Sukses

Nyaris 3 Tahun Pandemi Ada Orang yang Belum Pernah Kena COVID-19, Apa Rahasianya?

Data WHO menunjukkan sudah 755 kasus COVID-19 selama ini. Nyaris tiga tahun pandemi COVID-19 mendera tapi ada orang-orang yang belum kena COVID-19. Kok bisa sih?

Liputan6.com, Jakarta - Nyaris tiga tahun pandemi COVID-19 berlangsung. Dalam kurun waktu tersebut, belasan varian bermutasi yang menyebabkan lebih dari 755 juta kasus terkonfirmasi dan lebih dari 6,8 juta kematian telah dilaporkan secara global (data COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 130 yang dipublikasikan pada 15 Februari 2023).

Anda mungkin pernah terpapar virus COVID-19 setidaknya sekali atau bahkan lebih. Varian COVID-19 yang tak kunjung selesai bermutasi membuat jumlah orang yang tidak pernah terpapar COVID-19 semakin sedikit setiap harinya.

Meski ada orang yang sebenarnya pernah mengalami COVID-19 tetapi tidak menyadarinya, tetapi masih ada juga yang memang belum pernah terpapar virus asal China itu hingga saat ini.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, bagaimana cara orang-orang itu menghindari virus COVID-19 hingga 3 tahun lamanya? Apakah mereka kebal? Apakah mereka terus menghindari kerumunan dan dunia luar? Atau hanya faktor keberuntungan saja?

Para ahli juga belum menemukan jawaban konkret dari pertanyaan-pertanyaan itu. Penelitian sempat dilakukan pada 2020 untuk memahami SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID-19) serta mengembangkan perawatan dan vaksin.

Namun, pendanaan dan kolaborasi tak dapat dipertahankan karena munculnya bidang penelitian lainnya yang tak kalah bermanfaat. 

Meski demikian, terdapat beberapa penelitian yang fokus mengamati apakah elemen genetik menjadi salah satu alasan mengapa orang tertentu tidak pernah terpapar COVID-19.

Akan tetapi, meski penelitian ini penting, harus tetap berfokus kepada mereka yang menderita karena virus ini dan efek berkepanjangan yang ditimbulkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apakah Ada Kekebalan di Dalam Gen?

The COVID Human Genetic Effort merupakan konsorsium internasional yang membahas mengenai kekebalan bawaan yang mendasari bentuk parah COVID-19, dipimpin oleh para peneliti di Amerika Serikat.

Mereka telah merekrut orang-orang yang sudah terpapar virus COVID-19, tetapi belum pernah terkena itu. Contohnya, tenaga medis atau orang yang tinggal serumah dengan orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. 

Para peneliti akan memeriksa DNA mereka dan mencari apakah ada mutasi tidak biasa yang mampu menjelaskan resistensi nyata terhadap infeksi SARS-CoV-2. 

Bisa jadi hal ini merupakan mutasi pada reseptor seluler atau enzim yang dibutuhkan virus untuk masuk ke sel kita, atau mutasi pada gen yang terlibat dalam respons kekebalan terhadap infeksi.

Studi penelitian yang berupaya untuk menemukan anomali di dalam DNA kita, disebut genome-wide association studies atau studi asosiasi genome, telah berhasil mengidentifikasi mutasi genetik yang menyebabkan beberapa orang memiliki kekebalan terhadap virus lain, seperti HIV dan norovirus seperti mengutip Wales Online, Senin (20/2/2023).

Jika berhasil mengidentifikasi alasan seseorang kebal terhadap virus tertentu, maka secara teoritis, pengetahuan tersebut dapat digunakan untuk mencegah infeksi virus lainnya.

3 dari 4 halaman

Apakah Sesimpel Itu?

Terlepas dari segala penemuan para peneliti yang melindungi sebagian kecil orang dari norovirus, masih belum ada vaksin atau pengobatan untuk virus ini.

Mungkin saja, mutasi yang berhasil melindungi sebagian orang itu tak hanya berasal dari satu gen, tetapi kombinasi dari beberapa gen. 

Menargetkan banyak gen tanpa menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan merupakan sesuatu yang rumit dan mempersulit pemanfaatan pengetahuan untuk obat anti-COVID ini.

Memahami mutasi genetik yang mampu memberikan kekebalan terhadap COVID merupakan wawasan yang berharga. Kita dapat tahu bagaimana SARS-CoV-2 menginfeksi orang dan menyebabkan penyakit. 

Walau belum mendapatkan jawaban yang konkrit, para ilmuwan yakin bahwa ada sekelompok kecil orang yang secara alami kebal terhadap SARS-CoV-2 karena gen mereka.

4 dari 4 halaman

Waktunya Beralih Fokus?

Para ilmuwan dapat terpaku pada detail tertentu dari penelitian. Namun, hal penting lainnya adalah untuk mengingatkan diri sendiri bahwa ada orang-orang yang sedang menghadapi penyakit menular ini.

Meski SARS-CoV-2 terus bermutasi dan menginfeksi orang di seluruh dunia, tingkat keparahannya secara umum telah sangat berkurang berkat vaksin yang efektif.

Pada saat yang sama, sekitar 2 juta orang di Inggris melaporkan Long COVID –gejala yang terjadi pada seseorang dengan riwayat kemungkinan atau terkonfirmasi infeksi SARS-CoV-2– yang hampir seperlimanya memiliki gejala yang parah sehingga harus membatasi aktivitas sehari-hari mereka.

Ada beberapa teori yang membahas alasan Long COVID, para ilmuwan masih tidak mengetahui alasan jelas mengapa beberapa orang terkena efek COVID-19 berbulan-bulan. Jadi, mungkin fokus para ilmuwan harus beralih dari penentu genetik kekebalan ke SARS-CoV-2 untuk mengeksplorasi apakah beberapa orang memiliki kecenderungan genetik terhadap penyakit kronis yang berpotensi mengubah hidup.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.