Sukses

Waspada Oldest Child Syndrome, Masalah yang Sering Dialami Anak Sulung

Oldest child syndrome atau sindrom anak sulung sering dialami anak tertua. Berikut tanda-tandanya.

Liputan6.com, Jakarta - Pada sebagian besar anak sulung di seluruh dunia, kelahiran saudara kandung membawa perubahan dalam hidupnya. Yang semula merupakan anak tunggal, sekarang dilengserkan dan harus berbagi cinta serta perhatian orangtua dengan adik-adiknya.

Transisi ini dapat membuat stres dan dapat menyebabkan krisis perkembangan bagi banyak anak sulung. Ini dapat menjadi akar penyebab persaingan antarsaudara, kecemburuan serta pengalaman traumatis bagi anak sulung.

Meskipun terdapat pro dan kontra soal menjadi anak tertua, perilaku dan karakteristik kepribadian tertentu dapat memunculkan sindrom anak sulung (oldest child syndrome).

8 karakteristik atau tanda oldest child syndrome menurut situs Mom Junction yaitu:

1. Keinginan untuk Memimpin dan Mendominasi

Anak sulung didorong ke posisi pemimpin ketika adik-adiknya lahir. Memimpin dan membantu adiknya menjadi kebiasaan yang sudah mendarah daging bagi anak sulung yang akan terus dibawanya hingga dewasa. Sebuah studi menemukan bahwa anak tertua lebih cenderung menjadi CEO.

Elon Musk, Jeff Bezos, dan Richard Branson adalah beberapa contohnya. Meskipun demikian, jika anak tertua mendominasi alih-alih memimpin, ini menjadi tanda oldest child syndrome.

2. Keinginan Konstan untuk Menjadi Sempurna

Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2008 menyatakan bahwa anak sulung cenderung perfeksionis dan memiliki standar yang lebih tinggi. Anak sulung juga dikenal akan prestasinya. Ini tentunya bukan masalah, malah menjadi hal bagus jika tidak kelewat batas

Sayangnya, beberapa anak pertama menjadi agresif atau tertekan ketika tidak dapat mencapai atau ketika saudaranya menang. Ini menyebabkan hasrat menjadi sempurna menjadi sifat yang tidak sehat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Harga Diri Tinggi

Menurut teori urutan kelahiran oleh Alfred Adler dan beberapa penelitian lainnya, ditemukan bahwa anak yang lebih tua cenderung memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang lebih tinggi.

Ini membantunya dalam kinerja akademik serta profesionalisme tetapi tidak bagi kehidupan sosial. Harga diri yang tinggi menyebabkan ego, dan jika ia sombong dan tidak memiliki rasa syukur, orang lain tidak akan menerimanya dalam lingkaran sosial.

4. Rasa Tertekan Akibat Ekspektasi Orangtua

Karena dorongan konstan untuk menjadi sempurna dan kecenderungan untuk menyenangkan orang tuanya, anak-anak yang lebih tua memiliki tekanan akademis yang lebih besar daripada adik-adiknya.

Selain itu, orangtua juga mengharapkan anak sulung dapat menjadi panutan bagi adik-adiknya dalam semua aspek, termasuk akademis.

Tekanan dari orangtua dan keharusan untuk menjadi unggul dapat membawa para anak sulung ke zona di mana mereka tidak bisa menerima kegagalan, yang dapat menjadi masalah di kemudian hari.

3 dari 4 halaman

5. Sikap Kompetitif yang Tidak Sehat

Ketika persaingan antarsaudara kandung serta kecemburuan atas kelahiran adik tidak ditangani dengan baik oleh kedua orangtua, anak sulung dapat menyimpan dendam terhadap orang tua atau adiknya. Ini menciptakan sikap kompetitif yang tidak sehat bahkan setelah tumbuh dewasa dan merupakan tanda oldest child syndrome.

6. Bertindak Sebagai Orangtua Kedua bagi Adik-Adiknya

Ketika orangtua memiliki dua anak atau lebih, mereka mendorong anak sulungnya untuk merawat sang adik. Sering kali, hal ini menimbulkan ikatan saudara kandung di mana anak sulung menjadi sosok orangtua kedua bagi adik.

Beberapa anak tertua mungkin mengembangkan perasaan dan tanggung jawab layaknya orang tua terhadap adik-adik mereka, yang dibuktikan dengan kepribadian dan perilakunya. Ini tidak menimbulkan masalah apapun jika ikatan berada dalam batas wajar.

Namun jika lebih dari itu, maka bisa berbahaya bagi keduanya. Anak sulung mungkin mengharapkan adiknya untuk mulai mematuhinya layaknya mematuhi orangtua.

7. Suka Mengatur

Demi mencapai prestasi serta kesempurnaan, anak sulung cenderung mengendalikan segala sesuatu di sekitarnya, termasuk sang adik.

Kecenderungan bawaan untuk memimpin dan dorongan untuk bertindak sebagai orangtua kedua bagi adik-adiknya dapat menjadi alasan mengapa beberapa anak tertua menjadi terlalu mengatur.

4 dari 4 halaman

8. Obsesif

Anak tertua cenderung menjadi pelindung saudaranya yang lebih muda. Ini adalah karakteristik baik yang dimiliki para anak sulung kecuali berubah menjadi ekstrem.

Jika Anda melihat bahwa si sulung terobsesi untuk membuat segala hal sempurna, ini bukan lagi karakteristik sehat.

Obsesi ini dapat menyebabkan anak yang lebih muda menjadi terbiasa akan perlindungan yang membuatnya selalu bergantung pada sang kakak. Sementara yang tertua bisa kehilangan jati diri karena saudara kandungnya serta menjadi sosok yang obsesif.

Perlu diingat bahwa pada kenyataannya setiap orang unik karena memiliki karakteristik yang berbeda. Ada begitu banyak faktor berbeda yang menentukan kepribadian seseorang.

Oleh karena itu, adalah konyol untuk berpikir bahwa karakteristik yang dimiliki hanyalah berdasar urutan kelahiran. Meskipun benar sindrom ini bisa saja dialami anak sulung, bukan berarti semua anak tertua akan mengalaminya.

Pada akhirnya, Anda sendiri yang memiliki kemampuan untuk membuat diri Anda menjadi siapa pun yang diinginkan, terlepas dari apakah memiliki saudara kandung atau tidak, anak pertama atau tidak.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini