMR), dampak pertumbuhan dan tantangan lain terkait perubahan iklim pada kehidupan manusia dan mata pencaharian, dan kebutuhan untuk memperkuat sistem kesehatan menjadi tangguh dan responsif, seperti dalam ASEAN Blue Print.

3 dari 3 halaman

Ancaman Patogen Lain yang Mematikan Tetap Ada

Pada pernyataan Director-General of the World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, berakhirnya COVID-19 sebagai darurat kesehatan global, bukanlah akhir dari COVID-19 sebagai ancaman kesehatan global.

"Awal bulan ini, Sekretariat WHO menerbitkan edisi keempat Rencana Kesiapsiagaan dan Respons Strategis Global untuk COVID-19, yang menguraikan tindakan penting untuk negara-negara," kata Tedros dalam sesi 76th World Health Assembly di Jenewa, Swiss pada 22 Mei 2023.

"Ancaman munculnya varian lain yang menyebabkan gelombang baru penyakit dan kematian tetap ada. Dan ancaman patogen lain yang muncul dengan potensi yang lebih mematikan tetap ada."

Pandemi Bukanlah Satu-satunya yang Dihadapi

Tedros menekankan, pandemi bukanlah satu-satunya ancaman yang dihadapi. Dalam dunia krisis yang tumpang tindih dan konvergen, arsitektur kesehatan yang efektif untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat kesehatan harus mengatasi semua jenis keadaan darurat.

"Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Kesiapsiagaan dan Respons Pandemi tahun ini adalah kesempatan berharga bagi para pemimpin untuk memetakan jalan yang jelas ke depan menuju masa depan," tegasnya.

Kita tidak bisa menghentikan ini. Jika bukan kita yang melakukan perubahan yang harus dilakukan, lalu siapa lagi? Dan jika kita tidak membuatnya sekarang, lalu kapan? Ketika pandemi berikutnya datang – dan itu akan terjadi – kita harus siap merespons secara tegas, kolektif dan adil."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.