Sukses

Dinkes Ungkap Bayi Obesitas Kenzi Bukan Kasus Pertama di Bekasi

Bayi obesitas bernama Kenzi bukanlah kasus pertama di Kabupaten Bekasi.

Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi mengungkapkan bayi obesitas yang tengah viral bernama Muhammad Kenzi Alfaro bukanlah kasus pertama di wilayah tersebut. Pada tahun lalu, terdapat kasus serupa, namun anak berusia 11 tahun.

Kepala Dinkes Kabupaten Bekasi, Alamsyah mengungkapkan, temuan kasus pertama anak obesitas sebelumnya tercatat pada tahun 2022. Kasus pertama itu dialami anak berusia 11 tahun yang berdomisili di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Namun, Alamsyah tidak menuturkan lebih rinci, bagaimana gambaran kasus pertama anak obesitas yang ditemukan tahun lalu. Berat badan anak usia 11 tahun yang obesitas tersebut juga tidak disebutkan lebih lanjut.

"Pernah ada (kasus anak obesitas), tapi waktu itu sudah umur 11 tahun. Jadi, kalau enggak salah tahun 2022 kemarin. Kenzi yang (kasus) kedua," ungkapnya di sela-sela acara 'Lokapala 2023, Peluncuran Dokumen Health Outlook 2023: Saatnya Berubah' di Hotel JS Luwansa, Jakarta baru-baru ini.

"(Yang kasus pertama) di (Kecamatan) Babelan. Ini (yang sekarang Kenzi) di (Kecamatan) Tarumajaya."

Pada kasus Kenzi, kenaikan berat badan yang tidak normal mulai disadari sang ibu, Pitriah (40) sejak Kenzi berusia 6 bulan. Saat itu, dalam sepekan bobot anaknya naik 1 sampai 2 kilogram. Padahal, dinilai tidak ada yang berbeda dari cara pemberian susu formula kepada Kenzi.

"Karena tidak ASI, pakai susu formula. Sehari bisa empat kali minum susu. Sejak 6 bulan mulai naik sekilo, sekilo. Nambah terus," kata Pitriah di kediamannya di Desa Pusaka Rakyat, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Selasa (21/2/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bocah 11 Tahun Berbobot 115 Kg

Dari hasil penelusuran, ada anak berusia 11 tahun di Kampung Blendung, Desa Kedungpengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi yang berbobot mencapai 115 kilogram.

Anak berinisial RAP ini saat dilahirkan berat badannya sudah tergolong besar, yakni 4,2 kilogram. Berat badannya sempat menyusut menjadi 1,5 kilogram saat ia berusia 3 bulan.

Pada waktu itu, Punih (50), ibu RAP membawa sang anak ke Puskesmas untuk diperiksa karena berat badannya yang turun. Karena dianggap kekurangan gizi, sang bocah kemudian diberikan susu formula oleh Puskesmas.

RAP pun secara rutin mengonsumsi susu formula dari Puskesmas. Hingga di usia 2 tahun, berat badannya kembali normal menjadi 12 kilogram.

"Setelah susunya diminum, umur 2 tahun jadi 12 kilogram. Terus saya berhentiin susunya karena sudah normal berat badannya," tuturnya, Jumat (11/3/2022).

Setelah berhenti mengonsumsi susu formula, nafsu makan RAP justru meningkat. Terkadang, ia juga masih meminta dibuatkan susu.

Orangtua RAP berusaha mengalihkan keinginan minum susu formula dengan memberinya berbagai macam jajanan. Mulai dari es, mi instan dan camilan lainnya.

"Ya kalau enggak dibeliin jajanan nangis. Apa aja dimakan, kebanyakan jajanan," kata Samin (49), ayah RAP, dikutip dari Merdeka.

3 dari 3 halaman

Meninggal Karena Pembengkakan Jantung

Semakin lama, nafsu makan RAP semakin tak terkontrol. Ia selalu minta dibelikan jajanan. Orangtua bocah ini pun sempat kewalahan menghadapi anaknya yang selalu nangis jika tidak dituruti kemauannya.

"Hobi jajan, yang dimakan seperti mi instan, es dan ciki, cemilan. Kalau makan mi bisa lima kali, lebih banyak es. Enggak berhenti-berhenti, lagi tidur juga makan aja maunya, sambil merem sambil ngunyah," ungkap Samin.

Rafka kini hanya bisa duduk atau berbaring di rumahnya. Karena dengan berat badannya yang mencapai 115 kilogram, ia tidak bisa beraktivitas seperti anak seusianya.

"Ya karena badannya gede, jadi susah gerak-gerak. Jadi keseringan selonjoran aja," tutur Samin.

Kabar selanjutnya, RAP meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bekasi pada Minggu, 20 Maret 2022.

Kakak pertama RAP, Sadiah mengatakan, adiknya itu mengalami pembengkakan pada jantung dan pernapasannya terganggu.

"Bukan cuma mengalami obesitas saja. Jantung dia itu, katanya ada pembengkakan dan ada gejala juga di paru-parunya. Napasnya pun sering sesak," ungkap Sadiah kepada wartawan.

RAP sempat dirawat di Ruang ICU karena kondisi kesehatan yang terus menurun. Ia dirawati di ICU karena sering menolak diberikan oksigen meski kerap mengalami sesak napas.

Bocah obesitas itu akhirnya dinyatakan meninggal pada Minggu pagi sekitar pukul 04.00 WIB dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kampung Belendung, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.