Sukses

Pasien Suspek di DKI dan Solo Negatif Gagal Ginjal Akut, Ini Penjelasan Kemenkes

Penjelasan Kemenkes soal pasien suspek di DKI dan Solo yang negatif gagal ginjal akut.

Liputan6.com, Jakarta Kabar terkini, pasien suspek di DKI Jakarta dan Solo dipastikan negatif gagal ginjal akut.

Saat ini, kedua pasien masih dirawat di rumah sakit. Satu di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan satu lagi dirawat di RSUD Dr. Moewardo Surakarta, Jawa Tengah.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Mohammad Syahril menjelaskan alasan kedua pasien bukan termasuk kategori gagal ginjal akut. Salah satu alasan utama adalah pasien tidak menunjukkan gejala gagal ginjal yang dominan.

Memang sempat dikabarkan, bahwa pasien suspek di DKI sebelumnya mengalami demam, batu pilek, dan tidak bisa berkemih (kencing). Begitu pula dengan suspek di Solo yang disebut-sebut mengalami infeksi berat dan gagal napas.

"Tapi sekali lagi, dokter yang mengatakan ini bisa saja tidak (bukan gagal ginjal akut). Karena tidak menunjukkan gejala (gagal) ginjal yang dominan," jelas Syahril usai acara dialog "Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Muncul Lagi" di Media Center MPR/DPR/DPD, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Kamis, 9 Februari 2023.

"Jadi gagal ginjal kan macam-macam sebabnya ya bisa saja karena infeksi, infeksi pasca COVID juga bisa."

Kemenkes juga telah meminta orangtua untuk tidak panik, tenang namun selalu waspada, terutama apabila anak mengalami gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut.

Misalnya, ada diare, mual ,muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit, bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.

Gejala lain yang juga perlu diwaspadai orangtua yang mengarah gagal ginjal akut pada anak, yakni perubahan warna pada urine (pekat atau kecoklatan).

Bila warna urine berubah dan volume urine berkurang, bahkan tidak ada urine selama 6-8 jam (saat siang hari), orangtua diminta segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Reaksi Tubuh Berbeda

Pertanyaan kembali mencuat, pasien suspek di DKI yang kini negatif ginjal akut sebelumnya minum obat Parasetamol, kenapa gejala yang ada tidak masuk ke gagal ginjal akut? Pasien suspek di Solo juga dikabarkan minum obat penurun demam.

Berkaitan dengan obat, Mohammad Syahril tidak menyebut mereknya. Ditegaskan, kondisi pasien tergantung pada reaksi tubuh berbeda-beda setelah minum obat.

Seandainya ada cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) pada obat sirup, tubuh tiap individu akan bereaksi berbeda.

"Jadi, untuk reaksi terhadap racun (cemaran EG dan DEG) itu kan tidak sama ya. Contohnya, (pasien) ini kena, ini tidak. Seperti alergi, ada yang kena, ada yang enggak apa-apa (tidak bereaksi)," terang Syahril.

"Kan banyak orang juga nanya, 'Dok ini gimana untuk keluarga yang sudah terlanjur minum obat (sirup) Yang jaman dulu itu kan?' Ya selama dia masih aman-aman, berarti dia sudah toleransi (tubuh tidak bereaksi), aman berarti."

Syahril menekankan, gejala pasien suspek yang mengarah ke gagal ginjal akut telah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dan hasilnya, bukan gagal ginjal akut.

"Setelah melalui pemeriksaan ternyata beda, itu sering sekali kan, termasuk ini (pasien suspek) juga. Kalau yang awalnya kenapa disebut mendekati itu, karena memang ada gejala kencingnya berkurang," pungkas Syahril.

"Setelah itu harus berikutnya, oh ternyata dia habis minum obat. Lalu ya diperiksa lagi lebih lanjut."

3 dari 3 halaman

Pasien di Solo Tak Penuhi Kriteria Ginjal Akut

Direktur RSUD Moewardi Cahyono Hadi memberikan penjelasan soal pasien anak yang diduga gagal ginjal akut dalam keterangan dengan awak media, Selasa (7/2/2023) malam.

Bahwa penyakit yang dialami pasien anak tersebut belum termasuk Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA).

"Pasien ini memang ada gagal ginjalnya. Pasien tersebut sampai sekarang belum memenuhi kriteria sebagai Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal," jelasnya.

Cahyono menjelaskan, pasien anak itu mulanya dirawat di rumah sakit swasta di Solo. Namun, karena sempat gagal napas, pasien akhirnya dirujuk ke RSUD Moewardi.

Pasien anak itu tercatat masuk RSUD Moewardi pada 29 Januari 2023. Pasien anak itu menderita infeksi berat, infeksi saluran kencing, dan radang paru-paru.

Kondisi itu, menurut Cahyono, yang menyebabkan gagal ginjal pada pasien anak tersebut. Ia menjelaskan kondisi pasien anak tersebut kini telah membaik.

Meski begitu, belum dijelaskan apakah pasien anak itu memiliki riwayat mengonsumsi obat yang dicurigai masuk daftar penyebab gagal ginjal atau tidak.

"Memang masuk ke sini dalam keadaan gagal napas, infeksi berat, infeksi kencing dan kita tidak melihat ada tanda-tanda gejala ginjal akut progresif atipikal, coba nanti kita akan telusuri dulu apakah dia ada minum obat yang menyebabkan gagal ginjal atau tidak," tandas Cahyono.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.