Sukses

Mengenal Broken Heart Syndrome, Ketika Patah Hati Berujung Lemah Jantung

Broken heart syndrome artinya sindrom patah hati yang bisa berdampak pada kesehatan salah satunya lemah jantung

Liputan6.com, Jakarta - Patah hati menjadi istilah yang lumrah digunakan untuk menggambarkan gagalnya hubungan asmara. Patah hati dapat membawa kesedihan bahkan bagi sebagian orang, rasa sedihnya dapat berlarut-larut.

Rasa sedih yang berlarut tidak baik bagi kesehatan. Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Vito Damay, orang yang sedih berlebihan bisa terkena penyakit jantung.

"Seorang yang sedih berlebihan ternyata memang bisa terkena penyakit jantung dan broken heart syndrome. Bukan saja seseorang yang kesannya sedang patah hati dan dikiaskan sebagai broken heart syndrome, tapi ini benar-benar penyakit jantung," kata Vito dalam video yang diunggah di kanal Youtube pribadinya, DRV Channel dikutip pada Selasa (3/1/2023).

Secara medis, broken heart syndrome disebut takotsubo kardiomiopati. Ini terjadi pada orang yang sedih berlebihan hingga mengakibatkan lemah jantung.

"Penyebabnya banyak sekali, ketika seseorang bersedih terjadilah perubahan hormonal sehingga terjadi peradangan yang mengakibatkan kelemahan jantung. Ini menyebabkan orang yang sedih mengalami perubahan bentuk jantung," ujarnya.

Bentuk jantung orang yang sedih berlebihan digambarkan seperti perangkap gurita yang digunakan di Jepang (takotsubo trap). Sehingga nama dari penyakit ini terinspirasi dari perangkap gurita tersebut.

"Kalau kita lihat di pemeriksaan, jantungnya itu seperti mengembung tapi ada beberapa bagian yang tidak mengalami pergerakan," kata Vito.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Broken Heart Syndrome

Kondisi sebagian jantung yang tidak mengalami pergerakan mengakibatkan pompa jantung berkurang. Hal ini menyebabkan sesak napas dan mudah lelah.

"Pada keadaan tertentu orang tersebut juga mengalami sakit dada yang mirip sekali dengan serangan jantung. Bahkan, ketika diperiksa enzim jantung, enzim jantungnya pun meningkat," kata Vito.

Enzim jantung yang meningkat merupakan tanda bahwa ada otot jantung yang rusak. Sering kali ini adalah akibat dari serangan jantung.

Gejala-gejala masalah jantung seperti sesak napas dan sakit dada perlu segera diperiksakan ke dokter. Di rumah sakit, khususnya di UGD maka akan dilakukan pemeriksaan EKG atau pemeriksaan listrik jantung.

"Di situ kita bisa menduga apakah ada serangan jantung atau tidak. Hal ini diperkuat lagi dengan enzim jantung tadi," Vito menambahkan.

3 dari 4 halaman

Pemeriksaan Lainnya

Ketika pemeriksaan sudah dilakukan, ada pemeriksaan lain yakni USG jantung. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kelemahan otot jantung.

"Ingat bahwa ini semua tidak sama. Artinya, tidak semua kondisi diperlakukan seperti ini," ujarnya.

Dari pemeriksaan klinis, EKG, dan laboratorium, dokter bisa menyimpulkan apakah ini sebuah kedaruratan atau bukan.

Masalah jantung yang disebabkan broken heart syndrome biasanya tidak melibatkan adanya penyempitan jantung.

Artinya, ketika diperiksa dengan CT scan atau kateterisasi jantung, pembuluh darah jantung biasanya normal.

"Pada kondisi di mana terjadi broken heart syndrome maka ketika dilakukan pemeriksaan angiografi baik oleh CT scan atau kateterisasi maka biasanya pembuluh darah normal. Artinya, tidak ada penyempitan yang menyebabkan serangan jantung. Jadi murni karena kerusakan otot jantung saja," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Sangat Berbahaya?

Lantas, apakah kondisi ini sangat berbahaya?

Menurut Vito, kondisi lemah jantung bisa berbahaya. Terutama jika terjadi secara permanen. Sehingga mengobatinya adalah hal yang sangat penting.

"Untungnya, broken heart syndrome ini bisa kembali normal. Artinya, sebagian besar bisa kembali baik lagi jantungnya. Memang sebagian ada yang jadi permanen, tapi sebagian besar bisa kembali normal jantungnya," katanya.

Dengan pengobatan yang baik, jantung bisa kembali membaik. Meski begitu, bukan berarti jika jantung tidak kembali normal maka pengobatannya salah.

"Belum tentu juga, memang respons seseorang terhadap pengobatan itu bisa berbeda-beda, tapi dengan pengobatan gagal jantung biasanya ini bisa kembali baik," ujarnya.

"Kita bisa tunggu beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian dengan dilakukan ekokardiografi atau USG jantung untuk menilai ulang bagaimana kondisi jantung," pungkas Vito.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.