Sukses

5 Tanda Kamu Miliki Hubungan Toksik dengan Diri Sendiri

Toxic self-relationship tidak hanya berdampak buruk bagi diri sendiri tetapi juga orang lain yang berhubungan dengan Anda. Berikut 5 tandanya.

Liputan6.com, Jakarta - Penting untuk menjalin hubungan yang sehat, tidak hanya dengan orang lain, tetapi juga hubungan dengan diri sendiri. Menjalin hubungan sehat dengan diri sendiri dengan self-love akan memberikan berbagai manfaat.

Sebaliknya, hubungan tidak sehat atau toksik akan menimbulkan dampak buruk. Pakar menyatakan sulit untuk menyadari self-relationship yang tidak sehat. Namun, penting untuk mengetahuinya sebab ini tidak hanya berdampak bagi diri Anda sendiri tetapi juga orang lain yang berhubungan dengan Anda.

"Saat kita tidak menjadikan diri sendiri prioritas, kita mulai mengabaikan siapa dan apa yang dibutuhkan," ujar konselor kesehatan mental berlisensi Stephanie Moir. "Hal ini dapat berdampak akan bagaimana orang lain melihat dan memperlakukan kita, yang berujung pada citra diri yang negatif."

Berikut lima tanda Anda memiliki hubungan toksik dengan diri sendiri menurut situs Bustle:

1. Anda Sangat Kritis Terhadap Diri Sendiri Atau Orang Lain

Ketika Anda membuat kesalahan kecil atau mengatakan sesuatu yang memalukan, apa reaksi pertama Anda?

Sebatas menertawakannya lalu move on menunjukkan bahwa Anda memiliki coping skill yang sehat. Akan tetapi, jika Anda berada dalam hubungan toksik dengan diri sendiri, Leah Cohen mengatakan Anda lebih cenderung bersikap kasar tentang perilaku tersebut.

"Ketika Anda tidak bisa memaafkan diri sendiri atas ketidaksempurnaan atau kesalahan, Anda cenderung terjebak dalam hal-hal negatif (seperti perasaan malu dan bersalah)," ungkap Moir.

Bertanggung jawab setelah mengacau itu penting, tetapi hanyut ke dalamnya dan menghukum diri sendiri karenanya dapat berubah menjadi perilaku toksik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Membenarkan Kebiasaan Tidak Sehat

Kebiasaan tidak sehat bisa menjadi tanda sabotase diri. Bukan rahasia lagi bahwa menjaga diri sendiri dan membuat keputusan yang membuat Anda tetap sehat itu penting, tetapi ketika Anda berada memiliki hubungan toksik dengan diri sendiri, mudah untuk tergelincir ke dalam kebiasaan yang memiliki efek sebaliknya.

"Hubungan toksik dengan diri sendiri adalah hubungan yang berpusat pada kebencian diri yang belum sembuh dari akarnya," tutur pekerja sosial klinis berlisensi Maria Inoa.

Orang tersebut terus berpikir dirinya tidak cukup baik, lanjutnya. Dia menyatakan bahwa hal ini akan berakibat pada perilaku negatif seperti penyalahgunaan narkoba dan gangguan makan.

"Sabotase diri adalah dampak besar lainnya, serta pemilihan teman dan pasangan yang juga berperilaku toksik," kata Iona.

Ketika Anda berada dalam hubungan semacam ini dengan diri sendiri, Anda mungkin melihat perilaku berbahaya atau sabotase diri ini sebagai hal yang dapat dibenarkan karena merasa tidak pantas sehat atau bahagia.

3 dari 4 halaman

3. Terlalu Sering Mengorbankan Diri Sendiri

Setiap orang pasti akan menjaga dirinya sendiri, misalnya dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara rutin, atau memanjakan diri Anda dengan masker wajah atau mandi busa. Akan tetapi, jika Anda berada dalam toxic relationship dengan diri sendiri, Anda mungkin melakukan yang sebaliknya.

Psikolog Joshua Klapow, Ph.D. mengatakan bahwa mengorbankan kebutuhan Anda demi orang lain secara konsisten sambil mengembangkan kebencian dan kelelahan fisik dapat mengindikasikan toxic self-relationship.

Jika Anda terus-menerus berusaha membuat orang lain bahagia sambil mengabaikan kesehatan mental sendiri, Anda tidak akan dapat menjaga fondasi yang sehat dan stabil dalam hidup.

4. Harga Diri Rendah

Cohen mengatakan bahwa merasa buruk, tidak berharga, atau tidak pantas mendapatkan cinta menandakan harga diri dan kepercayaan diri yang sangat rendah—yang merupakan tanda toxic self-relationship.

Membenci diri sendiri menunjukkan bahwa Anda menginternalisasi kebencian atau rasa malu yang menyebabkan Anda memandang buruk diri sendiri, dan bahkan memperlakukannya demikian.

Jika Anda menghina pantulan diri Anda di cermin, melihat diri Anda sebagai orang bodoh, atau merasa tidak pantas bahagia atau dicintai—terutama oleh diri sendiri—maka Anda mungkin secara tidak sadar menjadi pengaruh buruk bagi diri sendiri.

4 dari 4 halaman

5. Ingin Diakui Orang Lain

Mendapatkan pujian dari orang asing atau mendengar kata-kata penyemangat dari orang yang dicintai dapat membuat Anda merasa dilihat dan dihargai.

Promosi atau penghargaan yang diperoleh di tempat kerja juga dapat meningkatkan rasa percaya diri Anda. Kendati demikian, selalu ingin mendapatkan validasi dari orang lain bukan tanda hubungan diri sendiri yang sehat.

Mampu memvalidasi dan mengakui diri sendiri adalah mekanisme koping sehat yang dapat meningkatkan kepercayaan diri secara signifikan serta memberi persepsi yang jauh lebih positif.

Klapow mengatakan bahwa jika Anda tidak dapat melakukan hal tersebut dan malah mengandalkan orang lain untuk membuat Anda merasa nyaman dengan diri sendiri, Anda tidak lagi menjadi diri sendiri. Hal ini karena terlalu fokus mencari validasi.

Jika Anda merasa mengalami tanda-tanda di atas, coba praktikkan self-talk positif. Anda juga perlu membangun hubungan yang sehat dan mengurangi keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.