Sukses

Sinyal Obesitas, Kapan Anak Mesti Dibawa ke RS Rujukan?

Dalam kondisi obesitas seperti apa, anak harus dibawa ke RS Rujukan?

Liputan6.com, Jakarta - Permasalahan obesitas pada anak masih belum dipandang sesuatu yang darurat ditangani. Sebagian masyarakat menganggap anak-anak yang gemuk terlihat lucu dan menggemaskan. Padahal, obesitas merupakan penyakit dan dapat memicu komplikasi.

Lantas, kapan anak obesitas harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut ke RS Rujukan? Dokter spesialis anak, Winra Pratita dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, ketika berat badan anak berlebih dibanding usianya, maka harus lekas dibawa ke fasilitas kesehatan (faskes).

Pengukuran berat badan akan terlihat dari hasil perhitungan antropometri. Standar antropometri anak berupa kumpulan data tentang ukuran, proporsi, komposisi tubuh sebagai rujukan untuk menilai status gizi dan tren pertumbuhan anak.

"Jadi untuk anak, diagnosis (berat badan) berdasarkan perhitungan antropometri di Posyandu. Tapi memang sebaiknya anak yang obesitas dengan berat badan yang berlebih mungkin harusnya dirujuk ke Puskesmas," kata Winra menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat sesi Press Briefing: Peringatan Hari Obesitas Sedunia 2023, Senin (6/3/2023).

Di Puskesmas, orangtua anak akan berkonsultasi dengan dokter umum. Konsultasi ini sekaligus memberikan edukasi dan mengumpulkan informasi lebih detail, bagaimana pola asupan makan anak di rumah.

"Ke Puskesmas nanti berjumpa dengan dokter untuk edukasi, apakah memang asupan makanan berlebihan atau tidak," lanjut Winra.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bertemu Dokter Spesialis Anak

Pada tahap lanjutan, bilamana di Puskesmas tidak bisa ditangani, misalnya memerlukan pemeriksaan sampel dan lainnya. Maka, anak obesitas dapat dirujuk ke RS Rujukan untuk bertemu dokter spesialis anak.

"Nah, apabila tidak bisa di Puskesmas memang harus dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan untuk bertemu dengan dokter spesialis anak," Winra Pratita menerangkan.

"Mungkin kalau perlu setelah anamnesis (pemeriksaan riwayat kesehatan) ada komplikasi sehingga kita bisa melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dasar untuk menegakkan, apakah sudah terlihat komplikasi (saat dirujuk) di Rumah Sakit Rujukan."

Obesitas penting ditangani segera lantaran kondisi ini merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.  

3 dari 3 halaman

Kurangi Konsumsi Gula

Winra Pratita menjelaskan, obesitas pada anak dapat dicegah dengan memberi makanan yang sehat mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, dan karbohidrat yang seimbang. Jangan yang berlebihan dan harus sesuai porsinya.

“Selanjutnya, mengurangi konsumsi gula, dan lebih mengutamakan minum air putih dibandingkan minum minuman-minuman kemasan yang mengandung gula yang tinggi. Di samping itu diiringi dengan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, untuk anak bisa dengan cara mengajak bermain,” ucapnya.

Selain itu, pastikan anak cukup tidur. Untuk anak usia 4 – 12 bulan setidaknya tidur 12 – 16 jam, untuk anak usia 1 – 2 tahun tidur 11 – 14 jam, untuk anak usia 3 – 5 tahun tidur 10 – 13 jam, untuk anak 6 – 12 tahun tidur 9 – 12 jam, dan anak remaja usia 13 – 18 tahun itu tidur 8 – 10 jam.

“Kalau sudah obesitas yang harus dilakukan adalah perlu pemantauan supaya tidak terjadi komplikasi,” tutur Winra.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.