Sukses

Pengganti Gula untuk Pengidap Diabetes Tak Jamin 100 Persen Aman

Pengganti gula untuk pengidap diabetes rupanya tidak menjamin 100 persen aman.

Liputan6.com, Jakarta Pengidap diabetes memang dianjurkan untuk membatasi asupan makanan maupun minuman tinggi gula supaya kondisi tubuh tidak semakin buruk. Khusus terkait gula, banyak beredar pemanis buatan atau pengganti gula alternatif bagi pengidap diabetes.

Lantas, amankah pengganti gula alternatif untuk pengidap diabetes? Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik dan diabetes, Roi P. Sibarani menegaskan, hal itu tidak menjamin 100 persen aman.

Pernyataan tersebut dibuktikan telah dibuktikan melalui pengamatan efek pengganti gula terhadap pembuluh darah vaskular. Walau begitu, Roi tidak menjelaskan rinci, seberapa besar gangguan pengganti gula alternatif untuk diabetes terhadap pembuluh darah.

"Yang ada (pengganti gula alternatif) nanti volumenya nanti malah sering makan (dikonsumsi). Orang memang akan merasakan ini aman kok, padahal tidak 100 persen aman lho," tegas Roi saat sesi Healthy Monday: Diabetes Picu Banyak Penyakit Cegah dengan Pola Hidup Sehat yang digelar Liputan6.com bersama EMC Healthcare pada Senin, 21 November 2022.

"Kami sudah membuktikan bahwa gula-gula yang seperti ini sebenarnya juga punya gangguan terhadap pembuluh darah vaskular."

Sebagai alternatif pilihan, bila ingin manis, maka dapat menambahkan sedikit gula biasa. Sementara pengganti gula yang disebut-sebut aman justru sebenarnya 'tidak ramah' untuk pengidap diabetes.

"Saya kira kalau (ingin) manis ya kasih gula sedikit, jangan banyak-banyak," lanjut Roi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Orang Akan Anggap Sepele

Ditegaskan kembali oleh Roi P. Sibarani, pengganti gula alternatif untuk pengidap diabetes juga dapat membuat orang menganggap sepele. Bahwa aman-aman saja mengonsumsi pengganti gula sasetan.

"Ini membuat orang menganggap sepele, 'Oh, oke kok, jadi bisa gitu ya 1 hari 10 saset.' Dan apakah ini aman untuk diabetes? Tidak, tidak ada yang menjamin aman," jelas dokter yang sehari-hari berpraktik di RS EMC Sentul.

Adapun yang menjamin aman, menurut Roi, kuncinya adalah bagaimana pengidap diabetes menjaga kesehatan tubuh, pola makan dan tidur yang baik, serta mengelola agar tubuh tidak stres. Perilaku hidup sehat ini akan membantu pengidap diabetes tetap sehat dan produktif.

"Yang menjamin aman adalah bila kita bekerja dengan baik dalam hal mengelola tubuh kita. Kita tidur dengan cukup, tidak stres, dan makan dengan segala makanan yang baik dan tidak terlalu banyak," pesannya.

3 dari 4 halaman

Membuat Kita Lebih Ingin Konsumsi yang Manis

Terlepas dari popularitas komersial, pengganti gula selalu mengundang kontroversi. Selain berdampak terhadap kesehatan gigi, masih belum jelas, apakah penggantian gula dengan produk pemanis buatan dapat aman dari obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Dalam beberapa penelitian, pemanis buatan telah terbukti meningkatkan risiko diabetes dan obesitas, meski penelitian lain belum menemukan bukti seperti itu.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2022 tentang efek kesehatan dari pemanis buatan mengamati hubungan sederhana antara konsumsi minuman dengan pemanis buatan terhadap kelainan kolesterol dan tekanan darah tinggi.

 

Menggunakan pemanis buatan dapat memancing rasa puas diri dan mendorong kita untuk makan makanan berkalori tinggi lainnya dengan lebih bebas. Sudah umum melihat orang-orang makan brownies dan pizza, tetapi lebih berhati-hati untuk memesan minuman cola.

Dari situ, zat yang sangat manis ini dapat mengubah cara otak kita merespons sinyal, membuat zat yang kurang manis seperti buah, tidak menarik bagi indera kita. Beberapa ilmuwan merasa bahwa penggunaan produk ini dapat membuat kita mendambakan lebih banyak makanan manis, tulis Dr. Ambrish Mithal, dikutip dari Indian Express.

4 dari 4 halaman

Efek Pengganti Gula

Sakarin -- salah satu pengganti gula/pemanis buatan untuk diabetes -- pernah dikaitkan dengan kanker pada tikus, dan aspartam -- pemanis buatan -- dengan tumor otak tanpa banyak bukti. Kekhawatiran seperti dampak buruk pada ginjal, kehilangan ingatan, demensia, dan stroke tidak terbukti.

Di sisi lain, penggunaan pemanis ini dapat mengubah flora usus yang berpotensi menyebabkan risiko kenaikan berat badan dan diabetes yang lebih besar. Pencampuran alkohol dengan minuman yang dimaniskan secara artifisial meningkatkan kadar alkohol dalam darah dan meningkatkan kemungkinan keracunan.

Sebuah studi berbasis populasi dari Prancis, yang diterbitkan pada bulan September tahun 2022 melibatkan lebih dari 100.000 peserta, ditindaklanjuti selama lebih dari 10 tahun menunjukkan hubungan potensial antara asupan pemanis buatan (terutama aspartam, acesulfame, sucralose) dan penyakit jantung, stroke dan kanker.

Karena ini adalah studi asosiasi, itu tidak dapat dianggap sebagai definitif, tetapi tentu saja menunjukkan perlunya kehati-hatian dalam menggunakan produk (pemanis buatan), kata Dr. Ambrish Mithal dalam artikel berjudul, Artificial sweetener as sugar substitute: is it good for you? Which is best for diabetics?

Anak-anak tidak boleh mengonsumsi pemanis dalam waktu lama karena risikonya mungkin lebih besar. Orang dewasa yang mengonsumsi minuman manis dalam jumlah besar dapat menggunakan minuman dengan pemanis buatan untuk sementara dan secara bertahap mencoba mengurangi konsumsinya, menggantinya dengan air.

Penggunaan pemanis buatan hanya bisa membantu jika keseluruhan asupan kalori dikurangi. Mereka yang mengalami gangguan usus dan yang menjalani prosedur bariatrik juga harus menghindarinya sepenuhnya, pesan Dr. Ambrish Mithal dalam artikel yang tayang pada 27 Oktober 2022.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.