Sukses

Sambut Anak Pertama pada Usia 52, Luise Ungkap Buah Manis dari Penantian Panjang

Perempuan usia 52 tahun akhirnya memiliki anak melalui donor sel telur. Apa rasanya menjadi ibu di usia ini?

Liputan6.com, Jakarta - Luise Hoehn akhirnya menyambut anak pertama di usia 52. Setelah perjuangan panjang bertahun-tahun, akhirnya lewat program IVF (bayi tabung) dari donor sel telur, ia bisa memiliki anak.

Luise dan suaminya, Dean Biele (47), telah menghabiskan sekitar USD200.000 untuk program bayi tabung dan donor sel telur. Uang sebanyak itu tak membuatnya kapok. Malah dengan keberhasilan memiliki anak pertama,  mereka mengaku bersedia melakukan semua proses dari awali untuk memiliki anak kedua.

Pasangan asal Massachusetts, Amerika Serikat itu berumah tangga sedikit lebih lambat dari pasangan pada umumnya. Bahkan, pertemuan pertama mereka terjadi pada 2007 ketika Luise berusia 37.

Luise pertama kali mencoba memiliki bayi ketika ia berusia 46 tahun. Banyak klinik fertilitas berkata ia terlalu tua.

Namun, pasangan tersebut bertahan dan terus berusaha sampai mereka menemukan klinik yang bersedia membantu.

“Ketika saya berusia 42, dokter bertanya apakah saya ingin berbicara dengan spesialis bayi tabung,” kenang Luise.

Ia mengakui bahwa dirinya “naif” tentang betapa sulit bagi dirinya untuk hamil. “Saya tidak pernah terpikir untuk membekukan sel telur. Saya percaya itu akan terjadi secara alami, jadi [saat itu] saya menolak,” ia menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Luise Memutuskan untuk Donor Sel Telur

Ketika berhenti menstruasi pada usia 46 tahun, Luise merasa takut jika ternyata sudah waktunya untuk menopause. Jadi, ia memutuskan untuk terus mencoba punya anak.

Pasangan tersebut melakukan konsultasi pertama dengan dokter spesialis bayi tabung pada 2016.

Saat itu, sang calon ibu disarankan untuk mempertimbangkan sel telur donor sebagai pilihan terbaik. Namun, Luise bersikeras untuk menggunakan sel telurnya sendiri. Ia menjalani program bayi tabung pertama pada Maret 2017.

Sayangnya, percobaan yang dilakukan gagal sampai dua putaran berikutnya. Hal tersebut mendorong Luise dan Dean untuk pergi ke klinik lain.

Lagi-lagi, hasilnya adalah empat percobaan gagal antara Maret 2017 sampai Juni 2018. Menurut Luise, ia cukup beruntung karena keadaan finansial ia dan suami memungkinkan dirinya untuk terus mencoba.

Akhirnya, pasangan tersebut memutuskan untuk mencoba donor sel telur pada tahun 2019. Dua tahun kemudian, mereka menemukan pendonor ideal.

Luise mengaku bahwa dirinya dengan pendonor tersebut sangat mirip dalam banyak aspek. "Dia sangat cocok dengan saya. Sesuai dengan apa yang saya cari,” ungkapnya menambahkan.

3 dari 3 halaman

Kelahiran Sang Buah Hati pada Hari Natal

Embrio pertama ditransplantasikan pada Mei 2022, dengan hasil positif. Lalu, kehamilannya berjalan lancar hingga akhirnya sang penantian berharga lahir pada usia 35 minggu melalui operasi caesar.

Mereka menamakan bayi mungil itu Stellan. Bagaikan sebuah hadiah Natal untuk kedua orang tuanya, Stellan lahir pada hari Natal. 

“Dia sangat tenang dan damai,” ucap Luise berbahagia.

“Kami perlahan menemukan penopang kami sebagai keluarga,” tambahnya.

Pasangan bahagia itu berharap bisa menambah anak lagi ke keluarga mereka pada akhir tahun ini. Mereka juga menyemangati siapa pun yang ingin menjadi seorang ibu untuk tidak menyerah.

“Kami membayar lebih banyak untuk program IVF [bayi tabung] dibandingkan untuk keperluan rumah kami, tetapi menjadi orang tua rasanya sangatlah berharga,” guyonnya.

“Stellan adalah cinta dalam hidup kami, dan ia adalah keputusan terbaik yang pernah kami buat,” ungkap sang ibu baru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.