Sukses

Ramai Istilah Stroke Kuping Gegara Kicauan Kiky Saputri, Dokter Saraf Singgung Mengenai Stroke Telinga

Begini penjelasan terkait stroke kuping atau stroke telinga yang ramai akhir-akhir ini gegara Kiky Saputri

Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis bedah saraf Eka Hospital BSD Setyo Widi Nugroho memberi tanggapan soal istilah stroke kuping yang ramai beberapa hari terakhir gegara kicauan komika Kiky Saputri.

Sebelumnya, istilah ini disampaikan dokter yang mendiagnosis mertua komika Kiky Saputri yang tiba-tiba mengalami gangguan pendengaran.

Menurut Setyo, secara umum stroke adalah suatu kelainan saraf atau kelainan neurologis akibat terganggunya aliran darah di otak.

Singgung Stroke Kuping dan Stroke Mata

Namun, Setyo tidak menyebut bahwa istilah stroke kuping digunakan di dunia medis. Meski begitu, stroke yang berhubungan dengan gangguan pendengaran memang ada.

"Ya memang darah yang mengalir ke saraf telinga ada juga. Memang ada orang mendadak Tuli, tetapi jarang sekali kasusnya dan pasti disertai dengan gejala yang lain," kata Setyo dalam temu media di Jakarta Pusat pada Senin (13/3/2023).

"Jadi, pada dasarnya perlu paham terminologi stroke itu apa dulu. Ya di mana pun bisa terjadi. Stroke mata juga bisa kalau darah bilateral. Misalnya ada sumbatan pendarahan dan kelainan jantung," dia menambahkan.

Lebih lanjut, Setyo menjelaskan bahwa pembuluh darah bisa mengalami kebekuan karena turbulence tertentu. Kebekuan ini bisa lari ke otak. Jika masalah ini terjadi pada area saraf telinga, maka gangguan pendengaran bisa saja terjadi.

"Ini sangat jarang terjadi. Istilah terminologi (stroke kuping) dikembangkan oleh awam. Di kita tidak ada stroke telinga istilahnya,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Hilangnya Pendengaran Selain karena Stroke

Selain karena stroke, hilangnya pendengaran secara tiba-tiba juga bisa terjadi karena hal lain. Misalnya akibat virus. Radang yang hebat bisa menyebabkan telinga tidak mendengar.

"Tapi biasanya, kalau akibat itu ada tanda-tanda terlebih dahulu. Kadang pasiennya tidak menyadari ada beberapa penyakit berkembang di badan terus tiba-tiba dia tidak mendengar," ujarnya.

Namun, hal yang paling sering menyebabkan masalah telinga adalah tumor di daerah saraf telinga. Biasanya, gejala gangguan telinga akibat tumor lebih bertahap, secara perlahan dan tidak tiba-tiba.

"Kalau yang mendadak bisa karena sumbatan pembuluh darah atau virus. Akibat virus, gejalanya tidak secepat stroke tadi. Kalau akibat stroke, sekarang masih mendengar, satu jam kemudian bisa hilang (kemampuan mendengar). Tapi jarang sekali yang mengalami ini," kata Setyo.

3 dari 4 halaman

Gangguan Pendengaran Akibat Stroke Bisa Berujung Tuli Permanen

Setyo juga menyampaikan bahwa gangguan pendengaran akibat stroke bisa berujung pada Tuli permanen.

"Bisa, kalau stroke, sarafnya tersumbat dan memang benar-benar mengenai pembuluh darah yang memberi makan pada telinga kena luka atau apa itu bisa mengalami ketulian pasiennya, bisa permanen," katanya.

Semua Orang Punya Potensi Mengalami Stroke

Pada dasarnya, lanjut Setyo, semua orang punya potensi untuk mengalami stroke. Dari bayi hingga lanjut usia. Namun, risiko terbesar ada pada kelompok usia di atas 60 tahun.

"Pada usia 60 ke atas orang punya kecenderungan angka strokenya meningkat, secara umum di seluruh dunia," ujarnya.

Risiko ini semakin tinggi jika kelompok usia tersebut memiliki kelainan jantung, kekentalan darah, diabetes, dan hipertensi.

4 dari 4 halaman

Pelayanan Stroke di Indonesia

Dalam kesempatan tersebut, Setyo juga menyinggung soal pelayanan stroke di Indonesia. Ia menilai bahwa Indonesia belum melakukan intervensi yang cukup seperti di negara maju.

"Kita tidak melakukan intervensi yang cukup seperti di negara maju, saya tahu itu sulit sekali tapi kita harus mengusahakan. Nomor satu adalah bagaimana mencegah, paling penting, dimulai dari usia dini. Kalau punya anak-anak kecil, jagalah mereka supaya hingga SMA jangan sampai gemuk, itu nomor satu, mencegah," katanya.

Pencegahan stroke dapat dimulai dengan mencegah hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia.

"Kalau di masyarakat kita sudah ada pola bagaimana seseorang agar tidak hipertensi, tidak diabetes, tidak hiperlipidemia. Jika tiga itu saja sudah dicegah, maka akan bisa menurunkan angka stroke luar biasa besar (signifikan)," ujar Setyo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.