Sukses

Dibanding COVID-19, Daya Tular Campak Lebih Mengerikan

Jika COVID-19 disebut bisa menularkan 2-3 penderitanya. Sedangkan campak ini 6-7 kali lebih menular.

Liputan6.com, Jakarta Banyak pihak yang terlalu mengkhawatirkan COVID-19, padahal virus campak juga tak boleh disepelekan.

Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Subspesialis Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis RS Pondok Indah Prof Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan, jika COVID-19 disebut bisa menularkan 2-3 penderitanya. Sedangkan campak ini 6-7 kali lebih menular.

"Daya tularnya dapat menyebabkan infeksi pada 11-12 orang di sekitar dia. Bahkan menghirup udara yang mengandung virus bisa menimbulkan kejadian luar biasa," katanya dalam diskusi terbatas yang diselenggarakan RS Pondok Indah, ditulis Sabtu (4/2/2023).

Meski virus campak lebih sering menyerang anak-anak, namun infeksi virus juga bisa menyerang dewasa dan lansia yang memiliki komorbid (penyakit bawaan).

"Gejalanya umum pada anak, seperti batuk, pilek, diare. Namun bila daya tahan tubuhnya rendah, lingkungannya kurang baik, ventilasi kurang sementara virusnya ganas maka anak harus diberikan pertolongan segera," kata Prof Hinky.

Ia juga mengatakan, virus campak bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani segera dan tepat.

"Kalau virus itu masuk saluran pernapasan maka dia bisa kekurangan oksigen, sesak napas dan berakibat fatal. Infeksi campak juga bisa menyerang susunan saraf pusat yang mengakibatkan anak kejang hingga penurunan kesadaran. Juga pada anak yang mengalami diare, ia harus diberi cairan pengganti kalau tidak, bisa meninggal juga," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kasus Campak Terus Naik

Prof Hinky juga mengatakan, sebenarnya pernah ada campaign untuk mengatasi virus campak ini dengan imunisasi pada 2018. Namun pada 2020, Indonesia dilanda COVID-19 yang membuat semua pihak memusatkan perhatian padanya.

"Sekarang setelah COVID-19 reda, virus campak naik lagi karena cakupan imunisasi kita tertinggal," jelasnya.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus konfirmasi campak di Indonesia periode 2022 meningkat 32 kali lipat, jika dibandingkan laporan infeksi sepanjang 2021. Pada 2021 ada 132 kasus, sementara per Desember 2022 sebanyak 3.341 pasien.

Kementerian Kesehatan juga mencatat, COVID-19 telah mengakibatkan cakupan imunisasi rutin lengkap anak menjadi rendah. Untuk mengejar kekurangan cakupan tersebut pemerintah menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dalam rangka pekan imunisasi dunia.

Sekitar 800 ribu anak di seluruh Indonesia berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin seperti difteri, tetanus, campak, rubella, dan polio. Berdasarkan data rutin terbaru Kementerian Kesehatan RI cakupan imunisasi dasar lengkap telah menurun secara signifikan sejak awal pandemi COVID-19, dari 84,2% pada tahun 2020 menjadi 79,6% pada tahun 2021.

Penurunan cakupan imunisasi rutin baru-baru ini disebabkan oleh berbagai faktor termasuk gangguan rantai pasokan, aturan pembatasan kegiatan, dan berkurangnya ketersediaan tenaga kesehatan, yang menyebabkan penghentian sebagian layanan vaksinasi pada puncak pandemi COVID-19.

Survei Kementerian Kesehatan dan UNICEF yang dilakukan pada tahun 2020 juga menemukan bahwa setengah dari orang tua dan pengasuh yang disurvei enggan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan karena takut tertular COVID-19 atau khawatir tidak ada protokol kesehatan yang tepat.

 

 

3 dari 4 halaman

Pentingnya Mencegah Campak dengan Imunisasi

Prof hinky mengingatkan akan pentingnya vaksinasi dan kewaspadaan akan virus campak. "Virus campak ini sangat berbahaya dan tidak enteng."

 "Virus campak itu bisa melayang di udara, di ruang tertutup dia bisa bertahan selama 2 jam. Jadi perlu ruang ventilasi baik agar udara bersih leluasa. Udara harus dialirkan ke luar agar kepadatan virus rendah, membuat daya tularnya lebih ringan," katanya.

Untuk itu, pencegahan campak hanya bisa diperoleh dari imunisasi sehingga imunisasi sesuai jadwalnya harus dilakukan supaya anak-anak terhindar dari campak. 

Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan.

"Pencegahannya itu tindakan paling efektif vaksinasi. Memberi kekebalan sebelum terjangkit penyakit menular," jelasnya.

4 dari 4 halaman

Gejala Campak

Secara umum, gejala campak dapat berupa demam, batuk pilek, mata berair, lalu disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit. Biasanya muncul 2 sampai 4 hari setelah dari gejala awal.

Campak ini disebabkan oleh virus campak dan penularannya melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung. Dan campak ini salah satu penyakit yang sangat menular.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Gejala campak berupa ruam merah pada seluruh tubuh yang disertai demam, batuk, dan pilek.

    Campak

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19