Sukses

Target 14 Persen di 2023, Pemerintah Jabar Genjot Upaya Turunkan Stunting

Penurunan stunting tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat karena diperlukan kontinuitas dan sustainability dari intervensi yang dilakukan.

Liputan6.com, Bandung Dinas Kesehatan Jawa Barat (Jabar) menyebut penanganan stunting merupakan permasalahan multidimensional. Sehingga memerlukan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah untuk menanganinya.

Pandemi telah meningkatkan angka kemiskinan yang berpotensi menurunkan aksesibilitas terhadap pangan berkualitas dan pelayanan kesehatan. Itu berpengaruh kepada penanganan stunting dan capaian target Jabar Zero Stunting pada 2023.

“Hanya tersisa 2 tahun untuk mencapai target 14 persen. Dibutuhkan upaya bersama yang sungguh- sungguh untuk melaksanakan program dan mencapai target tersebut,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Nina Susana beberapa waktu lalu.  

Penurunan stunting tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat karena diperlukan kontinuitas dan sustainability dari intervensi yang dilakukan. Oleh karena itu, harus dipastikan program-program yang diperlukan dapat dilaksanakan secara terus menerus.

Ada pun pemecahan masalah yang perlu dilakukan yakni tiap daerah mengetahui permasalahan yang ada di wilayahnya, melakukan perbaikan, melakukan pengukuran secara reguler dan memanfaatkan data untuk perencanaan serta anggaran serta prioritas berdasarkan permasalahan yang ada.

 “Intervensi terhadap balita stunting diharapkan tepat sasaran dan sesuai dengan standar, juga disertai pemahaman, pencegahan dan penanganan stunting secara menyeluruh dan berkelanjutan,” kata Nina.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemberian Suplemen

Sebelumnya, dalam pertemuan Dinkes Jawa Barat dengan Nutrition International (NI) diketahui bahwa dalam penanganan stunting perlu kolaborasi pentaheliks. Salah satunya bersama pihak eksternal seperti NI agar lebih maksimal.

Sejak tahun 2010 NI telah melakukan pendampingan program suplementasi gizi mikro, meliputi pemberian suplementasi vitamin a, zinc & oralit bagi balita diare, tablet tambah darah ibu hamil dan tablet tambah darah remaja putri di Provinsi Jawa Barat.

“Upaya tersebut merupakan optimalisasi dalam meNIngkatkan cakupan intervensi gizi spesifik yang dilakukan menuju Jawa Barat zero new stunting 2023,” ungkap Nina.

Melalui program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA), secara komprehensif NI juga melakukan pendampingan di 2 kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang untuk percepatan penurunan angka stunting.

Dalam 10 tahun terakhir, prevalensi stunting di Indonesia sudah mulai menunjukkan terjadinya penurunan yang signifikan.Hal tersebut dapat dilihat bahwa antara tahun 2013-2019 telah terjadi penurunan sebesar 9,5 persen atau sekitar 1,6 persen per tahun.

 Selanjutnya hasil SSGI tahun 2021 menunjukkan prevalensi stunting Jawa Barat sebesar 24,5 persen. "Rata – rata penurunan stunting dalam tiga tahun terakhir di Jawa Barat sebesar 1,35 persen," ungkap Nina.

Tetapi apabila mengacu pada batasan badan kesehatan dunia (WHO) sebesar 20 persen yang dianggap bahwa stunting bukan lagi sebagai masalah kesehatan masyarakat. Nina menuturkan dengan angka tersebut maka masih terjadi gap sebesar 4,5 persen.

Sedangkan untuk mencapai target RPJMD sebesar 19 persen dan RPJMN 2024 sebesar 14 persen, maka diperlukan upaya inovasi agar terjadi penurunan 3 – 3,5 persen per tahun di Jawa Barat. 

 

3 dari 3 halaman

4 Wilayah dengan Angka Stunting Tertinggi di Jabar

Masih ada empat provinsi di Jawa Barat yang memiliki prevalensi di atas 30 persen.

"Di Provinsi Jawa Barat terdapat 4 kabupaten/kota dengan prevalensi tinggi yaitu Garut (35,2 persen), Cianjur (33,7 persen), Bandung (31,1 persen) dan Kota Cirebon (30,6 persen)," tutur Nina.

Guna menurunkan prevalensi stunting hingga 14 persen, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan seluruh pemangku kebijakan harus bekerja tiga kali lipat lebih keras. Indonesia tidak akan menjadi negara adidaya jika stuntingnya masih tinggi sebut Ridwan Kamil.

 "Tahun 2045, 70 persen penduduk akan diisi oleh anak muda usia kurang dari 40 tahun, dan jika anak muda tersebut stunting maka akan menjadi generasi yang menjadi beban negara bukan mesin negara. Maka dari itu, saya titip agar kita semua bekerjasama untuk pencegahan stunting, karena cegah stunting itu penting," ujar Ridwan Kamil beberapa waktu lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini